BAB 4

1.6K 166 20
                                    

Jangan lupa vote dan comment yaa




Arlan

Last seen today at 19:43

-------------------------------------------

Lan, udah pulang?


Setelah mengirimkan pesan itu, Aixa melempar ponsel ke kasur dan beranjak ke kamar mandi. Malam yang terasa lebih pengap dari hari biasanya ini membuat Aixa memilih untuk mandi lagi sebelum tidur. Namun, ia sengaja tidak terlalu lama berada di kamar mandi karena khawatir Arlan akan mencarinya.

Selesai mandi, Aixa naik ke tempat tidur sambil mengeringkan rambut dengan handuk. Tidak ada satu pun pesan masuk dari Arlan, hanya ada pemberitahuan dari grup kelasnya. Mengangkat bahu, Aixa pun melakukan rutinitas skin care sebelum tidur. Sepertinya Arlan belum melihat ponselnya.

Namun, setelah Aixa selesai dan kembali ke tempat tidur pun, laki-laki itu belum juga membalas. Aixa masih setia menggenggam ponsel di tangannya. Gadis itu mengerutkan dahi. Kalau diingat kembali, sudah terhitung seminggu ini Arlan terlihat seperti sedang menghindarinya.

Sambil menunggu pesan dari Arlan, gadis itu melangkahkan kaki menuju kulkas mini yang terletak di samping rak piring. Barang-barang di kosan Aixa semuanya berukuran minimalis untuk menyesuaikan kamar kos yang memang tidak begitu luas. Di sini hanya ada tempat tidur, lemari, dan perabot kecil lainnya.

Gadis itu membuka kulkas dan mengambil sebotol susu stroberi. Sambil meminum susu stroberi, ia berjalan menuju tempat tidur dan kembali memandangi ponselnya. Ia kira, setidaknya ada satu pesan dari Arlan, tapi nihil. Aixa jadi berpikir, apakah mungkin pacarnya itu sedang dalam perjalanan pulang dan terjadi sesuatu?

Gadis itu menggelengkan kepala, lalu bergumam, "Jangan mikir aneh-aneh. Xa."

Lima belas menit berlalu, Aixa tak kunjung mendapatkan pesan dari Arlan. Gadis itu kembali membuka chat room-nya dengan Arlan dan melihat last seen WhatsApp Arlan. Dahi Aixa berkerut ketika mengetahui bahwa Arlan baru saja membuka WhatsApp-nya beberapa menit yang lalu. Muka Aixa berubah menjadi masam, apalagi saat tidak sengaja melihat story WhatsApp Arlan.

Story WhatsApp Arlan berisi video dirinya sedang bersama teman-temannya di sebuah kafe. Aixa memang tidak mempermasalahkan hal itu. Namun, ketika Arlan mengarahkan kameranya ke samping dan menunjukkan seorang gadis berambut panjang yang duduk tepat di sebelahnya, dada Aixa berdebar keras. Posisi mereka sangat dekat sampai bahunya menempel.

Aixa yang sedari tadi sudah dikelilingi pikiran negatif itu pun langsung membalas story WhatsApp Arlan dengan ketus.

Aixa yang sedari tadi sudah dikelilingi pikiran negatif itu pun langsung membalas story WhatsApp Arlan dengan ketus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kemarahan Aixa berubah menjadi kebingungan. Ia masih tidak menangkap maksud Arlan. Mood-nya tidak berubah sama sekali meski sudah melihat penjelasan Arlan. Aixa pun memutuskan untuk tidak membalas pesan terakhir Arlan. Seberusaha apa pun ia mencoba untuk berpikir positif, tetap saja keraguan itu masih ada.

Lima menit kemudian, ponsel gadis itu berbunyi lagi. Aixa pikir, mungkin Arlan yang mencarinya karena tidak membalas pesan lelaki itu, tapi dugaannya salah. Saat membuka ponselnya, pesan yang muncul bukan dari Arlan, melainkan dari nomor yang tidak diketahui.

 Saat membuka ponselnya, pesan yang muncul bukan dari Arlan, melainkan dari nomor yang tidak diketahui

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Aixa mengenggam erat ponselnya. Ada gejolak aneh ketika membaca balasan-balasan Mela. Entah disengaja atau tidak, Mela terkesan seperti memamerkan kedekatannya dengan Arlan. Memang, Aixa tidak bisa berada di samping Arlan, tapi ia tidak butuh Mela memperjelaskan kekurangan hubungan mereka.

Dada Aixa selalu sesak ketika mengingat fakta itu. Mungkin, statusnya adalah pacar Arlan. Namun kenyataannya, Aixa tidak lebih dari sekadar operator jaringan yang rutin berkirim pesan dan menelepon Arlan. Aixa merebahkan tubuhnya ke tempat tidur. Matanya tiba-tiba terasa panas. Ia sangat kecewa—entah kepada dirinya sendiri atau Arlan. Kecewa karena ia tidak bisa menjadi pacar yang layak untuk Arlan, atau karena Arlan seperti menutupi sesuatu darinya. Seharusnya Arlan yang memberitahukannya, bukan orang lain.

VirtualTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang