Manis Kolang-kaling

17 7 0
                                    

Manis Kolang-kaling

Oleh: dewi_savitri_san

[ PROJECT RAMADHAN BPC ]

Ramadhan tahun ini kurasa berbeda dari sebelumnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ramadhan tahun ini kurasa berbeda dari sebelumnya. Terhitung setahun sejak ramadhan itu, kami belum pernah bercengkrama lagi.

Bukan hanya saat Ramadhan, bahkan pada hari-hari biasa, ia tak pernah keluarkan sepatah kata pun. Bahkan terkadang menghindari interaksi.

Entah apa yang membuatnya begitu, namun hal itu benar-benar mengangguku.

Segala cara sudah kulakukan untuk membuatnya berbicara. Menemuinya, menelponnya, atau sekedar mengirim berita lewat gadget.

Nihil, tak ada perubahan apapun yang muncul darinya.

Semakin lama, ia makin membuatku teguh pendirian, jika Ramadhan kali ini, akan jadi Ramadhan dimana aku dan dia bisa duduk lagi.

Bercengkrama, layaknya sahabat lampau yang bertemu tiba-tiba. Yang memang sudah jadi ikatan kami dari tiga tahun lalu.

Tinggal beberapa hari lagi untuk mencapai Idul Fitri. Suasana di masjid makin ramai dan hangat. Obor dengan api yang menyala-nyala terpasang gagah ketika kami bersenda gurau dengan bahagia.

Malam itu sangat indah, penduduk desa berkumpul untuk mengikuti acara buka bersama.

Ada para ibu yang sibuk menyusun piring, sementara sisanya mengoper makanan ke tengah ruangan.

Para laki-laki berbondong-bondong membawa gelas besar serta galon air untuk membuat es buah. Anak-anak polos itu juga antusias membantu orang tuanya menyiapkan makanan.

Dan diriku? Ciah! Aku sedang sibuk membuka plastik kerupuk untuk disimpan di kaleng-kaleng khas.

Dan, saat waktu untuk berbuka tiba, kami makan bersama. Dan masih saja, aku tak melihat sosoknya.

Namun ada satu hal yang menarik perhatianku. Diantara kerumunan anak-anak santri, ia berjalan dengan hati. Mencuri-curi kesempatan untuk melarikan diri, menghindar dari kerumunan.

Aku tak tahan lagi. Kakiku meronta-ronta ingin pergi, namun perut laparku masih bersekutu dengan lidah dan gigi! Aku lapar, tapi tidak! Aku akan mencarinya sekarang!

Sengaja kupercepat laju makanku saat menyantap nasi goreng buatan Mbok Jaeni. Orang-orang segera menertawakanku, ketika satu butir nasi muncul secara menjijikkan dari lubang hidungku.

"Ewhhh! Kamu makan kayak dikejar polisi aja!" kata Nuraini, temanku.

Aku menyeringai saking gugupnya. Kuseruput dengan mantap es buah racikan bapak-bapak keren. Rasa dahaga langsung musnah dari kerongkongan.

Kolang KalingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang