Chapter 3: Before You Come

39 8 17
                                    

Waktu terus berjalan, Rania masih saja asyik membaca buku Parallel World

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Waktu terus berjalan, Rania masih saja asyik membaca buku Parallel World. Malam itu toko sepi dan tidak banyak customer yang datang.

Jam menunjukkan pukul 11 kurang 15 menit, Rania selalu memanfaatkan waktu 15 menit untuk membereskan tokonya.

Setelah semua selesai, Rania kemudian bergegas pulang ke rumah dengan menenteng buku yang kini menjadi buku favoritnya.

Sesampainya di rumah, Rania disambut oleh sang ibu yang sudah pulang bekerja. Setiap malam, setiap kali Rania pulang bekerja, ibunya selalu menyambut Rania dengan hangat dan tak lupa selalu membuatkan segelas teh hangat untuk Rania.

"Apa yang kau bawa itu?" tanya ibu Rania.

"Ini buku baru yang kubawa dari perpustakaan sekolah. ibu tau? sekarang buku ini jadi buku favorit Rania." katanya.

"Pasti buku Kim Ilsan kan?" tebak ibunya.

"Yap, ibu selalu benar."

"Bukan ibu yang selalu benar, tapi kamu yang selalu membaca buku Kim Ilsan dari dulu kan."

Rania pun tersenyum malu.

"Ibu tau sesuatu tentang Kim Ilsan?" tanya Rania.

"Hmm.. tidak banyak informasi tentang Kim Ilsan, tapi dulu ibu sempat dengar kalau Kim Ilsan bukanlah nama aslinya, orang-orang bilang kalau dia menyembunyikan identitas aslinya, tapi tidak ada yang tau kenapa dia melakukan itu."

"Kupikir karena dia selalu menulis cerita misteri, jadi dia pun menjadi sosok yang misterius."

"Mungkin saja.." balas ibu Rania.

"Tapi, apa ibu percaya soal dunia paralel?"

"Rania, sudahlah.. semua itu tidak benar, itu hanya cerita belaka, tidak ada bukti yang dapat menunjukkan kalau itu benar."

"Ternyata ibu juga tidak percaya itu." gumam Rania didalam hatinya.

"Ini sudah larut malam, kau pergilah tidur, besok harus sekolah kan."

"Ne, jaljayo (Ya, selamat malam)" Ucap Rania sembari masuk ke dalam kamarnya.

Dia membaringkan tubuh mungilnya itu di atas kasur dengan masih memegang buku parallel world. Dia terus-terusan memikirkan tentang buku itu.

"Aku harus percaya atau tidak?"

Tak lama kemudian, matanya terpejam dan Rania mulai terlelap dalam tidurnya setelah lelah bekerja.

• • •

Di pagi hari yang sangat cerah, kali ini Rania datang ke sekolah lebih awal. Bahkan murid-murid lain mungkin masih dalam perjalanannya.

Dia duduk di bangkunya, selalu dengan buku yang kini menjadi buku favoritnya. Rania selalu menghela nafas seperti orang yang sedang putus asa.

We Meet For a ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang