7. Keputusan Mematikan

15 4 2
                                    

Rumah Keluarga Ariana, 2 Maret 2021
10:13 WIB

Terhitung sudah sepekan lebih Ariana tidak menyambangi markas kelompok belati. Selama itu pula ia sedang menyusun dengan matang rencananya dalam memimpin kelompok gengster berbahaya tersebut. Ia bahkan menepikan kasus ibunya dan memfokuskan pikirannya untuk melakukan langkah besar sebagai ketua gengster.

Drrtt drrtt!

Pip!

"Halo Leone."

"..."

"Kumpulkan teman-temanmu di gudang kosong yang ada di dekat rumah pak Hong sekarang."

Pip!

Ariana memiliki alasan sendiri untuk tidak menapaki markas kelompok belati dan mencari tempat yang baru untuk melakukan perundingan. Salah satunya adalah jarak rumahnya dengan gudang kosong tersebut tidaklah begitu jauh, dengan kata lain ia masih terhitung tetangga dengan pak Hong. Sebuah kebetulan yang mengejutkan.

Setelah melakukan panggilan, ia bergegas memakai jaket longgar hitam yang tersambung dengan penutup kepalanya. Lalu, Ariana berjalan menuju kamar mendiang kakak laki-lakinya dan mengambil salah satu koleksi topinya yang berwarna senada dengan jaketnya.

Tangannya sigap merampas kunci mobil pribadi ibunya yang terletak di atas meja bertingkat yang berada di salah satu dinding ruang tamu dan berdekatan dengan pintu utama. Ia segera menuju garasi. Mobil putih yang mampu menampung delapan orang tersebut terparkir rapi di sana.

Ariana segera menaiki mobil tersebut. Matanya bergerak memperhatikan seisi mobil yang cukup dirindukannya. Ibunya menggunakan mobil tersebut untuk bepergian bersama dengannya dan saudara-saudaranya mulai dari mengantar sekolah hingga liburan keluarga.

"Semua akan baik-baik saja, bu. Aku akan memberimu keadilan."
_________________________________________

Kantor Polres Metro Jakarta Pusat

Detektif Suryo hari ini baru saja kembali dari lokasi kejadian pemerkosaan anak di bawah umur yang terjadi di wilayah Jakarta Timur. Ia mendapatkan laporan dari seorang anak perempuan berusia sepuluh tahun yang menjadi korban dari kasus tersebut.

Ia memasuki gedung dan tanpa sengaja berpapasan dengan seorang pria misterius yang berjalan menunduk sehingga membuatnya menyenggol pundak detektif Suryo.

Detektif Suryo refleks berhenti dari jalannya setelah pundaknya berkenaan dengan pundak pria misterius yang justru tetap lanjut berjalan tanpa berbalik melihatnya ataupun berucap maaf. Detektif Suryo sempat merasa aneh, tetapi kemudian ia tidak mempedulikannya karena itu hanyalah permasalahan kecil.

"Kenapa aku merasa kalau aku mengenal orang itu?" gumam detektif Suryo yang merasa tak asing dengan perawakan orang yang menabrak pundaknya tadi.

Sementara itu, pria misterius itu ketika telah jauh dari detektif Suryo beberapa kali menoleh ke belakang untuk memastikan bahwa dirinya tidak dikejar oleh sang detektif. Lalu, ia memajukan topinya agar wajahnya tidak begitu terlihat oleh orang-orang yang berlalu-lalang di kantor tersebut dan berjalan cepat meninggalkan area kantor.

"Hei, bagaimana lokasinya? Ada bukti yang menjelaskan pelakunya?" Tanya seorang pria yang terlihat lebih tua dari detektif Suryo dan berpakaian seragam polisi lengkap tengah berjalan mendekatinya.

"Sayang sekali, kunci kejadian hanya dari kesaksian anak itu."

Detektif Suryo menghela nafas, lalu menjatuhkan diri ke atas kursi kebesarannya.

Inside of MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang