Jeritan histeris menggema didalam ruangan. Bercak darah berceceran dan mayat-mayat tergeletak tak berdaya didalam sana.
"Bukankah ini terlalu kejam?"
Sanggrada menoleh mendapati adik kembarmya sedang berjalan kearahnya dengan segelas darah segar di tangannya.
"Tidak juga."
Sanggrada mendudukan dirinya dikursi lalu mengambil segelas darah ditangan minjiro dan menghabiskan darah segar itu dalam sekali tegukan.
"Masih ada banyak tahanan, kau yakin energimu tidak habis hanya untuk meng eksekusi?"
Sanggrada tersenyum lalu menatap adiknya. Iris kuning keemasan itu berkilat semakin terang.
"Apa darah yang kau ambil barusan?"
"Ah, darah milik paman."
"Kukira kau mengambil darah bunda."
Minjiro memukul pelan kepala kakaknya.
"Kapan terakhir kali kau meminum darah bunda?"
Sanggrada tertawa lalu memberikan tatapan jahil kepada adiknya.
"Aku baru saja minum darah bunda kemarin malam, dia bilang untuk menambah energi. Karna terlalu banyak kurasa cukup untuk mengeksekusi para sampah ini."
Sebenarnya kekuatan demon dalam diri sanggrada akan hilang jika tidak diaktifkan dengan meminum darah dari gabriel. Tapi sepertinya ibu beranak 4 itu tidak keberatan memberi sedikit darahnya untuk ketiga putranya.
"Kapan terakhir yusangga meminumnya?"
Sanggrada menaikan bahunya tanda dia tidak mengetahui kapan kakak kembarnya itu mendapat darah bulanan dari sang bunda.
"Kumohon ampuni aku..."
Sanggrada hanya menatap datar seseorang yang terduduk didepannya. Minjiro yang ada disebelahnya hanya bisa membelalakan matanya terkejut melihat siapa yang ada didepannya.
"Junius..."
"Selama ini dia mata-mata para rogue itu."
Wooyanagra juga mengetahui jika putranya tertangkap namun keputusan sanggrada tak bisa dibantah bagaimanapun caranya.
Sebagai seorang ayah, sanggrada merasa tak tega jika harus menghukum putranya. Namun terlampau kecewa, alpha itu hanya bisa menghela nafas kasar sebelum berdiri dan meninggalkan ruangan.
"Alpha..."
Usapan pelan pada bahunya membuat sanggrada tersadar dari lamunannya.
"Aku berpikir tentang junius..."
Omega itu hanya tersenyum tipis lalu memeluk bahu sang alpha dari belakang.
"Eum, aku tau itu berat. Untukku bahkan untukmu juga. Junius itu putra pertama kita. Tapi bukankah menghukumnya juga kewajibanmu?"
Sanggrada kembali menghela nafas dan memejamkan matanya lalu mengangguk pelan.
"Jika kamu ingin memaafkan nya maka maafkan lah, tapi tidak berarti dia lepas dari hukuman yang harus dia terima."
"Kamu benar mate...akan kupikirkan lagi nanti."
Sanggrada berdiri lalu membalikan badannya dan menarik omega manis itu kedalam dekapannya.
Tok tok tok!
Ketukan pintu secara brutal terdengar didepan pintu ruangan yang senyap.
"Masuk."
Pintu terbuka dan menampilkan seorang guards yang berlumuran darah. Wajahnya terlihat panik dan ketakutan.
"Tu-tuan muda junius..."
Sanggrada mendengar nama putranya langsung berlari ke area penjara bawah tanah.
Brak!
"Junius!"
Tidak...apa yang dia lihat sekarang bukanlah putranya...iris biru menyala itu terlihat mengintimidasi.
"Jangan mendekat. Atau aku akan menyakiti tubuh putramu."
Hening mulai menyelimuti. Sanggrada bergelut dengan pikirannya dan mulai gelisah.
"Sial. Apa mau mu?"
"Kembalikan omega itu padaku."
Wooyanagra berlari kearah sanggrada dan berhenti tepat disebelahnya. Mendengar apa yang dikatakan oleh seseorang yang menguasai tubuh junius.
"Calvin?"
KAMU SEDANG MEMBACA
. sempiternal - sanwoo//woosan ; end
Fiksi Penggemar- Born as a descendant of wolves and demons. become the leader of his nation. and love his mate with all his soul. Sebuah awal kelahiran dari ketiga lambang perdamaian daepectiva. writer : sanggrada