5. Second Chance

252 21 0
                                    

Wanita itu tergeletak di tengah jalan dia ingat dia baru saja ditabrak oleh sesuatu yang berkecepatan tinggi tapi aneh nya kenapa dia tidak merasa sakit bahkan tidak ada luka satupun ditubuh kecilnya itu.

"Kenapa tubuhku rasanya ringan sekali?" gumam gadis itu

"A-ah topiku hilang" katanya sambil meraba-raba kepalanya mencari benda yang tadi digunakan nya itu

Pria berbaju serba putih yang ia lihat tadi ditaman sekarang berada tepat didepannya membawa topi baretnya itu tapi kenapa raut wajahnya terlihat sedih?

"A-ah kau menemukan topiku" kata gadis itu sambil menunjuk topinya yang ada digenggaman pria itu

Pria itu menyerahkan topinya tanpa mengatakan apapun.

"Gomawo" ucap Chaewon sambil memakaikan kembali topinya itu dikepalanya

"Kim Chaewon" ucap pria itu tiba-tiba

"Ya?"

Pria itu menghela nafasnya "Lihatlah ke kanan mu"

Mata wanita itu terbelalak, ia shock hingga menutup mulutnya yang menganga itu, dilihatnya tubuhnya sendiri yang tergeletak ditengah jalan dengan luka yang fatal di kepalanya itu.

"Kim Chaewon, kau sudah mati" ucap pria itu

"Andwae! bagaimana bisa?!"

"I-ini tidak bisa terjadi aku harus merawat anak ku" ucap wanita itu lagi dengan suara yang mulai bergetar

"Maafkan aku, tidak ada yang bisa ku perbuat" ucap pria itu dengan nada yang dingin

Terkejut? Pasti, gadis itu menangis sejadi-jadinya hingga kakinya itu tidak bisa menopang tubuhnya lagi

"L-lalu siapa kau jika aku sudah mati kenapa kau bisa melihat arwahku?"

"Aku adalah malaikat kematian, tapi kau bisa memanggilku Hyuka, aku mengantar jiwa yang sudah tidak memiliki tubuh agar mereka bisa ber reinkarnasi"

"Kumohon...hiks...biarkan aku bertemu putri ku lagi" pinta wanita itu dengan tangisannya yang sesenggukan

Pria itu menghela nafas panjang, dia merasa sangatlah iba kepada ibu muda itu walaupun sebenarnya sudah banyak manusia yang ia jemput dari ajalnya karena ia memang adalah seorang malaikat maut, tentu saja ia telah membaca biografi kehidupan Chaewon sebelum akhirnya menemuinya untuk mengambil jiwanya itu, walaupun sudah tau jika Chaewon akan tertabrak mobil di tempat itu dan detik itu juga tidak ada yang bisa pria itu lakukan karena ia tidak boleh seenaknya mencurangi waktu kematian orang yang sudah ditentukan sejak awal oleh sang maha kuasa.

"Kumohon...." pinta wanita itu lagi kali ini ia berlutut dikaki pria itu

"A-aku harus membelikan anakku es krim mint choco kesukaannya itu..." Mohon Chaewon dengan tangisnya yang tidak berhenti

Pria itu menatap wanita itu dengan wajah sendu, seharusnya ia tidak berperasaan namun entah kenapa apa mungkin karena kasih sayang ibu yang sangatlah tulus?

"Sudahlah Kim Chaewon, kau sudah tamat" ucap pria itu sambil menjetikkan jarinya yang mengubah tempat mereka berada sekarang menjadi ke ruangan yang serba putih

Dada wanita itu sakit menerima kenyataan yang baru saja ia alami itu, bagaimana bisa hidup begitu tidak adil kepadanya.

"Jika kau bisa bertemu dengan putrimu lagi apa yang akan kau lakukan dengannya?" tanya pria itu

"Aku akan membelikannya es krim mint choco, mengajaknya bermain ditaman bermain, membelikannya mainan...entahlah aku hanya ingin merawatnya aku ingin melihatnya tumbuh menjadi wanita yang kuat bahkan lebih kuat dari ibunya sendiri"

"5 hari, aku akan memberikanmu 5 hari dimana kau bisa menemui putrimu lagi" ucap pria itu

"B-benarkah? kau bisa melakukannya?" tanya gadis itu memastikan

"Aku bisa, tapi putrimu sudah berusia 17 tahun sekarang"

"A-apa?! bagaimana bisa?" tanya Chaewon terkejut

"Aku tidak akan menjawab pertanyaanmu itu"

"T-tapi bagaimana putriku bisa melewati masa kecilnya?" tanya wanita itu lagi

"Ibu mu merawat putrimu dengan baik kau tidak perlu cemas"

"Baiklah bawa aku ke putri ku sekali lagi!" ucap wanita itu sembari mengusap air matanya itu

Pria itu tersenyum lalu menjentikkan jarinya lagi, mengubah tempat mereka berada tadi menjadi di Seoul pada tahun 2038.

"Ah satu lagi, lebih baik jika putrimu itu tidak mengenalmu sebagai ibunya, tidak baik kan melihat orang yang sudah tiada muncul kembali ke hadapannya" ucap pria itu

"Hindari juga kedua teman baik mu itu mereka ada disekitar sini, putrimu mungkin tidak akan langsung menyadari bahwa kau ibunya tapi temanmu itu akan langsung menyadari bahwa kau ini Kim Chaewon yang sudah tiada 13 tahun yang lalu" tambah pria itu

"Baiklah aku mengerti"

"Bagaimana dengan dompet dan ponselku?" tanya Chaewon

"Ponsel? Ah benda persegi itu ya, ponselmu sudah musnah saat kau ditabrak, lagi pula kenapa arwah harus membawa ponsel?"

"Yaaah! itu benda paling penting tau!" seru Chaewon kepada pria itu

"Cih...dasar arwah modern" gumam pria itu pelan

"Apa katamu?"

"Tidak, aku tidak berkata apa-apa"

"Dompetmu ada disaku mu beserta uangnya tentu saja" tambah pria itu

"Jinjja? apakah mata uang ini masih berlaku?" tanya Chaewon penasaran

"Tentu saja, kau datang dari 13 tahun yang lalu bukan dari zaman Joseon" 

"Ah benar juga"

"Cepat temui putrimu itu"

"Tapi aku tidak tau dimana ia bersekolah"

"Ah benar juga"

"Yah! gimana sih?!" ujar Chaewon kesal karena "malaikat maut" yang ceroboh itu

"Woi sabar dong"

Mereka menghabiskan beberapa jam pertama Chaewon yang "dihidupkan kembali" dibumi ini dengan berdebat, Chaewon yang tidak sabaran dan "Malaikat Maut" yang ceroboh dan bodoh itu memang bukanlah pasangan yang serasi namun tanpanya Chaewon tidak akan bisa mendapatkan kesempatan hidup kembali jika bukan karena Malaikat yang bodoh itu, yah walaupun ia bodoh dan ceroboh setidaknya Malaikat itu memiliki visual yang mumpuni.

"5 Hari ya? lebih baik daripada tidak sama sekali..."






To be continued~

Precious Things to Protect [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang