Hari ini adalah hari Senin dimana seluruh sekolah pasti melakukan upacara, seperti Lee School yang juga melakukan upacara, tapi kali ini berbeda karena kedatangan tamu penting yang pastinya dirahasiakan. Maka dari itu siswa-siswi berbondong-bondong masuk ke sekolah dini hari dan berkumpul di lapangan utama seraya bercengkrama.
Iswara Nuala atau yang kerap disapa Iswara itu tengah berdiri di antara keramaian, dia menunggu temannya, Ginda Fahreza yang sedang membeli popcorn. Entahlah apa yang dipikirkan temannya itu sehingga harus memakan popcorn setiap ada tamu penting datang.
"Iswara! Iswara!"
Merasa terpanggil, Iswara pun menoleh melihat temannya yaitu Ginda berlari-lari dengan tidak tahu malunya dipandang banyak orang.
"Kenapa lo teriak-teriak?" tanya Iswara menjitak kening Ginda hingga sang empu meringis pelan.
"Gue liat mobil besar banget, kayaknya lamborghini keluaran terbaru deh, warnanya agak kekuningan gitu," cetus Ginda dengan air liur yang sudah muncrat sana sini. Iswara menengok cup popcorn ditangan Ginda yang tidak berisi.
"Lah jagungnya kemana?" tanya Iswara mengernyit.
"Astaga! Nggak sengaja gue makan pas lagi liatin tuh mobil parkir, gimana dong?"
"Ya udah sih." Iswara mengendikkan bahu acuh.
Kepala sekolah kemudian datang menaiki podium dan mengecek mikrofon, semua siswa-siswi sudah tidak sabar melihat tamu penting tersebut, beberapa siswi mengharapkan pria tampan yang mapan, dan siswa sudah pasti menginginkan wanita cantik berlekuk indah.
Suara heels yang menggema saat memasuki lapangan utama membuat semuanya terdiam, seorang wanita cantik datang menaiki podium sembari tersenyum manis.
"Selamat datang Nona Yura Lee," sambut Kepala Sekolah dan di sahut tepukan tangan semua murid. Mereka terkagum-kagum menatap wanita bernama Yura itu, kemudian beralih menatap Iswara. Sang empu yang dipandang hanya dapat mendengus sebal.
"Apakah saya sudah boleh berbicara?" tanya Yura tanpa basa-basi, tapi senyum masih menghias di wajahnya. Kepala sekolah menanggapi itu dengan anggukan cepat, dia merasa gugup bertatap muka dengan pemilik Lee School.
"Kalian semua pasti sudah tahu siapa saya, maka dari itu tanpa memperkenalkan diri saya akan to the point. Sebagai pemilik sekolah ini saya ingin memberitahukan jadwal sekolah terbaru," terangnya membuat Iswara terheran-heran.
Pemilik sekolah datang kemari dengan alasan memberitahukan jadwal terbaru, hanya sebuah masalah sepele dapat diselesaikan oleh pihak Tata Usaha Sekolah.
"Aneh," gumam Iswara menyipit menatap wanita di atas podium.
"Jadwal sekolah akan dikirim melalui grup sekolah, guru-guru yang akan membagikannya, saya harap keputusan ini dapat menyenangkan kalian semua." Kemudian Yura mundur selangkah, dia berpamitan sebentar dengan kepala sekolah dan melenggang pergi bersamaan sorakan siswa-siswi memujinya.
"Untuk apa dia datang hanya untuk sebuah jadwal?" tanya Iswara lagi dan kali ini terdengar ke telinga Ginda.
"Aneh sih tapi gue senang dia datang, akhirnya bisa melihat wajah cantik Kak Yura," balas Ginda yang malah memuji Yura membuat Iswara mendengus sebal.
Iswara berlari menuju parkiran meninggalkan Ginda yang menghentakkan kakinya geram, dia menarik tangan wanita itu dan membawanya ke dalam toilet.
"Why?" tanya Yura bersedekap dada. Dia memalingkan wajah ke arah lain, enggan memandang wajah Iswara.
"Untuk apa lo kemari? Nggak mungkin kan tiba-tiba datang cuma untuk sebuah jadwal?" cecar Iswara menatap tajam wanita dihadapannya ini.
"Memangnya kenapa? Apakah gue salah melakukan itu?" Yura memberanikan diri menatap mata tajam Iswara, kini mereka saling bertatapan.
"Itu bukan lo karena gue tahu lo nggak akan kemari hanya untuk hal-hal sepele,"
"Yap! Lo benar. Gue kemari hanya untuk satu alasan." Dapat terdengar suara tarikan nafas Yura yang panjang.
"Apa alasannya?"
"Lo,"
Iswara tak bergeming mendengar jawaban mengejutkan itu, buru-buru dia menepis rasa senangnya dan kembali menatap tajam Yura.
"Gue mau hubungan kita kembali—maksud gue kita harus tinggal bersama lagi dan nggak ada pertengkaran," cetus Yura menatap sendu Iswara. Sejak lama dia berusaha menghubungi Iswara dan memberikan sepercik perhatian, tapi reaksinya sama saja, tak tersentuh sama sekali. Sepertinya dendam sudah mengerubungi Iswara.
"Kak Yura-ku yang tersayang, gue nggak mungkin lah tinggal bersama lo. Secara lo cucu kesayangan Buyut. Yang ada gue disana malah dijadiin boneka santet." Iswara mulai muak, dia berjalan menjauhi Yura.
"Tapi lo masih ada gue!" teriak Yura mengundang perhatian, mereka langsung saja mengambil kesempatan untuk bertatap muka dengan Yura dan berbicara, atau meminta tanda tangan. Sementara Iswara sudah menjauh dengan wajah mencebik.
"Dulu juga gitu, lo bilang masih ada gue, tapi nyatanya lo malah pergi,"
Sesak itu yang dirasakan Iswara saat ini, dia memegang dadanya yang terluka parah sejak lama. Seseorang menghampiri dan memeluknya dengan tulus, hati Iswara sedikit terenyuh.
"Terima kasih Ginda," ucap Iswara yang mempererat pelukannya pada Ginda.
_Kesan baca part 1 ini apa? Komen dong dibawah dan jangan lupa vote me!_

KAMU SEDANG MEMBACA
Say Happy
Novela JuvenilIswara Nuala, terlahir di keluarga yang penuh drama. Dimana dia sering menjadi bahan perbandingan dan penghargaan, seperti robot yang diatur untuk terus sempurna. Luar dalam harus baik itupun sesuai naskah yang Ayahnya berikan. Luka ini terlalu keci...