CHAPTER 7

473 32 3
                                    

Sakura tertegun memberhentikan langkahnya, mencerna kata-kata yang terlontar dari mulut Uchiha itu, ada rasa tak percaya juga dalam diri Sakura. Ia yakin lelaki hidung belang itu hanya berbohong, pasalnya gombalan mautnya itu sering di gunakan untuk merayu para jalang yang di tidurinya. Sakura tertawa dan berbalik pada Sasuke yang masih anteng duduk di bangku Sakura.

"Jangankan Cinta, kata maafpun tak aku terima, karena semua kata-katamu tak akan aku percaya." Sakura akhirnya sudah keluar dari ruang kelas itu.

Sasuke hanya diam, memandang kepergian kedua gadis itu dengan masih duduk setia di bangku tempat Sakura belajar.

'Aku tidak akan menyerah begitu saja, Cherry. Kau akan menjadi milikku seutuhnya.' Gumam Sasuke dalam hati. Hasrat untuk mendapatkan gadis itu sangat besar, Sasuke juga merasa jika Sakura beda dengan gadis-gadis yang pernah ia kencani.

.
.
.

Ino memandang raut wajah Sakura yang nampak sulit di baca, gadis pink itu terlalu sibuk mengaduk-aduk juice di gelasnya hingga tak sadar jika sebagian juicenya tumpah. Ino yang menyadari itu langsung memanggil sahabatnya itu.

"Hey, Jidat!"

"Hah?!"

"Lihat, kau menumpahkan juicenya, niat minum gak sih?"

"O,ow, iya aku tidak sadar."

"Yaah tentu, karena kesadaranmu ada pada si Uchiha itu kan?"

"Jangan membahasnya!" sergah Sakura cepat.

"Ngomong-ngomong apa tanggapanmu tentang perkataan cintanya?"

"Kau bercanda? Ya tentu aku tidak peduli!" Sakura menekankan kalimatnya setiap menjawab pertanyaan sahabat pirangnya itu, seolah Ino adalah tempat pelampiasan.

"Aku hanya bertanya, dasar begitu aja marah, Jidat!" Ino memilih diam akhirnya, tidak ingin berbicara lagi pada sahabatnya itu.

"Permisi, gomen ikut gabung boleh?" tanya seorang pemuda pirang berkulit tan yang tengah membawa mangkuk ramen jumbo dan langsung duduk di sebelah Sakura tanpa menunggu persetujuan gadis itu. Sakura menoleh begitu menyadari bangku yang di dudukinya sedikit bergoyang.

"Naruto senpai?"

"Boleh?"

"Te-tentu saja." Bukannya Sakura tidak mau, tapi ia merasa canggung, pasalnya Naruto adalah sahabat dekat Sasuke, Sakura bingung mengambil pendapat tentang pemuda itu, tapi seperti yang ia duga bahwa Naruto jauh lebih baik dari Sasuke. Pikir Sakura.

Mereka bertiga akhirnya menikmati makanannya masing-masing tanpa ada pembicaraan panjang selain hanya basa-basi terlihat dari jauh seorang pemuda emo tengah mengawasi ketiga orang itu.

"Dobe, kau bergabung tanpa mngajakku, dasar Sahabat sialan." Sasuke mengepalkan tangannya.

Para mahasiswa berhamburan menuju kelas begitu bel masuk berbunyi, Sakura tergesa-gesa berjalan menyusuri koridor, ia harus menempuh jarak jauh dari toilet, alhasil gadis itu akan telat.
Begitu menghabiskan anak-anak tangga Sakura tiba-tiba merasa terhempaskan seolah ada yang menariknya. Dan benar saja, pemuda raven dengan gaya pantat ayam itu menarik Sakura hingga menuju gudang di ujung antara kelas-kelas. Sakura berusaha meronta dan hendak berteriak tetapi dengan sigap pemuda itu membekap mulutnya.

"Hmmmppp..."

Sasuke, pemuda itu melepas tangannya dari mulut Sakura, nampak gadis itu terengah-engah karena kehabisan napas, belum lagi rasa capek karena sehabis berlari, jantungnya serasa mau lepas di tambah dengan keterkejutan atas prilaku Sasuke. Sakura hanya melotot ke arah pemuda itu, keringat sudah bercucuran. Tetapi Sasuke hanya melihatnya dengan tatapan penuh arti.

please Accept Me  (Again )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang