Korban Kolang-Kaling

74 16 8
                                    

Korban Kolang-Kaling

Oleh:  Aesyzen-x

[ PROJECT RAMADHAN BPC ]

Ini pertama kalinya sejak aku bergabung dengan grup kepenulisan, BPC mengadakan buka bersama di ujung ibukota baru Indonesia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini pertama kalinya sejak aku bergabung dengan grup kepenulisan, BPC mengadakan buka bersama di ujung ibukota baru Indonesia. Bagaimana tidak excited, untuk pertama kalinya pula aku akan melihat wajah mereka secara langsung, bukan hanya dari layar ponsel saja.

Maka dua hari yang lalu aku izin pada ibu, merengek di kakinya meminta untuk mengizinkanku pergi ke ibu kota yang berjarak beberapa kilometer dari rumah. Tentu wanita itu tidak akan memberi izin kepada anak gadisnya untuk keluar menjelang magrib, sendirian pula.

Begitu ayah pulang malam itu, beliau langsung mengamini ibu untuk tidak memberiku izin buka bersama anak-anak BPC. Sudah kubilang pada mereka, bahwa orang-orang yang aku temui adalah orang baik-baik dan aku sudah cukup lama mengenalnya. Seharusnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan, mengingat aku sudah dewasa dan cukup bisa menjaga diri sendiri. Lagi pula, toh tidak sampai keluar kota.

Jadilah malam itu aku membanting pintu kamar, merajuk seharian dan puasa tanpa sahur. Rendang buatan Ibu pun tak mampu menyeretku keluar kamar sebelum mereka meminta maaf.

Tiba-tiba ide nakal terbesit di pikiranku. Mengingat aku sudah tidak keluar lebih dari 2 hari dan mendekam di kamar, kalau aku hanya keluar rumah dari maghrib sampai isya mungkin mereka tidak menyadarinya.

Berangkatlah senja itu aku ke acara buka bersama BPC, mengendap-endap lewat jendela kamar sambil membawa perlengkapan seadanya. Lagipula aku terburu-buru, soal ketahuan bisa kuceritakan nanti kepada mereka.

Aku sungguhan melompat dari jendela kamar dan mendarat estetik di beranda rumah. Orang tuaku sedang bekerja, mereka tidak ada di rumah dan kamarku masih terkunci dari dalam.

Beberapa saat, ojek online pesananku tiba dan aku segera pergi dari sana. Ada secuil rasa bersalah dalam diriku, tetapi semuanya langsung kukubur dalam-dalam, mencoba peduli amat dengan yang lalu-lalu.

Perjalananku seorang diri memakan waktu tiga puluh menit untuk tiba di tujuan. Dari jauh, bisa kulihat para remaja SMP, SMA, bahkan ada yang kuliah juga bekerja sudah berkumpul di tempat yang dijanjikan.

Begitu langkahku mendekati mereka, kukenal Lorra sang pendiri grup menyambutku lebih dulu seraya menepuk pundak seolah lama tak bertemu—memang itu kenyataannya.

"Yo, Es! Lama amat sampenya," sapa Rose turut serta merangkulku, menuntun kami ke tengah-tengah acara.

Aku melihat Al, ketua divisi Thrillero yang ternyata masih bontot. Meski dalam balutan masker, kami tetap mengenalnya. Dalam hati aku takut dia akan meruqyah kami malam ini.

Yang kulirik menoleh, menyipitkan matanya padaku. "Aes? Buset, gue kagak nyangka lu bakal dateng." Gadis itu menyeret bangku di sebelahku dan duduk di sana seolah kami teman dekat.

Kolang KalingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang