Hey hey hey, jumpa lagi bareng Author😁 udah follow author belum? Hayo ngaku yang nggak follow author😭
Jangan lupa klik🌟
******
Kalau andaikan kalian dipertemukan kembali oleh orang di masa lalu yang sudah tiada, apa yang akan kalian lakukan pertama kali?
Apakah kalian akan percaya bahwa orang yang sudah tiada bisa hidup kembali? Lalu, bagaimana jika orang yang hidup kembali itu adalah orang yang kalian sayangi?
Anaz mengetuk meja pantri secara selaras, pikirannya sudah melayang jauh di atas awan, memikirkan kejadian demi kejadian yang ganjal menurutnya. Sejak semalam Anaz tidak mampu melupakan Ara dari pikirannya. Terlalu banyak pertanyaan yang ingin dia ajukan pada Ara. Namun, Ara tidak akan pernah menjawabnya. Apa ia harus ke panti asuhan Ara tinggal? Agar Ibu panti yang menjelaskan asal usul Ara dan identitas Ara sebenarnya.
"Ayolah, Naz. Mirip bukan berarti dia itu Azna," ujar Zaki yang baru saja masuk ke dapur di cafe. Ia menaruh nampan, melepas apron lalu mencuci tangan.
"Iya, gue tahu, tapi kejadian semalem itu terus muncul dalam otak gue ini," ujar Anaz.
"Kalo misalkan dia mirip Azna, lo bakal apa? Nikahin? Terus kalo dia tau dia dinikahin cuma karena wajahnya mirip orang yang pernah lo sayang dulu, dia bakal kecewa, Bro." Zaki keluar dari dapur, meninggalkan Anaz yang sibuk mengomel dengan ucapan Zaki barusan.
"Nikah? Nggak sampe situ juga tahapannya kali. Ngaco emang kalo ngomong." Anaz mendesah panjang, menceritakan masalah ini kepada temannya malah membuat ia terlihat seperti orang bodoh, mereka hanya menertawakan tanpa memberi solusi.
Anaz menaruh sembarangan apron yang ia gunakan. Ia pergi meninggalkan cafe tanpa berpamitan dengan Zaki, Arshaq dan Erik yang memanggil serta menanyakan kemana hendaknya tujuan ia pergi.
Selang beberapa saat Syakila, Azura, Nadia datang secara bersamaan ke cafe. Sepertinya mereka baru saja pulang dari kampus.
"Baru dateng?" tanya Arshaq yang tiba-tiba muncul dari arah dapur.
"Gitu deh," jawab Nadia dengan lesu.
Pengunjung cafe hari ini tidak seperti hari minggu, apalagi sekarang bukan jam makan siang dan jam pulang kantor, jadi cukup sedikit pengunjung yang datang.
Di ruangan khusus pegawai, mereka mulai mengobrol, membicarakan ini dan itu hingga topik tanpa sadar berganti menjadi Anaz yang selalu membicarakan Ara.
"Gue jadi penasaran muka si Ara kayak gimana," ujar Syakila menimpal.
"Percuma nggak akan liat, dia selalu pakai masker," timpal Zaki tenang, tangannya masih sibuk menari di atas handphone.
"Liat dari separuh wajah dia aja pasti tau mirip atau enggaknya dia sama mendiang Azna. Toh, dulu gue tiap hari di sekolah disuguhi muka dia mulu," sarkas Syakila. Memang ia selalu menatap Azna ketika mata pelajaran yang tidak ia sukai dimulai. Menurutnya, wajah Azna lebih menarik dari pada tulisan di papan tulis.
"Hahaha, bener banget," timpal Nadia.
"Iya, gue dulu juga gitu. Waktu ada soal yang sulit, gue suka ngeliatin Azna, berharap kalo liatin dia nanti guenya ikutan pinter," kata Azura. Ia membenarkan tatanan hijabnya yang agak miring.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Fine 2
Teen Fiction-Muhammad Anaz Al-Farizqi- Wajah itu, memiliki wajah yang sama dengan Gadis yang aku cintai beberapa tahun lalu. Namun, dengan ukuran badan yang lebih kecil dari gadis yang aku cintai. Sifatnya, begitu mengingatkanku pada sosok Azna, orang yang mamp...