Anaz mencium sayang kening sang anak saat suara nafas Shakira mulai teratur, tanda bahwa Shakira telah tidur, lalu ia beranjak dari kasur secara perlahan, Anaz berjalan pelan menuju meja belajar di dekat kasur.
Pria satu anak ini masih harus mengerjakan beberapa urusannya di cafe, ia mengambil laptop, membawanya menuju ranjang Shakira, ia duduk di atas kasur sembari memangku laptop. Matanya sesekali teralihkan oleh sosok yang terlelap berada di samping, Anaz mengerjakan beberapa urusan cafe di rumah, tapi ia tak pernah luput untuk mengawasi sang anak.
Hari ini adalah hari kamis, besok cafe milik Anaz dengan sahabatnya akan mengunjungi panti asuhan khusus anak penderita kanker, itulah rutinitas mingguan yang remaja-remaja pendiri cafe adakan untuk menolong para yatim maupun piatu, apalagi bagi mereka yang menderita kanker, remaja itu tahu cara mengenang teman karibnya yang telah tiada.
"Assalamualaikum, pagi Rik," sapa Anaz saat tiba di dalam cafe, masih cukup pagi untuk pengunjung datang.
"Waalaikum salam," jawab Erik, ia masih fokus mengelap meja ketimbang menatap Anaz. Cafe ini akan dibuka dalam hitungan menit.
Anaz berjalan menuju belakang, dimana berbagai peralatan cafe disimpan, ia mengganti baju santainya dengan baju kerja, lalu mulai ikut membersihkan cafe agar lebih cepat dibuka. Para remaja hanya memperkerjakan pegawai sedikit, selebihnya ketika para remaja tersebut tidak sibuk maka merekalah yang akan turun tangan untuk melayani pembeli.
Cafe telah dibuka, satu per satu orang datang, kebanyakan pengunjung cafe adalah anak remaja, menurut pendapat pengunjung cafe yang berumur di bawah 20 tahun adalah cafenya berdesain anak remaja, apalagi para pelayan yang tampan serta cantik , membuat mereka betah dan memilih untuk datang setiap minggu bahkan tiap hari.
"Selamat Siang, mau pesan apa?" tanya Anaz pada seorang perempuan yang datang seorang diri, dilihat dari pakaian, sepertinya ia adalah anak perkuliahan.
"Saya pesan, hmm ... yang ini satu," ujar sang pembeli.
Setelah mengantarkan pesanannya, Anaz melepas pakaian kerja, ia segera berganti. Lalu keluar cafe membawa tas gendong. Sebelumnya ia telah berpamitan pada temannya yang masih berada di cafe.
"Udah jam segini, hari ini jadwal aku jemput Shakira ke sekolahnya." Anaz menatap jam di tangan sekilas, lalu mulai melajukan mobil dengan kecepatan sedang.
~~~~~~~
"Assalamualaikum! Hallo tante cantik sama om ganteng!" sapa Shakira renyah saat masuk ke dalam cafe.
Walaupun banyak pelanggan, tapi gadis berusia lima tahun itu tampak tak peduli dengan tatapan orang, justru para pelanggan nampak tertawa dengan tingah Shakira.
"Wah, Ponakannya Om udah pulang sekolah nih," kata Zaki sembari mengangkat Shakira tinggi-tinggi hingga anak berseragam itu tertawa.
Saat Anaz memutuskan untuk bekerja lagi, Shakira justru berkeliling cafe, gadis kecil itu menyapa tiap pelanggan, tak lupa memberikan senyuman. Bahkan dengan bangganya Shakira memperkenalkan diri.
"Hallo, namaku Shakil. Sekalang umulku segini," ujar Shakira pada pelanggan, sembari melayangkan kelima jarinya.
"Shakil udah sekolah, hihi," kata Shakira kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Fine 2
Teen Fiction-Muhammad Anaz Al-Farizqi- Wajah itu, memiliki wajah yang sama dengan Gadis yang aku cintai beberapa tahun lalu. Namun, dengan ukuran badan yang lebih kecil dari gadis yang aku cintai. Sifatnya, begitu mengingatkanku pada sosok Azna, orang yang mamp...