13. Titik Temu

20 4 1
                                    

Penjara Seoul, 13 Maret 2021
09:05 KST

Sebuah mobil sedan hitam baru saja tiba di halaman parkir sebuah penjara yang berada di Seoul. Pemilik mobil pun turun perlahan. Seorang wanita berusia sekitar 40-an bergaun merah gelap sedikit ketat selutut yang dilapisi oleh blazer tebal berwarna hitam keluar dari dalam mobil. Dandanannya menegaskan usianya yang tidak lagi muda dan memiliki kelebihan ekonomi meskipun tidak tampak terlalu mewah.

Tuk!

Tuk!

Tuk!

Ia berjalan memasuki penjara sendirian. Bahkan angin sepoi-sepoi menerpa rambut pendek sebahunya yang tergerai. Ia berniat untuk mengunjungi seseorang pagi ini. Sudah terhitung empat tahun sejak ia terakhir kali berkunjung ke penjara Seoul.

Sesampainya di ruangan kunjungan, ia duduk di kursi yang telah disediakan sembari menunggu seseorang yang hendak ditemuinya. Ia menatap lama kursi yang ada tepat di hadapannya di balik dinding pembatas aman antara pengunjung dan penghuni penjara. Terdapat beberapa lubang kecil yang menghiasi sebuah kaca tebal yang dipasang di tengah-tengah dinding sebagai sarana penyalur suara antar dua pembicara.

Tak berapa lama, seorang petugas lapas membawa seorang tahanan yang memakai baju khas tahanan Korea dan nomor 2214 terpasang di dada kanannya. Wajahnya terlihat muram dan penampilannya benar-benar menunjukkan bahwa ia sudah merasakan penderitaan di balik jeruji besi selama 14 tahun terakhir.

Tahanan itu pun duduk dan menghela nafas panjang. Sepertinya ia agak tidak senang dengan pengunjungnya.

"Apa yang membawamu kemari, Yi Song?" cicit tahanan tersebut membuka pembicaraan.

Wanita yang disebut Yi Song itu balas tersenyum lemah.

"Bagaimana kabarmu? Kamu baik-baik saja kan, kak?" Balas Yi Song balik bertanya.

"Kamu bisa melihatnya sendiri. 14 tahun cukup untuk berusaha bertahan hidup. Dimana pun itu, penderitaan tetap akan ada."

Nada suara tahanan tersebut terdengar sedih. Ia paham betul bahwa apa yang menimpanya saat ini adalah konsekuensi dari kejahatan yang ia lakukan.

"Ya, tentu saja. Apakah kamu tidak penasaran dengan kondisi keluargamu?"

"Jika kamu mau secara sukarela menceritakannya padaku, maka akan aku dengarkan. Bukankah itu tujuanmu datang menemuiku lagi setelah empat tahun yang lalu?"

Yi Song menggigit bibir bawahnya pelan, lalu menghembuskan nafas sejenak.

"Aku belum mendengar apapun dari Seon-Ah. Dia sempat kemari untuk melanjutkan pendidikannya. Baru beberapa bulan setelah dia menyelesaikan pendidikan sarjananya di sini, dia sudah pergi ke Indonesia. Aku rasa dia memang tinggal bersama Helena." Jelas Yi Song dengan jujur.

Tahanan tersebut hanya balas tertawa renyah dan tersenyum tipis.

"Bagus sekali. Setidaknya dia tidak memiliki alasan buruk untuk berada di Seoul. Lebih baik baginya untuk menyelesaikan pendidikannya dibandingkan mengunjungi ayahnya yang telah menjadi seorang kriminal ini. Itu sangat baik." Pasrah tahanan tersebut.

"Tidak! Seharusnya dia harus tahu dimana ayahnya! Ini sudah terhitung 14 tahun tidak pernah bertemu! Di dalam hubungan keluarga seharusnya tidak ada rahasia dan luka, kak. Apapun situasinya, dia perlu tahu keberadaanmu." Sanggah Yi Song tegas.

Inside of MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang