"Karina,".
"Harus berapa kali gue bilang, kalau gue ada disini, sini peluk,".
Jefan menghampiri Karina dengan keadaan yang cukup kacau, seragam yang terlihat berantakan begitupun keringat yang membasahi pelipis matanya.
"K-kak Jefan kok tau aku disini?,".
Karina segera bangkit dari duduknya.
"Kenapa bikin gue khawatir sih ? Handphone lo ga aktif, gue kerumah lo gaada siapa-siapa,".
"Gue hampir gila Karin, gara gara khawatir sama lo ! ,".
"Lain kali kalau lo lagi ada masalah cerita sama gue. Lo anggap gue apa sih Rin?,"ketus Jefan.
Karina merasa bersalah pada Jefan, ia menundukkan kepala nya.
"Maaf Kak. Karin ga bermaksud bikin kakak khawatir,"suara Karina sedikit bergetar hampir menangis.
"Nggak. Bukan lo yang minta maaf, harusnya gue yang dateng-dateng langsung ngomel,"balas Jefan.
Jefan menghela nafasnya sebentar, untuk meredakan emosi nya. Lagian ia juga tidak tega melihat kondisi Karina untuk saat ini.
"Kenapa lo lakuin ini ?,".
Karina menggeleng pelan. Gadis itu masih enggan untuk membuka suara lagi.
"Papah lo berulah lagi ?,".
"Iya,"balas Karina dengan suara pelan.
"Karina sedih bukan karena Karina gak ikhlas Mamah pergi. Karina sedih karena inget kenangan sewaktu Mamah masih ada,".
"Apalagi kalau Mamah tau, Papah mau udah punya wanita lain dan lebih parahnya Papah ada niatan mau nikah sama wanita itu,".
"Bayangin gimana rasa sakitnya Mamah, kalau tau Papah gak setia sama dia. Itu bikin Karina ngerasa gagal jadi anak, Karina gak bisa buat Papah bahagia cuman ada kehadiran arina aja,".
"Nggak. Lo gak gagal sama sekali, yang salah itu Papah lo yang gak pernah ngerasa cukup dan kurang bersyukur,".
"Lo masih ada gue. Jangan pernah ngerasa sendiri,".
"Sini peluk,".
Jefan memegang kedua bahu Karina, sesekali mengusap air mata yang membasahi kedua pipi gadis itu.
"H-hah?,".
"Tadi katanya lo butuh dipeluk. Sini gue bakal selalu ada buat lo, jangan pernah ngerasa sendiri ya ?,".
Karina membalas dengam senyuman. Ia berhambur ke dalam pelukan Jefan, satu satu nya laki laki yang bisa menenangkan dirinya begitupun laki laki yang selalu ada saat Karina merasa sedih.
"Jangan lari lari dari gue. Apalagi bikin gue khawatir, gue gak suka Karina,".
Dapat Karina rasakan telapak tangan Jefan mengelus rambutnya lembut, hal itu membuat Karina merasa tenang.
Sepertinya Jefan menyimpan rasa yang begitu dalam pada gadis itu.
Sedalam dalam nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KALOPSIA [ON GOING]
Teen FictionSeraphina, gadis yang tidak pernah merasakan kehangatan keluarga saat hari ulang tahun. Kedua orang tua nya tidak pernah memikirkan tentang hal itu, terlebih Dean papah kandung yang terasa asing bagi gadis itu tidak pernah mengajaknya untuk berbicar...