"Flora."
"Gue temenin lo, sampe lo ketemu sama orang yang pantas dijadikan pendamping."
"Orang yang gak ingkar janji."
"Orang yang gak akan ninggalin lo sedikitpun."
Pandangan Semesta tak pernah lepas dari seorang gadis yang terduduk di sebuah kursi roda. Dengan pandangan kosong.
Penyesalan? jelas menghantui perasaan Semesta yang kini wujudnya tak lagi sama dengan Flora.
Dengan tega, laki-laki itu meninggalkan Flora dalam keadaan yang sudah hancur.
"Aksa..."
"Aku gak mau sembuh..."
"Aku cuman pengen ketemu kamu..."
Mata itu tertutup rapat, menahan derasnya air mata yang membasahi kedua pipi gadis itu.
"Maafin aku..."
"Aku pengen mati.."
"Semenjak kamu pergi, gak ada lagi yang peduli sama kondisi aku sampe sekarang."
"Aku udah gak punya mimpi apapun lagi."
"Aku cuman pengen ikut kamu.."
Sama hal nya seperti Flora, Aksa pun merasakan hal yang sama.
Dia merasa senang bisa melihat gadisnya kembali, semenjak kematian itu datang ia tak pernah memiliki kesempatan untuk melihat Flora.
Namun kini, ia malah merasa sangat bersalah. Aksa pikir Flora baik-baik saja, dengan kebahagiaan yang menyelimuti kehidupan gadis itu.
Dan itu berbanding terbalik dengan keadaan sekarang.
Ia melangkah kan jenjang kaki nya untuk menghampiri Flora yang dalam keadaan lumpuh.
"Gue gak tau lo bakal denger atau ngga, lo bakal liat gue atau ngga."
Laki-laki itu kini beralih memegang kedua pipi Flora meskipun gadis itu tidak akan pernah merasakan hangatnya lengan itu. "Kalau pun bisa, itu ketidakmungkinan yang sangat besar."
"Maafin diri lo sendiri. Jangan pernah ngerasa bersalah atas semua yang terjadi, dan percaya sama gue itu bukan kesalahan lo."
"Tetap hidup. Sampai lo bisa temuin seseorang yang bisa ngerti sama keadaan lo."
"Gue cuman minta lo bahagia. Apa itu salah?."
"Inget lo punya mimpi yang banyak. Meski gak ada gue disamping lo, buat terwujudnya semua mimpi itu."
"Jalani dan nikmati hidup lo. Jadikan setiap waktu itu jadi berarti dan berharga."
Ucapan di akhir kalimat itu, Aksa tambah dengan mengelus puncak kepala Flora. Dalam angan Aksa ia berandai-andai bisa menyapa dan mengobrol bersama untuk saat ini.
Itu hanya angan.
••••
Setelah berkendara hampir satu jam, Angkasa dan Sera kini berada di sebuah tempat yang jauh dari perkotaan. Yang ada hanya pemandangan bukit yang luas.
Angkasa sengaja membawa mobil, agar mereka bisa duduk diatas kap mobil dengan sebotol minuman yang beda di genggaman mereka.
Hening, belum ada yang memulai pembicaraan. Angkasa memperhatikan gadis itu sedari tadi, ia bisa melihat dengan jelas guratan gelisah di wajah Sera.
Namun sebisa mungkin gadis itu menutupinya dengan senyuman.
"Kenapa? Gue liat kayaknya lo lagi gak baik-baik aja. Coba sini cerita gimana harinya?." Angkasa mencoba mengubah posisinya agar berhadapan dengan Sera.
Sesekali jari-jari nya merapikan anak rambut Sera yang sedikit tertiup angin.
"Gak ada kok Kak. Baik-baik aja."
"Jangan bohong Ser. Gue hafal banget kalau lo sekarang ini lagi bohong."
Tak ada jawaban yang bisa Sera katakan. Harusnya ia tau jika Angkasa bukan tipe orang yang bisa dia bohongi. Angkasa hafal betul dengan kata "Gak papa" yang selalu terucap di mulut Sera.
Lelaki itu pemerhati yang sangat baik.
"Kalau aku nanya, Kak Asa mau jujur?."
"Pasti." Laki-laki itu meneguk sedikit minuman yang ia pegang. "Mau nanya apa?."
"Waktu kemarin Kak Asa gak bisa pulang bareng sama Sera. Kakak... kemana?."
"Oohhh. Kemarin gue ke panti asuhan bareng Narendra sama Jefan. Kepala panti disana lagi ulang tahun, makannya kita sekalian main sama anak anak yang lain," Laki-laki itu membalas dengan cepat. Memang tidak ada yang ditutupi kan?
"Kok Sera baru tau kalau Kak Asa suka ke panti asuhan?."
"Baru-baru ini kok Ser. Gue lupa bilang sama lo soal ini."
"Keliatannya seru, kapan-kapan boleh ajak Sera?."
"Ya boleh dong.. Kenapa enggak?."
Gadis itu hanya tersenyum simpul. Sebenarnya bukan ini saja yang ingin ia tanyakan pada Angkasa. Namun ia belum siap untuk mengatakan hal selanjutnya.
"Kak Asa."
"Hmm." Angkasa hanya membalas dengan deheman.
"Kak Asa gak mau jelasin hubungan Kakak sama panti asuhan itu? dan soal.. Kak Asa ada hubungan apa sama Kak Aksara? kalian keliatan ada sesuatu sama panti asuhan itu," pertanyaan yang tak pernah Angkasa duga.
"M-maksud kamu apa?."
"Kak Asa tau persis maksud aku kan?."
"Sera?."
••••
KAMU SEDANG MEMBACA
KALOPSIA [ON GOING]
Teen FictionSeraphina, gadis yang tidak pernah merasakan kehangatan keluarga saat hari ulang tahun. Kedua orang tua nya tidak pernah memikirkan tentang hal itu, terlebih Dean papah kandung yang terasa asing bagi gadis itu tidak pernah mengajaknya untuk berbicar...