02. Pertanyaan keluarga

336 1 0
                                    

"Alex"

"Ya pih"

"Lebaran minggu depan kumpul seperti biasa dirumah nenek mu di Bali. Lebih baik kamu dan istri mu datang sehari sebelum lebaran saja menginap disana"

"tapi pih Alex masih ada kerjaan yang harus Alex urus. Alex tidak bisa meminta pegawai untuk mengerjakannya karena mereka sudah Alex liburkan"

"Usahakan saja, toh disana banyak saudara-saudara mu yang menginap, paman dan bibi mu yang di Lombok pun menginap di tempat nene"

"ia pih, Alex usahakan, Alex kembali lanjut kerja dulu ya pih"

Setelah obrolan ditelpon selesai Alex mulai melanjutkan pekerjaannya. Sebenarnya pekerjaan ini masih bisa ia kerjakan besok-besok tapi karena Alex sudah terbiasa bekerja, rasanya menunda pekerjaan yang bisa ia kerjakan hari ini adalah bukan dirinya.

"tok tok tok,,, " terdengar suara pintu ruang kerja diketuk

"Sayang, aku membawakan kopi dan cookies untuk cemilan mu kerja" rupanya Chalista lah yg mengetuk

"oh ia bawa masuk saja sayang"

Setelah mendapat ijin dari suaminya, Chalista pun masuk membawa kopi dan cookies ditangannya.

"sudah aku bilang, jika kamu mau masuk langsung saja tidak perlu ijjn dari ku sayang"

"ahh biarkan lah mas, lagi pula rasanya kurang sopan bila aku main masuk saja keruangan mu ini, karna walaupun kamu suami aku tapi kamu masih memiliki privasi dan aku menghargainya"

"privasi apa? Bwat kamu engga ada yang namanya privasi-privasian" ucap Alex lalu mengecup kening istrinya tercinta.

Alex sangat mencintai Chalista, baginya Chalista adalah segalanya. Alex sebenarnya ingin menyampaikan pesan papinya mengenai menginap dirumah nene di Bandung, tapi niat itu Alex urungkan.

Bukan karena Alex tidak jujur pada istrinya, namun hal ini Alex lakukan untuk menjaga hati sang istri.

Alex tahu bila memberi tahu Chalista soal ini, ia pasti tidak keberatan untuk menginap dan berkumpul dengan keluarga besar Alex, namun Alex juga tau bagaimana nanti perlakuan yang diterima Chalista dari kekuarganya.

Keluarga Alex sebenarnya baik, begitupun kepada Chalista tapi akan selalu ada pertanyaan seperti
"duh sudah lama menikah masih belum hamil juga?"
Atau
"bagaimana program hamilnya? Masih belom berhasil?"

Dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang akan ditujukan kepada istrinya mengenai kehamilan, kadang Chalista tidak menggubrisnya namun jika perkataan-perkataan itu dirasa sudah sangat menyakitkan, Chalista tetap tidak bisa berkata apa-apa untuk membalasnya, yang bisa ia lakukan hanyalah pura-pura tersenyum menyembunyikan rasa sakit hati nya, jika sudah begitu Chalista perlahan mulai menyendiri dan menjauh dari keluarga, mencari tempat sepi atau biasanya didalam kamar dan mulai menangisi semua perkataan saudara-saudara suaminya itu

Alex sebagai suami pun hanya bisa menengangkan dan membesarkan hati Chalist, menyuruhnya untuk bersabar dan terus berdoa meminta kepada tuhan.

Alex sebenarnya juga sudah sering memberi tahu saudara-saudaranya untuk tidak menanyakan hal itu pada Chalista namun jika mereka bertemu kembali tetap saja pertanyaan itu lah yang keluar dri mulut saudara-saudaranya

Jadi menurut Alex lebih baik ia merahasiakan ini dr Chalista, biar nanti saat hari lebaran saja mereka berangkan ke Bandung dan pulang kembali ke Jakarta saat sore harinya agar tidak perlu berlama-lama disana.

"Sayang sepertinya besok sore aku harus ke kantor karna ada beberapa berkas yang tertinggal disana, kamu mau ikut tidak?"

"untuk apa aku ikut mas? Kan kamu tau besok aku mau bikin kue nastar sama mbok dirumah"

AlexTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang