Dan di sini lah Wafa berakhir, duduk bersama Ayah dan anak itu dengan kaku. Semua orang yang melihatnya pasti mengatakan jika keluarga mereka sangat harmonis. Sayangnya mereka bukan keluarga.
"Mommy, Lio lapar," suara Lio memecahkan keheningan di antara Tama dan Wafa.
Wafa yang sejak tadi diam akhirnya bernafas lega karena merasa Lio adalah penolonnya. "Tunggu sebentar ya, Mommy akan membuatkan makananan spesial untuk Lio yang manis ini," ucapnya berlalu pergi.
Tama yang mendengar percakapan antara anaknya dan gadis bernama Wafa itu mengerjitkan dahinya bingung. Sejak kapan anaknya memanggil seseorang dengan sebutan Mommy? Dan yang membuat ia heran, kapan anaknya bertemu Wafa sampai bisa terlihat akrab sekarang?
Mommy adalah sebutan anak pada Ibunya. Sementara ia Ayah Lio. Wafa di panggil Mommy oleh anaknya, artinya Wafa adalah istrinya? Memikirkan Wafa menjadi istrinya membuat Tama berigidik, tapi entah kenapa seperti ada rasa senang melihat anaknya terlihat bahagia hanya karena bisa memanggil seseorang dengan sebutan Mommy.
Karena terlalu asik melamun. Tama tak sadar Wafa sudah duduk manis di kursi depannya dengan sepiring nasi goreng. Dan secangkir kopi.
"Yey! Nasi goreng!" Seru Lio dengan riang.
"Kopi," celetuk Wafa sambil mengeserkan cangkir kopi itu tepat di depan Tama.
Sedikit kaget, Tama mengangguk mengiyakan. "Terima kasih,"
"Ini ngak gratis, kamu harus bayar," jawabnya. Sambil menjilati ice creamnya Wafa memandang Tama sinis.
"Iya, jadi, bagaimana kalian bisa bertemu?" Tanya Tama. Laki-laki menatap Wafa dengan intens, tapi sayangnya ia malah salfok dengan cara gadis itu memakan ice creamnya.
Shit! Kenapa dia melakukan itu di depan seorang pria tak di kenal!
Wafa melirik ke arah Lio, dia kemudian menceritakan awal mula ia bertemu anak itu. Tama yang mendengarnya mengangguk-anggukkan kepalanya.
Karena jam istirahat Wafa masih lama, ia memutuskan untuk menemani Lio lebih lama lagi. Mereka bertiga pun menghabiskan jam makan siang bersama seperti sebuah keluarga bahagia.
Tak terasa jam makan siang sudah habis, Wafa harus kembali bekerja.
"Lio ngak mau pulang!" Rengek anak itu.
Melihat anaknya yang menempel erat di kaki Wafa membuat Tama pusing. "Lio, kak Wafa harus bekerja. Daddy juga harus bekerja." Bujuk nya.
Sayangnya bujukan itu tak mempan, anak itu masih erat menempeli kaki Wafa. Tama dengan terpaksa melepaskan tangan anaknya dari kaki Wafa. Tapi sayangnya apa yang ia lakukan membuat Lio menangis sampe menjerit. Membuat semua orang yang mendengar itu merasa terganggu.
"Sudahlah, biarkan saja. Lagipula aku ngak sibuk kalau sudah lewat jam makan siang. Jangan khawatir, kamu bisa pergi bekerja dan menjemputnya nanti."
Tama menghela nafas berat, dia melirik ke arah Lio yang masih kekeuh memegang erat kaki Wafa. "Baiklah, aku akan menjemput nanti. Tolong jaga dia," ucapnya.
"Lio, kamu jangan nakal selama di sini. Patuhi apa yang di katakan kak Wafa ok!" Sambung Tama, dia berjongkok lalu mengelus lembut pucuk anaknya.
"Bukan kak Wafa! Tapi Mommy! Daddy jangan khawatir, Lio ngak bakalan nakal!"
"Iya, iya terserah Lio saja," Jawab Tama malas. Di pun pamit pergi meninggalkan anaknya bersama Wafa.
"Let's go!" Seru Wafa.
"Go!" Seru Lio dengan senang. Anak itu terlihat senang mengekori Mommy barunya.
Di kantor Tama
Sesampainya di parkiran kantor, Tama langsung pergi ke ruangannya. Dia kembali berkutat dengan berkas-berkas di mejanya.
Pintu ruangan terbuka, terlihat Ryan berdiri di ambang pintu.
"Ada apa?" Tanya Tama tanpa menoleh.
"Mana Lio? Bukannya dia sama kamu di sini? Orang kantor bilang kamu bawa Lio ke kantor? Mana anak manis itu? Udah ngak ketemu anak itu?" Tanya Ryan celingukan mencari keberadaan anak sahabatnya itu.
"Sama Mommynya"
"Bella?" Tanya Ryan bingung. Tumben sekali anak itu mau bersama Bella? Padahal ia tahu kalau anak sahabatnya itu anti sekali jika berdekatan dengan Bella.
"Wafa,"
"Wafa? Siapa lagi dia? Selingkuhanmu?" Kaget Ryan.
"Bukan! Dia chef di cafe favorit Lio," dengan malas Tama menjawab.
"Kok bisa?"
"Ceritanya panjang, intinya Lio manggil dia Mommy," Ryan yang mendengar itu hanya bisa mendengus kesal menatap ke arah sahabatnya.
"Bantuin," Ucap Tama datar.
Ryan yang mengerti maksud dari Tama hanya bisa menghela nafas panjang. Dia kemudian duduk di sofa membantu pekerjaan sahabatnya. Padahal ia ingin bertemu Lio bukan membantu pekerjaan Ayah anak itu.
Di cafe Sun Flower
Wafa dan Lio tengah duduk di lantai sambil berbincang ria. Dia penasaran dimana Ibu anak itu. Apa meninggal atau cerai? Entalah Wafa bingung.
Untungnya dia bisa menghandle pertanyaan nyeleneh dari rekan kerjanya. Saat ada seorang anak memanggil dirinya dengan sebutan Mommy. Mana mungkin dia hamil di luar nikah.
"Jadi dimana Mommy Lio?" Tanya nya.
"Mommy kan disini," Jawab anak itu.
"Aduh, maksudnya itu Mommy kamu yang asli, yang lahirin kamu kedunia," Ucap Wafa menekankan kata lahirin pada Lio.
"Itu Lio ngak tahu, Daddy pernah bilang Mommy ada di syurga. Tapi Daddy bohong, buktinya Mommy ada sama Lio sekarang," celoteh anak itu dengan riang. Dia memeluk erat tubuh Wafa.
Jadi om itu duda? Kyaaa!
Wafa terdiam sambil cengengesan setelah mendengar penjelasan dari Lio. Sementara anak itu, dia menatap polos Wafa dengan mata bulatnya.
Tbc
Jangan lupa vote and komen ya!
Biar semangat maple nulisnya:)Maaf kalau ceritanya belepotan cuma penulis amatir :')
KAMU SEDANG MEMBACA
My Duda
RomanceFollow sebelum baca! Belum revisi! Bagaimana perasaanmu saat seseorang tiba-tiba memanggilmu Mommy? Dan itu terjadi pada Wafa, seorang jomblo sejak lahir. #Rank 2 in 21 [25 -10-2022] #Rank 3 in adult [8 -5-2023]