Bukber

38 11 3
                                    

Bukber

Oleh: Catrella2

[ PROJECT RAMADHAN BPC ]

[ PROJECT RAMADHAN BPC ]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lapor, Kapten. Target terlihat dalam radius 2 meter, ganti."

"Laporan diterima Agen Jim, tunggu target mendekat, ganti."

Tanganku tanpa sadar menaikkan posisi kacamata yang longar, kaki terasa kebas, sebab terlalu lama berjongkok agar tubuhku yang jangkung tak ketahuan di balik semak dekat rumahnya. Kulirik teman yang kupanggil Kapten, rasa iri menghampiri saat melihatnya duduk dengan manis. Enaknya jadi orang pendek.

"Apa? Kau habis mengatai Kaptenmu ini kan!" Matanya seakan hendak keluar. Aku menggeleng keras.

"B-bukan kok aku tadi mikirin-"

"Mama, Mama, lihat, ada orang aneh."

"Hush diam, abaikan saja."

Aku meneguk air ludah, kacamata hitam yang bertujuan agar terlihat keren kuturunkan. Malu menghampiri saat mendengar percakapan ibu-anak tersebut. Ah, tidak apa-apa Har! Kamu bisa! Ini salah satu bentuk perjuanganmu, kok! Batinku berusaha optimis.

"Loh, Harris? Kenapa di sini?" Kepalaku menoleh ke belakang, mendapati seorang gadis berwajah manis dengan rambut panjang memandangku heran. Aku terdiam, bukan karena tak mau berbicara, tetapi karena dia ... ugh, terlalu bersinar.

"Ris? Hallo, panggilan Bumi kepada saudara Harris." Seperkian detik baru kusadari hal yang kulihat bukan ilusi, wajahku terasa panas kemudian.

"R-Rini! Kok kamu bisa di sini?!" Tanpa sadar aku berdiri tegak dan menabrak dirinya yang menunduk ke arahku. Rini terhuyung, hendak jatuh jika tak kutarik ke dalam dekapan.

"Ehem! Kalo mau romantis-romantisan kek di FTV liat sikon dong bosqu." kulirik temanku itu, meskipun menyindir, lihatlah wajah tersenyumnya yang tampak seperti om-om pedo.

"Ah, maaf ya, Rin, refleks." Rini mengangguk saja, wajahnya tertunduk ke bawah. Mampus, doi pasti marah.

Perhatianku teralih saat seseorang menyikut pinggangku. "Gan, ajak noh sekarang."

"G-gimana bilangnya, heh?"

"Ya bilang kek biasa aja, susah amat sih." Tenggorokan seketika kering, keningku entah bagaimana terasa basah, pun dengan telapak tangan yang sedari tadi di balik kantong jaket. Ya, ucapan Dadang benar, mumpung dia ada di sini, bakalan susah kalau bukan sekarang--mengingat sekolah tengah libur panjang.

"Rin, gini, mau nggak kamu-"

"Ah! Maaf Ris, Rini pulang sekarang, ya. Papa udah telepon tadi." Rini segera berlalu pergi bahkan belum aku selesai bicara. Dadang malah tertawa terbahak sekarang, sialan.

Kolang KalingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang