4. Jalan Pintas

23 3 0
                                    

Jakarta Timur, 20 Februari 2021
07:20 WIB

Ariana benar-benar menghabiskan waktunya tinggal di rumah saja sejak kejadian buruk beberapa hari yang lalu menimpanya tepat di hari kepulangannya.

Ia terus memikirkan tentang kasus pembunuhan ibunya yang dinilai aneh dan tidak terpecahkan. Bahkan masa penyelidikan diperpanjang oleh pihak kepolisian dan mengerahkan lebih banyak detektif serta pengamat kriminal ternama, Rendita Eri Syara yang kerap tampil di acara-acara yang membahas topik sejalan.

Ariana tiba-tiba mendapat panggilan masuk dari Detektif Suryo. Tangannya langsung bergerak menggeser ikon hijau di layar ponselnya.

"Halo?"

"Nona Ariana Lee, saya ingin mengabarkan bahwa kasus pembunuhan ibu Helena Jane Nakamoto diputuskan untuk ditutup sebagai kasus bunuh diri. Pernyataan resminya akan disiarkan siang ini."

Tubuh Ariana menegang dan pegangannya terhadap ponselnya menguat. Wajahnya berkedut.

"Tunggu dulu, apa maksud anda, pak?! Bagaimana bisa kalian memutuskan bahwa kasus ibuku itu sebagai kasus bunuh diri?!" Ariana mulai meninggikan suaranya pertanda gadis itu tidak terima dengan ucapan sang detektif.

"Bukti-bukti yang kami kumpulkan terbatas dan tidak ada sedikit pun tanda-tanda yang merujuk pada pelaku. Kami sudah berusaha keras, Nona." Balas detektif Suryo berusaha menenangkan Ariana.

"Lalu haruskah kalian menggantinya menjadi kasus bunuh diri?! Ini tidak masuk akal! Luka yang dimiliki korban jelas sekali tidak mungkin dilakukan sendiri!" Cerca Ariana bersikukuh agar kasus tersebut tidak ditutup.

Ariana sebenarnya tidak suka berdebat, namun kali ini apa yang diperdebatkan adalah permasalahan yang sangat penting baginya. Ia tidak bisa menerima dengan mudah.

Detektif Suryo mendesah pelan di seberang panggilan.

"Nona Ariana Lee. Ini sudah keputusan akhir dan sudah berdasarkan data tim investigasi. Jadi penyelidikan sudah berada di garis batas dan terpaksa kasus dialihkan menjadi kasus bunuh diri daripada dijadikan kasus yang tidak terpecahkan. Setiap kasus memiliki batas waktu sehingga tidak mungkin membiarkan kasus tergantung hingga melebihi batas waktu." Jelas detektif Suryo yang sudah pasrah dengan apapun tentangan yang dilemparkan oleh Ariana padanya setelah itu.

Ariana mengerang frustasi. Ia benar-benar kesal dan merasa bahwa hukum pun tidak berpihak padanya. Ia mulai tidak mempercayai hukum yang minim kepastian keadilan.

"Baiklah. Berarti selama ini kompetensi hukum sangat rendah. Aku benar-benar kecewa. Terima kasih."

Pip!

Panggilan dimatikan sepihak. Ariana menyesal karena ia rela menunggu perkembangan kasus ibunya yang ditangani hingga berhari-hari justru kini malah menjadi sia-sia.

Hembusan nafas terus menguar beberapa detik setelah panggilan selesai. Ia merasa sangat lelah. Ia lebih merasa kebingungan karena kasus ibunya yang tidak jelas ujungnya.

Ariana benar-benar tidak bisa tenang hingga ia bisa menemukan sang pembunuh dan memusnahkannya dengan tangannya sendiri.

Ia kembali menghidupkan ponselnya dan membuka daftar kontak. Ia menekan tombol panggil. Tertera nama 'Algojo' pada layar ponsel.

"Halo?"

"..."

"Ayo bertemu di markasmu malam ini."
_________________________________________

Toko Merah Jakarta
22:15 WIB

Ariana sedang duduk diam di balik kemudi mobilnya sambil menatap sebuah gedung merah bertingkat dua yang dihiasi oleh sedikit cahaya yang redup dari dalam gedung. Tidak jauh dari keberadaannya terdapat sebuah mobil yang sudah lebih dulu terparkir.

Inside of MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang