(Ch. 3 Pt. 2(+IMPORTANT NOTICE)) Serba Mewah ^o^

2 3 0
                                    

"Aaron, bangun. Kita sudah sampai."

Tepukan dan suara dari Pak Grey berhasil membuat kedua mataku terbuka. Aku ... rupanya ketiduran sepanjang perjalanan. Yah, aku tidak boleh heran kenapa itu bisa terjadi. Tidurku semalam memang bukan tidur ternyenyaku. Aku langsung berdiri, mengambil koperku, dan melompat turun dari gerbong kereta kuda.

"Tidak ada yang ketinggalan di gerbong?" Tanya Pak Grey memastikan.

Aku menggeleng, "Oh, baiklah. Kalau begitu aku pulang ya. Kamu bisa langsung menuju kantor registrasi untuk menunjukkan surat kelulusanmu." Lanjutnya.

"Ah, baik. Terima kasih banyak, Pak. Sungguh, aku amat berterima kasih atas bimbingan Pak Grey selama ini."

Dia tersenyum dan langsung memacu kudanya. Dalam hitungan detik, kereta kudanya kian mengecil dalam pandanganku.

Aku pun melangkah melalui gerbang utama akademi, dan tentunya aku bukan satu-satunya remaja yang membawa koper kemari. Dengan surat kelulusan di genggaman tanganku, aku memasuki kantor registrasi.

Antrian tidak terlalu panjang berhubung banyak sekali dari guru dan senior kelas tiga yang bekerja sama mengurusnya. Di beberapa kelas yang berwajibkan membawa senjata terdapat pemeriksaan senjata dan tunggu ... apakah itu koper seseorang yang dibuka? Oh, jangan bilang akan ada pemeriksaan barang bawaan juga.

"Senang bisa bertemu denganmu lagi, Aaron." Sapa James, yang baru saja mengambil baris antrian.

"Oh, hai James. Ya, aku juga."

"Untung saja kamu baik-baik saja. Aku tidak menyangka kamu bisa melancarkan sihir sebesar itu. Bu-Bukan aku bermaksud merendahkanmu, tapi ... yah, kamu mengerti maksudku kan?"

Aku mengangguk. Ya, aku mengerti maksudnya. Aku sendiri juga pastinya akan penasaran bagaimana seseorang dengan sihir yang awalnya lemah tiba-tiba mendadak kuat. Dan ditambah lagi, si pelancar sihir seketika pingsan setelahnya.

Giliranku tiba. Aku pun menyerahkan surat kelulusanku kepada seorang lelaki jangkung berseragam kelas sihir.

"Aaron .... Oh, kau bocah yang pingsan saat ujian itu ya?"

DEG! Ba-Bagaimana dia tahu? Hebat sekali. Kalau seorang senior yang tidak kukenal sudah mengenalku, kemungkinan teman-temannya juga pasti tahu.

"I-Iya." Aku menggaruk-garuk kepalaku yang sebenarnya tidak gatal. Malu.

"Hebat sekali. Meskipun pingsan begitu kau berhasil lulus, bahkan mendapat beasiswa. Baiklah, taruh kopermu disini. Aku ingin memeriksanya."

Ini yang kukhawatirkan. Tapi mau tidak mau aku harus melakukannya. Aku pun menaruh koperku yang ukurannya berhasil melebihi meja ini setengah jengkal.

"Wow! Kopermu besar sekali! Kau tahu sebagian besar kebutuhan sehari-hari sudah dipenuhi akademi kan? Untuk apa kau bawa koper sebesar ini?"

"Yah ... aku tidak memiliki koper yang lebih kecil jadi .... Tapi meski begitu aku tidak membawa banyak barang juga."

Matanya menatapku dengan pandangan penuh penyelidikan, kemudian memejamkannya sejenak dan mengangguk. "Ah, begitu rupanya. Baiklah, ini kunci kamarmu. Nomor kamar dan asramanya bisa kau lihat di kunci ini, dan oh iya. Kau akan satu kamar dengan dua orang lainnya, dan tentunya mereka juga akan mendapatkan kunci yang sama. Jadi tolong siapapun rekan sekamarmu, tetap akur ya. Kalian bertiga akan tinggal bersama selama kurang lebih tiga tahun bersama."

Aku mengangguk sembari mengambil kunci kamarku dan koperku. Hampir saja aku menjatuhkan meja kakak itu. Dengan kikuk aku pun meminta maaf dan berterima kasih. Dia terkekeh melihat kecerobohanku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 10, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Magician's HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang