-Chapter 8-

388 57 5
                                    

Warning : a little bit 🔞

Apa kejadian hari itu ga ada artinya bagi Yuri?

Yah kalo benar, wanita itu keterlaluan.

Malam di mana Yena dan Yuri berpelukan tanpa sehelai benang pun, benar-benar membekas di pikiran Yena.

Padahal dulu sih, mereka sering mandi bareng. Garis bawahi ya, dulu saat mereka masih kecil.

Sekarang jelas beda, mereka sama-sama orang dewasa. Belum lagi dengan pikiran Yena yang ga bisa dikontrol, maklum naluri pria yang tak terpuji.

Masalahnya, Yuri berlaku seolah malam itu tidak pernah terjadi.

Ga adil banget, masa cuma Yena yang terpengaruh dengan keintiman mereka pada malam itu?

Yuri memperlakukan Yena hanya sebatas seorang Choi Yeonbin.

Wanita itu terus-terusan bermesraan dengan Seungwoo, tanpa merasa bersalah sedikit pun pada Yena yang seakan diberikan harapan olehnya pada malam itu.

Yena tentunya ga terima dipermainkan oleh Yuri, dia selalu menginterupsi kemesraan Seungwoo dan Yuri.

Contohnya seperti sekarang.

Baru aja Seungwoo akan mencium Yuri, tiba-tiba pintu terbuka menampilkan seorang Choi Yeonbin.

"Ah m-maaf sir, saya kira hanya ada sir disini"

Yuri memutar bola matanya, malas. Dia tau bahwa Yena melakukan ini dengan sengaja.

"Ya gapapa, ada perlu apa kamu?"

"Anu sir, mobil sudah siap di luar" kata Yeonbin sambil menunjuk ke belakang ala-ala gerak-gerik supir.

"Ah iya, sayang aku berangkat dulu ya. Kamu ke apartnya dianter sama Yeonbin, okay? Nanti kita lanjut lagi"

Lanjut lagi? Oh jangan mimpi, batin Yena.

Seungwoo memeluk Yuri sebentar lalu mengecup kening wanita itu.

Yena hanya bisa menghela nafas pelan melihat semua itu, sebelum pergi dari tempat itu.

~~~~~

"Mau kamu apa sih, Choi Yena?" Tanya Yuri sesampainya mereka di apartemen.

"Yuri, aku udah kasih kamu semuanya. Kamu butuh waktu? Aku kasih, kamu nyuruh aku nunggu? Aku tunggu. Tapi mau sampe kapan Yuri? Udah lima hari berlalu semenjak malam itu. Kamu ngapain sih?"

"Yena, kamu tau sendiri kan ada banyak hal yang harus saya pastiin-"

"Hal apa? Jangan bilang perasaan kamu? Jadi ciuman kita ga ada artinya buat kamu?"

Yuri menghela nafas sambil memijit pelan pelipisnya.

"Bukan gitu, Yen-"

"Jadi aku itu cuma mainan bagi kamu? Yang bisa kamu cium dan sentuh kapan pun kamu mau?"

Yuri menoleh kepada Yena lalu menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Ga begitu, Yena"

"Terus kayak gimana, Yuri?"

Yuri terdiam membuat Yena mengacak rambutnya pelan.

"Aku cuma mau ingetin aja" kata Yena dengan suara yang lebih pelan.

Yuri cuma mengerutkan alisnya.

"Yang naksir aku,"

Mendengar kata 'naksir' membuat Yuri spontan memutar bola matanya.

Between Us • YenyulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang