Memories

22 8 2
                                    

Memories

Oleh: toedafos

[ PROJECT RAMADHAN BPC ]

Kamu tahu mesin waktu yang bisa mengantar kita ke manapun? Ada saat di mana kita ingin sekali kabur dan tak ingin menghadapi sebuah tanggal tertentu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kamu tahu mesin waktu yang bisa mengantar kita ke manapun? Ada saat di mana kita ingin sekali kabur dan tak ingin menghadapi sebuah tanggal tertentu. Ah misalnya, seperti kita semua ingin kabur dari hari senin. Mungkin mesin waktu menjadi pilihan yang tepat. Jangankan pergi ke masa depan 100 tahun mendatang atau apapun, coba deh kita kabur ke hari selasa tanpa senin menggunakan mesin waktu sudah lebih dari cukup.

Mungkin itulah yang Riyon pikirkan. Seorang ilmuwan muda dengan hidup biasa saja dan membosankan itu sudah lama beberapa kali menghabiskan waktunya menggunakan mesin waktu hanya karena alasan, yang tidak bisa diduga semua orang. Dia ... hanya ingin melewati bulan ramadhan. Hanya itu. Setidaknya sampai hari raya idul fitri selesai, dia ingin mengunci dirinya dan kabur melewati waktu. Alasan di baliknya cukup sederhana, namun tidak remeh.

Dia hanya ingin kenangan bersama keluarganya di bulan indah itu tidak membayanginya lagi.

Bulan itu membuatnya terlihat makin kesepian, menunjukkannya secara terang-terangan bahwa dia sendirian. Tidak ada yang akan menghidangkan makanan sahur, berbuka hanya ditemani meja yang kosong, dan menyambut hari raya hanya ditemani kembang api di malam yang baginya sepi. Dia tak lagi menganggap bulan itu seindah dahulu.

Jika bisa dihitung, mungkin sudah tujuh tahun sejak mesin itu ia ciptakan, yang artinya dia sudah melewati ke-7 kalinya bulan ramadhan. Mengambil cuti panjang dari laboratorium sains tempat ia bekerja, menghilang dari peradaban dunia selama sebulan itu. Sampai hari raya sakral itu selesai, dia tak akan menunjukkan batang hidungnya. Di mana lagi dia selain di kapsul dan mengatur mesin waktu untuk melesat melewati bulan istimewa itu. Setelah bulan ramadhan berlalu, dia akan muncul di tempat kerjanya seperti tidak ada apapun yang terjadi. Kembali menjalani hidupnya yang membosankan, sendirian, pemuda itu seperti mayat hidup yang kehilangan makna dan tujuan.

"Kamu mau sampai kapan begini terus?" Arine mengambil jus di nampan dan menggosokkan kartunya di tempat khusus robot pengantar pesanan. Meletakkan minuman merah mudah sambil menyandingkannya dengan minuman milik Riyon. Ia melihat dengan tatapan sedih pada gelas berisi cairan bening di samping minumannya itu. Sementara Riyon beberapa kali menyesap wine itu tak ambil pusing. Ah haram, Yon, Arine membatin getir.

"Apanya? Saya memang seperti ini, seperti biasanya. Tidak berubah." Riyon mengendikkan bahu. Tatapannya dingin seperti biasa. Arine hanya bisa menghela nafas. Sudah lama sejak dia mengenal Riyon di bangku SMA hingga kerja di tempat yang sama, dan dapat memastikan betul ada perubahan besar pada laki-laki itu. Bagaimana laki-laki itu berubah menjadi pria yang mementingkan logika lebih dari apapun, bagaimana laki-laki itu tak lagi memedulikan manusia. Setidaknya, hanya kepintarannya yang sejak dulu tak pernah berubah, selalu unggul dari semuanya.

Kolang KalingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang