━━━━━━━[❁]━━━━━━━
Saya menyukainya
Tapi sayang, dia lebih menyukai orang lain daripada Saya-Starla Jollycia Albani
━━━━━━━[❁]━━━━━━━Aksa berpapasan ketika polisi membawa Niko—kakaknya—keluar dari ruang yang menjadi insiden beberapa saat lalu. Polisi telah memborgol kedua tangan Niko, cowok itu juga akan dibawa ke kantor polisi untuk diperiksa sama seperti Grein. Aksa menatap Niko dengan tajam, dia hampir menggeram tertahan. Ingin saja rasanya Aksa memukul kakaknya itu sekarang juga, tapi dia mengurungkan niatnya. Cowok itu berusaha mengendalikan emosinya yang berada di ujung tanduk.
“Gue lihat lo dalam keadaan gini udah kecewa bang,” Aksa terkekeh pelan, kemudian menggeleng tidak mengerti. “Ibu pasti lebih kecewa banget. Gue harap lo bisa ngertiin perasaan ibu sekali aja .., ibu sayang sama lo bang.”
Setelah mengatakan itu, dia yakin Niko tersentuh dengan perkataannya terlihat dari bagaimana dia menatapnya diam dan mengunci mulut. Jujur saja, Aksa tidak pernah berbohong dengan perkataannya, apalagi ini menyangkut ibu. Entah sampai kapan dia harus terus melihat kelakuan brengsek Niko hingga berakhir di kantor polisi. Ibu sudah lama belum terbangun dari koma-nya, setiap menjenguk beliau Aksa selalu meneteskan air matanya menceritakan bagaimana sikap Niko setiap hari semakin meresahkan.
Aksa bergeser ke samping, memasang wajah datar. Dia berjalan ke luar ruangan tanpa mengucapkan sepatah kata pun pada cowok itu. Semuanya sudah jelas bukan, tidak ada yang bisa dirubah setelah insiden Starla menjadi korbannya. Tasya menunggu Aksa di luar, cewek itu berdiri di kusen pintu. Dengan sengaja, dia mengusap sudut matanya bertepatan Aksa yang keluar dari sana.
Aksa menarik pelan bahu Tasya, “Lo nangis?” tanyanya sambil melihat kelopak mata Tasya yang hampir membengkak. Sudah berapa banyak cewek itu mengeluarkan air matanya. “Dikecewain Grein lagi?”
Cowok itu melihat Tasya mengangguk menjawab pertanyaannya, lalu menunduk malu karena Aksa bisa menebaknya. Tasya mendengar kekehan Aksa barusan, kemudian memperhatikan cowok itu berjalan ke arah motornya yang sempat dipakai Arkan tadi. Aksa menyodorkan helm itu padanya, lalu tanpa perintah dari Aksa dia memasang helm tersebut.
Cewek itu masih memperhatikan mobil polisi yang berada tidak jauh dari keberadaannya. Sirine mobil polisi itu mengalihkan perhatiannya pada sosok cowok di dalamnya yaitu Grein. Lagi-lagi Tasya memikirkan cowok itu, memikirkan Grein yang selama ini selalu di dekatnya. Namun, kedekatannya itu bukan berujung bahagia, tapi lebih kecewa. Tasya naik ke motor Aksa sesuai permintaan cowok itu barusan.
Aksa mulai menyalakan motornya, dia menoleh ke samping memastikan jika Tasya sudah naik. “Nih ya denger,” katanya sedikit memerintah. “Kalo mie ayam aja the best buat lo, gue yakin deh Revaldo jauh lebih the best dari dia,” lanjutnya.
Cowok itu sengaja tidak menyebutkan nama atas ‘dia’ yang baru Aksa bilang. Karena dia yakin, tanpa menyebutnya Tasya sudah tahu siapa. Namun, respon cewek itu tidak terduga. Dia meninju keras punggung Aksa hingga berbunyi, dan terdengar jelas jika Aksa mendesis kesakitan.
“Lo bilang lagi, yakin deh gue gaprek lo lama-lama.”
“Yailah neng—” kata Aksa terpotong saat dia menerima pukulan keras dari cewek itu, lagi.
“CEPET JALAN GAK LO!”
“Iya-iya ini mau jalan, astaga.”
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARA
Fiksi Remaja"𝚔𝚒𝚝𝚊 𝚙𝚎𝚛𝚗𝚊𝚑 𝚙𝚎𝚛𝚌𝚊𝚢𝚊, 𝚝𝚊𝚙𝚒 𝚔𝚎𝚖𝚞𝚍𝚒𝚊𝚗 𝚑𝚊𝚛𝚞𝚜 𝚛𝚎𝚕𝚊." -𝓐𝓷𝓽𝓪𝓻𝓪 [❗ cerita ini hanya tersedia di wattpad, tidak ada dilapak lain❗] ─────────────────── Cerita awalnya menjadi pemula. Kisah remaja dengan sejejeran m...