Prolog

370 41 6
                                    

Sebelum mulai, alangkah baiknya para readers yang budiman klik tombol bintangnya yah ^^

Bintang kalian juga berarti buat author loh :v
Jadi jangan sungkan buat klik bintang, bentar doang kok klik bintang, kagak ada satu menit ^^

HAPPY READING ....

~~~~~~~

"Kamu memang sudah tiada,
Tapi kisahmu akan tetap abadi di alam semesta."

~Anaz~

~~~~

Seorang lelaki berumur 20 tahun nampak berjalan santai menyusuri lorong demi lorong kampus.

"Hey, Anaz!" panggil seseorang di belakangnya.

Lelaki tersebut membalikkan badan, senyuman mengembang terlihat di bibir.

Lelaki yang disapa Anaz itu melambaikan tangan pada seseorang yang memanggil ia barusan.

"Mau kemana?" tanya yang lain.

Di depan Anaz, kini sudah ada lima orang yang menjadi sahabat ia sejak dirinya duduk di sekolah menengah atas, tidak menyangka persahabatan mereka berkelanjutan hingga sekarang.

"Mau pulang, Shaq," jawab Anaz.

Kedua lelaki yang tepat di depan Anaz menjabat tangan secara bergantian, sementara tiga cewek di samping lelaki tersebut hanya melambaikan tangan saja.

"Nggak mampir ke cafe dulu nih?"

Anaz menatap seorang gadis yang mengenakan jilbab berwarna hijau, ia menggeleng.

"Kenapa? Tumben."
Seorang gadis yang lain ikut angkat bicara.

"Nggak papa, lagi pingin pulang ke rumah aja," jawab Anaz.

ketiga gadis di depan Anaz adalah gadis yang sama saat ia masih SMA, bedanya sekarang ketiga gadis tersebut telah mengenakan jilbab.

Syakila membenahi tatanan jilbabnya, gadis yang menyapa Anaz tadi adalah Ia.

Kedua gadis yang lain adalah Nadia dan Azura. Sementara kedua lelaki yang kini satu kampus dengan Anaz adalah Zaki, Arshaq.

Denis memilih kuliah di luar negri, sedangkan Erik sekarang telah bekerja di cafe.

"Ya udah, kita ke cafe duluan yah," ujar Azura kepada ketiga lelaki yang masih asik mengobrol.

"Iya, jangan lupa liat keadaannya!" teriak Zaki.

Cafe yang mereka bicarakan adalah cafe yang mereka dirikan bersama. Hanya cafe kecil-kecilan, mereka melakukan semua ini agar dapat menghasilkan uang secara mandiri.

~~~~

Anaz memasuki rumah dengan wajah yang begitu lesu, kepalanya pusing akibat terlalu lama berfikir. Ia memijit pelan kening.

"Papa!"

Teriakan seorang anak perempuan sukses membuat penat yang Anaz rasakan seketika hilang entah kemana.

I'm Fine 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang