Translate*
You are someone I regret and you are someone I love. But, at the same time why can't I hate?
___
Kamu adalah seseorang yang aku sesali dan kamu adalah seseorang yang aku cintai. Tapi, di saat yang sama kenapa aku tidakbisa membennci?━━❁━━
"You are someone I regret and you are someone I love. But, at the same time why can't I hate?" jawab Starla setengah bertanya.
Rasanya seperti ribuan duri telah menusuk hatinya dan ribuan goresan pisau telah melukainya. Seakan-akan ucapan pemuda itu tadi tidak pantas dikatakan. Sangat pedih rasanya mendengarkan kenyataan yang sebenarnya, walaupun dengan berat hati menerimanya.
"Kenapa Arkan?" tanya Starla kembali lirih ketika Arkan hanya diam. Sudut air matanya telah menampilkan bentuknya. Starla memang tanpa sadar pernah melakukan kesalahan kepada Arkan, setidaknya itu dulu. Yang pernah berakhir tanpa simpulan. Dan kembali cerita ketika saling dipertemukan. Namun, tetap memilukan.
Arkan beranjak mendekat, dia menatap Starla yang mendongak menatapnya. "Ini pilihan." ucapnya. Dia memegang kedua pundak Starla yang terkulai rendah. Arkan terpaksa mengucapkan kebenaran hatinya, tapi ternyata itu hanya melukai hati Starla. Hatinya yang sebenarnya menginginkan Starla, namun janji besarnya sendiri menjadi halangannya, sehingga Arkan berkewajiban untuk menepatinya pada seseorang itu.
Lagi-lagi Arkan membumbuhi luka hati Starla dengan taburan garam diatasnya. Bibirnya bergetar ingin berucap. Air muka Starla beralih campur sedih, kecewa, menyesal semua menjadi satu.
Suara isakan kecil keluar dari mulut Starla mengindahi suasana hening mengelilingi mereka. Starla menunduk menggigit jemarinya agar tidak menimbulkan suara tangisan. Starla menatap air matanya yang jatuh membasahi sudut sepatu fantofel-nya.
Arkan henda memegang dagu Starla menyuruhnya mendongak menatap matanya. "Maaf." katanya. Arkan mengangkat telapak tangannya berniat mengusap setiap air mata Starla namun, dengan cepat Starla mencekal pergelangan tangannya.
"Gue gak mau jadi perusak hubungan lo dengan'nya," Starla melepas cekalannya. Dia bisa mengusap menggunakan telapak tangannya sendiri. Lalu, matanya bergerak menatap kembali mata hitam pekat itu.
Sebelah alis Arkan terangkat ketika Starla menatapnya. Kemudian Arkan tidak mengindahkan tatapan Starla. Lain dengan hatinya, Arkan selalu berharap agar mereka bisa kembali mengukir kisah tanpa harus berpisah demi kepentingan hatinya.
Starla menarik nafas dalam sebelum berucap. Dia tersenyum simpul, tangannya menepuk pelan pundak kanan Arkan. "Berbahagialah, karena gue gak segan jika lo akan kembali."
Starla melangkah perlahan berlawanan arah meninggalkan Arkan. Meskipun dia tahu Arkan sedang menatap kepergiannya, Starla berusaha tidak lagi menoleh ke belakang. Katanya tadi sudah dirangkai sebaik mungkin untuk Arkan dan dipikirkan baik-baik, dia tidak mau melukai hatinya meskipun Arkan sosok pemuda lebih tepatnya lelaki. Starla sempat berfikir, cukup dia saja yang tersakiti tidak untuk orang lain selain dirinya, Starla.
𝓐𝓷𝓽𝓪𝓻𝓪
Starla menyapu pandang mencari seseorang, hingga matanya bertatapan dengan sepasang remaja yang baru saja keluar dari kafetaria. Tepat sekali, Arkan menatapnya. Menyakitkan bukan memperjuangkan yang tidak seharusnya diperjuangkan.
Sakit rasanya merelakan hatinya demi kebahagiaan dengan seseorang pilihannya. Terkadang kebahagiaan tidak harus datang dari diri sendiri melainkan melihat orang lain senang pun, kita juga ikut merasakannya. Sangat berat sekali bagi Starla. Berpura-pura bahagia hanya untuk terluka.
Starla memasangkan headset nirkabel pada telinganya. Memutar lagu yang menjadi favoritnya minggu-minggu ini. Baginya alunan lagu tersebut bisa mengubah suasana hatinya. Dia melipat kedua tangannya diatas meja kemudian menelungkupkan wajahnya.
Promise I've already learned my lesson. But right now, I want to be not okay. I'm so tired, sitting here waiting. If I hear one more "just be patient". It's always gonna stay the same. So let me just give up. So let me just let go. If this isn't good for me.
Mungkin terdengar seperti itu sepenggal lirik lagu yang diputar Starla. Mewakili perasaannya yang hancur bagaikan kepingan-kepingan kaca. Merasakan semua arti dari setiap liriknya.
Bel istirahat kedua baru saja berbunyi. Starla tidak mengindahkan suasana murid yang berjalan keluar dari kelasnya. Dia justru malas menatap kepergian kedua temannya yang enggan juga mengajaknya, itu sudah biasa. Kadang kala seseorang bisa menilai kita dari satu kesalahan daripada seribu kebaikan. Tapi, kedua orang tua Starla mengajarinya, seburuk apapun seseorang itu memperlakukan mu jangan pernah lelah menjadi orang baik.
Starla merasa seseorang telah menatapnya di ambang pintu. Pemuda itu menatapnya, lalu mendekat ke arahnya. Starla menarik nafas dalam, dia menatap pemuda didepannya yang berusaha mengucapkan sesuatu kepadanya.
"Gue tahu lo letih, berharap yang nggak pasti berujung tersakiti." ucap pemuda itu, dia yang telah menemani Starla bersama luka beberapa saat lalu. Starla sempat berfikir andai seseorang yang telah memberi harapan padanya memiliki kasih sayang tulus seperti pemuda dihadapannya.
Pemuda itu kembali berkata. "lo percayakan, waktu akan mengobati setiap luka."
Starla tiba-tiba diam. Dia tersenyum kecil, samar-samar menutupi kecewa. "Kenapa harus ada pertemuan bila akhirnya menyakitkan?" kata Starla setengah bertanya. Jemarinya meremas ujung roknya, dia masih belum sadar atas pengakuan Arkan terhadapnya, menyakitkan. Terkadang memang lebih baik kebingungan daripada harus mengetahui kebenaran.
Pemuda itu beralih duduk di samping Starla. Dia merapikan duduknya, salah satu tangannya terulur menyelipkan rambut Starla dibelakang telinganya.
"Jika lo mencintainya, dan lo hanya mendapat luka, maka izinkan gue menjadi obat kebahagiaan lo."
⚠️bukan spoiler end ya, ini hanya penggalan kisah cerita Antara⚠️
👑👑👑
━━━━━━━[❁]━━━━━━━
Hayo bantu Vote dulu yuk ➡ komen ➡ juga jangan lupa follow
Makasih🙏
◇
◆
◇╰┈┈─➤spam next
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARA
Teen Fiction"𝚔𝚒𝚝𝚊 𝚙𝚎𝚛𝚗𝚊𝚑 𝚙𝚎𝚛𝚌𝚊𝚢𝚊, 𝚝𝚊𝚙𝚒 𝚔𝚎𝚖𝚞𝚍𝚒𝚊𝚗 𝚑𝚊𝚛𝚞𝚜 𝚛𝚎𝚕𝚊." -𝓐𝓷𝓽𝓪𝓻𝓪 [❗ cerita ini hanya tersedia di wattpad, tidak ada dilapak lain❗] ─────────────────── Cerita awalnya menjadi pemula. Kisah remaja dengan sejejeran m...