BAB 5

2.4K 206 94
                                    

Di tengah keheningan malam, seorang gadis terduduk di sebuah kursi depan meja rias. Pantulan dirinya di cermin memancarkan kesedihan yang mendalam. Gadis itu membuka kunci laci meja rias itu, lalu menariknya. Di dalam laci kayu itu, terdapat sebuah buku berwarna merah dengan hiasan bunga mawar. Ia mengusap sampulnya, lalu mengambil buku itu.

Gadis itu menarik napas panjang dan mengembuskannya. Dibukanya halaman pertama buku diari itu, lalu membaca dengan saksama setiap tulisannya. Setiap lembar yang ia baca menyisakan rasa sesak yang menusuk dada. Sampai akhirnya, jarinya berhenti di pertengahan buku diari itu.

Gadis itu masih menatap buku yang dipegangnya sambil bergumam, "Arlan ...."

Senyum pahit terukir di bibirnya dan sorotan mata gadis itu menjadi semakin sendu. Mata berkaca-kaca itu menandakan rasa sakit yang begitu dalam. Laki-laki itu ... ia harus mencari tahu.

***

Suara ponsel berbunyi membuat Aixa yang baru memejamkan mata itu pun terbangun. Padahal ia sudah sangat lelah setelah mengerjakan tugas kuliah, tapi ia juga bukan tipe orang yang suka mengabaikan pesan masuk. Dengan mata sedikit berat, ia mencari keberadaan ponsel itu.

Tangannya meraba-raba sekitaran kasur yang ia tiduri. Setelah ponsel yang ada di bawah bantalnya itu ketemu, ia mengambil dan langsung membaca pesan yang baru masuk itu. Kerutan dahinya muncul, dan ekspresi wajahnya berubah menjadi dingin setelah melihat siapa yang mengirimkannya pesan.

 Kerutan dahinya muncul, dan ekspresi wajahnya berubah menjadi dingin setelah melihat siapa yang mengirimkannya pesan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Ini orang kenapa suka ganggu, sih?!"

Kalimat itu keluar begitu saja dari bibir Aixa. Ia menatap langit-langit kamarnya, lalu menarik napas dan mengembuskannya perlahan. Mela bukan gadis pertama yang ia kenal secara virtual—seperti Arlan. Namun, gadis itu adalah yang pertama bersikap di luar batas. Menurut Aixa, haknya berpacaran dengan siapa dan bagaimana pun caranya. Mela tidak punya urusan untuk ikut campur.

Aixa tidak lagi membalas pesan dari Mela. Ia langsung mencari kontak Arlan dan mengirikan screenshot chat-nya bersama Mela tadi. Tidak lupa ia menumpahkan kekesalannya di sana.


Arlan

online

-----------------------------------------

Arlan

Teman kamu kenapa sih?

Teman aku? Siapa?

Mela

Dia secara gak langsung masa suruh aku tinggalin kamu

Astaga by

Dia cuman iseng anaknya

Kamu gk usah khawatir sayang

Tapikan... begitu

Kamu gk percaya sama aku? Hm?

Gk sayang lagi sama aku?

Aku sayang ih!

Yah makanya percaya sama aku

Mela cuman iseng, mau ngetes kamu aja kali

Kamu tau kan, aku gk mungkin kayak gitu sama kamu

Sayang Aixa 


Aixa merasa dirinya tidak bisa marah kepada Arlan—kepada lelakinya itu. Ia selalu percaya dengan apa yang diucapkan Arlan, seperti sekarang. Mau semarah apa pun gadis itu, ujung-ujungnya Arlan bisa mematahkan amarahnya dan membuat gadis itu merasa bersalah. Aixa sayang Arlan, dan ketika Arlan berkata seperti itu, hatinya merasa sakit.

Percakapan kali ini pun diakhiri dengan cara yang sama. Aixa kembali luluh. Ia pun lupa dengan amarah yang menumpuk karena Mela tadi. Meletakkan kembali ponselnya di bawah bantal, Aixa pun menutup mata dan mulai tidur sambil membayangkan sikap manis Arlan.

***

Sambil menggigit sedotan es teh, Aixa melihat layar ponselnya tanpa berkedip. Suasana kantin kampus yang ramai tidak membuatnya bergeming sedikit pun. Cindy dan Alyn masih ada kelas, jadi tinggal Aixa yang harus makan siang sendiri. Biasanya ia tidak merasa sesepi ini karena Arlan suka menelepon atau sekadar mengiriminya pesan. Namun, tidak dengan hari ini.

Akhir-akhir ini, Arlan suka telat membalas pesannya. Tidak hanya hitungan menit atau jam, bahkan bisa sampai seharian penuh. Aixa tahu, ia tidak boleh menjadi gadis egois, tapi ia juga tidak mau munafik. Ia merindukan Arlan. Sikap laki-laki itu yang aneh belakangan ini membuatnya sedikit khawatir. Apa mungkin Arlan sudah bosan dengannya?

Notifikasi dari ponsel Aixa pun berbunyi. Aixa tersenyum, berpikir kalau itu adalah Arlan yang akhirnya memberikan kabar. Namun, setelah melihat isi pesan itu, senyumnya pun seketika pudar.

 Namun, setelah melihat isi pesan itu, senyumnya pun seketika pudar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Deg!

Jantung Aixa berhenti berdetak. Matanya membulat melihat isi percakapan Arlan dan teman-temannya itu. Awalnya, Aixa hanya merasa heran karena Mela tiba-tiba mengundangnya dalam sebuah grup "Bandung Gang". Sudah begitu, tidak ada yang dikenalnya dalam grup itu selain Arlan dan Mela—itu pun belum kenal langsung.

Lalu, tiba-tiba Arlan muncul dan mengatakan kalau mereka hanya berteman. T-E-M-A-N. Jadi ... dianggap apa hubungannya selama ini? Ditambah pula, Arlan belum membalas pesan terakhirnya, tapi sudah muncul di grup. Aixa tidak tahu harus bersikap seperti apa.

Dadanya mulai sesak. Karena tidak ingin menunjukkan air matanya di depan banyak orang, Aixa pun segera beranjak dari sana. Dilupakannya janji dengan Cindy dan Alyn seusai kelas nanti. Setelah membayar, gadis itu langsung memesan ojek online dan segera pulang untuk menenangkan dirinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 20, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

VirtualTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang