Sanggrada menatap orang didepannya dengan tatapan datar. Ini masih pagi dan para guards sudah menyeret seorang rogue yang menerobos keamanan desa. Rogue yang sanggrada kenal sebagai *teman baiknya*.
"Ada masalah apa dengan kumpulan sampah itu sampai kau kembali kesini? Raven?"
Yang ditanya hanya terduduk lemas dengan tangan terikat. Ingin melawan pun tidak bisa. Sanggrada bukan lagi seorang bocah ingusan yang dia kenal.
"Haruskah aku percaya pada sampah sepertimu?"
Yang bersurai biru mendongak lalu menatap memelas kearah sanggrada. Tapi pemuda itu terlalu muak melihat seorang pengkhianatan di depannya.
"Tahan dia hingga beberapa hari, aku akan mengintrogasinya lagi lain kali."
Flashback on
10 tahun yang lalu.
"Oy raven ayo berburu!"
Sanggrada berjalan berdampingan dengan raven menuju hutan. Cukup jauh hingga melewati perbatasan yang dilarang oleh para tetua termasuk sang bunda.
"Kau yakin? Ini sudah cukup jauh dari kastil aku akan dimarahi bunda."
Raven tersenyum lalu memberi sedikit jarak antara dirinya dan sanggrada.
"Tentu, karna tujuanku adalah membunuh calon alpha sepertimu."
Sekerumunan rogue mengepung sanggrada. Saat itu dia hanyalah seorang bocah yang bahkan belum mengerti cara mengaktifkan energinya.
"Hei, jangan takut. Kami akan membunuhmu dalam waktu singkat."
"Ah dia calon alpha!"
Bocah dibalik pohon itu menatap kearah kerumunan rogue yang mengepung sanggrada. Bocah dengan tahi lalat di bawah matanya itu mengendap dan mendekat kearah kerumunan.
"Apa dia bisa selamat? Apa woo harus membantu?"
Sanggrada mencium aroma manis seperti madu yang masuk ke indra penciumannya. Sanggrada menatap sekitar dan menemukan seorang bocah dibalik pohon.
"Kenapa dia disana?"
Raven menatap kearah yang di tuju oleh sanggrada dan menemukan bocah lainnya. Raven menyeret bocah itu dan mendorongnya kearah sanggrada.
"Hiks.."
"Jangan menangis bodoh. Kau ingin kita mati sia-sia?"
"Kamu tau bagaimana cara mengaktifkan kekuatan?"
Raven tertawa lalu menjambak rambut sanggrada. Bocah itu sudah murka, tatapan nyalang ia arahkan pada raven. Hanya ada satu cara selain menunggu usianya menginjak 17 tahun. Sanggrada harus menandai seseorang. Matanya melirik kearah bocah yang tadi dilempar kedepannya.
"Hei, ingat janjiku ini. Aku akan datang dan menemui mu setelah penobatan ku beberapa tahun lagi. Tapi ku mohon bantu aku kali ini"
Rogue" itu masih terdiam menunggu komando dari raven. Sedangkan sanggrada harus secepatnya mengaktifkan kekuatannya sebelum terlambat.
Sanggrada menarik tengkuk bocah dengan pipi gembul itu lalu menggigitnya pelan, meninggalkan bekas beserta tanda dari gigitan nya 'rose blue'.
Raven membelalakkan matanya kaget. Ia kira calon alpha seperti sanggrada akan sangat pemilih dan tidak akan sembarangan menandai orang.
"Kurasa sudah cukup main-mainnya raven"
Hutan mulai tertutupi oleh kabut tebal. Mata sanggrada berubah menjadi kuning keemasan dan menatap raven dengan tatapan nyalang.
Pohon pohon mulai runtuh menimpa rogue" yang ada disana. Hanya tersisa raven dan beberapa rogue yang hidup. Tatapan sanggrada menyendu.
"Pergi..pergilah dan jangan pernah berani kau menginjakan kaki penuh dosamu itu pada wilayah ku."
Flashback end.
"Alpha!"
Sanggrada tersadar dari lamunannya dan melihat sang istri sedang menatapnya heran.
"Kamu ini kenapa? melamun?"
Sanggrada terkekeh lalu memeluk istrinya. Yang dipeluk hanya merasa heran dengan kelakuan suaminya yang mendadak aneh sejak pertemuan pagi tadi.
"Bocah cengeng ini tidak mengingat ku"
Pletak
"Kamu ini berniat mengataiku atau bagaimana sih?"
Sanggrada menatap istrinya dengan tatapan malas.
"Padahal aku tidak sebut merek."
"Tapi aku merasa tau, aku ini cengeng."
Sanggrada menatap istrinya dengan tatapan jahil lalu tersenyum.
"Bukan aku yang mengatakan itu ya, jadi jangan salahkan aku kalau banyak orang yang mengatakan bahwa kamu itu sangat cengeng"
"Yak choi!"
Sanggrada tertawa melihat ekspresi istrinya. Sangat menggemaskan pikirnya.
"Marga mu juga choi sayangku. Berhentilah mengomel"
KAMU SEDANG MEMBACA
. sempiternal - sanwoo//woosan ; end
Fanfic- Born as a descendant of wolves and demons. become the leader of his nation. and love his mate with all his soul. Sebuah awal kelahiran dari ketiga lambang perdamaian daepectiva. writer : sanggrada