makan bareng

4.7K 205 1
                                    

Kringgg....

Suara alarm jam berdering kencang, saking kagetnya Wafa hampir saja memecahkan satu gelas yang sedang ia cuci di wastafel.

"Aduh!" pekiknya, lalu mengelus dada nya pelan bersyukur karena gelas yang ia pegang berhasil ia selamatkan.

Gadis itu kembali melanjutkan pekerjaannya. 5 menit kemudian, Wafa sudah selesai dengan semua tugasnya. Dia pun buru-buru pergi ke ruang staf untuk menjemput Lio.

Dengan pelan dia membuka pintu ruang staf, lalu tersenyum lembut melihat Lio yang tertidur pulas di atas sofa. "Manis banget," bisik Wafa.

Karena tak tega jika harus membangunkan Lio. Wafa dengan pelan menggendong anak itu. Lalu keluar dari ruangan staf.


"Ehh Wafa, aku duluan pulang ya." Seru seseorang dari arah belakang.

Karena suara yang terlalu keras, Lio sedikit menggeliat di gendongan Wafa. Buru-buru Wafa lamgsung mengusap-ngusap kening anak itu sampai Lio kembali tenang.

"Aduh, maaf ya Wafa." Ucap orang itu yang ternyata Ica bersama Bram di sampingnya.

"Iya gapapa kok,"

"Kamu pulang bareng bapa nya Lio?" Tanya Bram.

Wafa mengangguk pelan, lalu Bram dan Ica pun ikut mengangguk. "Yaudah kita pulang duluan ya. Have fun bareng papa muda haha." Ucap Ica sedikit menggoda Wafa.

"Apaan sih!" Ketus Wafa dengan wajah sedikit memerah.

Bram dan Ica terkekeh kecil, lalu mereka pun pergi. Tinggal Wafa yang terdiam bersama Lio di gendongannya.

Di rasa wajahnya sudah tidak memerah, Wafa pun pergi menemui Tama.


Di sisi Tama, pria itu sedang melamun sambil menatap mobil yang berlalu lalang di balik jendela cafe.

Lalu tiba-tiba terdengar suara langkah kaki, Tama menoleh dia pun sedikit mengerjitkan dahinya melihat ke arah Wafa.

"Lio tidur?" Tanya Tama setelah Wafa sudah berada di depannya.

"Ngak buta kan?" Jawab Wafa ketus.

Tama tersenyum kecut, lalu menghela nafas panjang. Dia heran dengan gadis di depannya itu. Mood nya seperti roller coster.

"Yaudah, ayo kita pulang." Tama pun berdiri lalu berjalan keluar cafe. Di belakangnya Wafa berjalan mengekori sambil merutuki mulutnya yang selalu tak bisa ia kontrol saat ia merasa malu.

Sialan! Ini gara-gara Ica! Awas kamu Ica!

 








Di depan parkiran


"Motor aku di mana?" Tanya Wafa saat tidak melihat batang hidung motor kesayangannya.

"Di kantor,"

"What? Terus besok aku kerja naik apa? Gila kamu ya! Masa aku jalan kaki," ucap Wafa dengan nada suara yang sedikit tinggi.

"Eughh," lenguh Lio terganggu dengan suara Wafa.

"Ssstt... sssttt cup.. cup.. bobo lagi ya sayang, maafin Mommy. " Ucap Wafa sambil menepuk-nepuk punggung Lio dengan pelan.

Tama yang melihat pemandangan seperti itu seketika hatinya menghangat, iya berandai jika istrinya masih hidup mungkin akan seperti ini, tapi sekali lagi itu hanya mimpi bagi Tama, dia juga berterima kasih pada Wafa, karena berkat dia Lio bisa merasakan kasih sayang seorang ibu.

My DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang