Sore itu setelah Rania pulang sekolah, Rania memutuskan untuk mengunjungi rumah Nyonya Lee. Dia membeli beberapa buah-buahan untuk dibawa ke rumah Nyonya Lee.
Dia berjalan menyusuri jalanan dekat taman itu. Tapi dia memilih untuk menghiraukan keadaan tamannya, namun sesekali ia menoleh kearah pohon dimana tempat Ares muncul pertama kalinya.
Tidak ada yang aneh, namun suasana tamannya sepi dan tidak banyak orang yang berkunjung ataupun sekedar melewati taman itu. Hanya ada suara angin yang berhembus kencang, suara kicauan burung dan suara dari beberapa kendaraan yang melintas tak jauh dekat taman itu.
Rania berhenti sejenak dan memerhatikan pohon itu dari arah yang cukup jauh untuk memastikan apakah ada keanehan disana. Sembari menenteng sekeresek buah-buahan, dia memerhatikan sekeliling taman.
Sepertinya, Ares memang belum muncul kehadapan Rania lagi. Dia pun memutuskan untuk pergi dari sana.
Namun, baru saja Rania melangkahkan kakinya, tiba-tiba ia melihat seseorang muncul dipohon itu, dia melihat dari ujung matanya. Dan Rania sontak saja langsung melihat kearah sana.
Rupanya, ada seorang lelaki dengan pakaian yang sama seperti orang yang sudah menubruk Rania beberapa hari yang lalu. Dia terdiam didepan pohon seperti sedang memerhatikan Rania. Wajahnya tidak terlihat karena dia selalu mendudukkan kepalanya.
Rania terheran, sebenarnya siapa dia? kenapa dia sering bertemu dengan orang itu? apakah ada yang salah dari diri Rania? ataukah dia ingin menyampaikan sesuatu tentang Ares?
Dengan segala keberaniannya, Rania memutuskan untuk memanggil orang itu dari tempat ia berdiri.
"Ahjussi! (Tuan!)" panggil Rania.
Tapi, orang itu hanya terdiam dan tak bergerak sama sekali. Dia tak menunjukkan respon setelah Rania memanggil dirinya.
"Kenapa dia hanya diam?" bisik Rania.
"Ahjussi! kau mendengarku?" teriak Rania sekali lagi.
Namun tetap saja, usaha Rania tidak berhasil karena lagi-lagi orang itu tidak menunjukkan respon sama sekali.
Dia hanya berdiri memerhatikan kearah Rania, tak bergerak dan tak menunjukkan wajahnya. Sebenarnya siapa dia dan apa mau dia?
Tak lama kemudian, orang itu ternyata pergi ke belakang pohon dan tiba-tiba menghilang begitu saja tanpa merespon panggilan-panggilan dari Rania.
"Kemana perginya dia?" kata Rania sembari terheran-heran.
Setelah Rania cukup lama menunggu, orang itu tidak muncul lagi. Aneh, muncul dan menghilang begitu saja. Entahlah kemana perginya orang itu. Dia seperti Ares yang tiba-tiba muncul dan tiba-tiba menghilang.
"Orang aneh," gumam Rania.
Dia pun memutuskan untuk meninggalkan taman dan kembali berjalan menuju rumah Nyonya Lee yang jaraknya tak jauh dari rumahnya.
Sesampainya dirumah Nyonya Lee, Rania mengetuk pintu rumahnya.
"Nyonya Lee, ini aku, Rania," ucap Rania.
"Masuklah Rania, pintunya tidak ku kunci," teriak Nyonya Lee dari dalam rumah.
Rania masuk dan kemudian menghampiri Nyonya Lee. Dan benar saja dugaan Rania, Nyonya Lee sedang terbaring diatas sebuah kasur yang dia simpan diruang tengah. Nyonya Lee sedang sakit dan tak bisa banyak bergerak.
"Rania, ada apa?" sambut Nyonya Lee.
"Sudah kuduga, kau pasti sedang sakit, Nyonya Lee," kata Rania.
"Iya Rania, aku sakit beberapa hari ini. Sebenarnya 2 hari kemarin aku hanya merasa meriang dan masih mampu untuk pergi dan menjaga toko, tapi hari ini, aku merasa tidak sanggup, bahkan untuk bergerak pun rasanya aku tidak sanggup, jadi aku memutuskan untuk berbaring disini," katanya Nyonya Lee.
"Yaampun, kenapa kau tidak mengabari aku, Nyonya Lee?" ucap Rania.
"Aku tidak ingin merepotkan dirimu atau ibumu, karena aku tahu, kau pasti sedang sibuk mempersiapkan ujian akhirmu yang sebentar lagi akan kau lakukan."
"Nyonya Lee itu tidak masalah, aku bisa mengunjungi mu untuk beberapa lama."
"Tidak apa-apa, Rania."
"Oh ya, aku bawakan beberapa buah-buahan untukmu," ujarnya sembari memberikan sebungkus buah-buahan itu kepada Nyonya Lee.
"Terimakasih banyak, Rania. Aku benar-benar merepotkan dirimu."
"Tidak seperti itu. Nyonya Lee kau sudah makan? aku akan buatkan makanan untukmu."
"Tidak usah, Rania. Aku sudah makan tadi, putraku datang mengunjungi aku walau sebentar. Dia merawatku seharian dan kemudian pergi lagi karena panggilan tugas," ujar Nyonya Lee.
"Oh ya? Yonsu ada mengunjungi mu? wah, aku benar-benar merindukan dia. Kurasa, sekarang dia pasti sudah tumbuh tinggi dan tidak semungil aku," kata Rania.
"Kau benar, dia tinggi sekali sampai aku pun banyak bertanya padanya 'kenapa kau tinggi sekali?' tapi seperti yang kau tahu, dia selalu menjawab 'aku ini manusia, pasti akan bertumbuh', selalu saja begitu."
"Sejujurnya Yonsu memang sedikit menyebalkan, Nyonya Lee. Tapi aku sudah melupakan semua keusilan dia semenjak dia masuk militer," ucap Rania yang kemudian diikuti tawa.
"Dia memang anak yang usil, kau pasti mengenal dia dengan baik karena Yonsu teman masa kecilmu, Rania. Dulu sewaktu aku masih mengurus dia, aku sempat kewalahan menghadapi perilaku dia. Tapi seiring berjalannya waktu, Yonsu mulai bersikap dewasa, apalagi dia tahu bahwa dia ingin menjadi seorang anggota militer, ayahnya benar-benar mendidik dia dengan baik sebagai seorang calon anggota militer."
"Ya itu benar, Nyonya Lee. Aku ingat sekali ketika ayahnya melatih dia setiap pagi, dia dengan semangatnya berlatih. Dan jika bertemu denganku, dia pasti selalu berkata 'Rania, aku akan menjadi anggota militer', dan itu benar-benar membuatku senang. Dia seorang yang tulus, Nyonya Lee."
"Benar. Setiap kali ayahnya pulang bertugas, Yonsu kecil selalu bertanya pada ayahnya 'Ayah apa kau lelah?' 'Ayah apa hari ini kau menang?' dan itu membuat ayahnya tertawa dikala dirinya merasa lelah setelah bekerja."
"Aku benar-benar merindukan Yonsu, Nyonya Lee. Aku ingin bertemu dengannya, jika itu memungkinkan. Aku ingin bercerita banyak pada dia. Sudah lama sekali sejak dia masuk militer, kami tidak bisa bercerita berdua."
"Oh ya, aku baru ingat. Tadi dia bilang, besok pagi dia akan mengunjungiku lagi. Dia juga bilang dia merindukan mu, Rania. Dan dia sangat ingin bertemu denganmu. Aku akan memintanya untuk pulang malam supaya kalian bisa bertemu."
"Jinjjayo? (benarkah?) Wah anak usil itu ternyata merindukanku juga. Aku tidak sabar untuk bertemu dengannya dan rasanya aku ingin membalas keusilan dia sewaktu kami masih kecil. Lee Yonsu, tunggu aku."
Rania dan Nyonya Lee pun tertawa bersama.
Oh ya, Rania dan Yonsu memang berteman sejak mereka masih kanak-kanak. Dulu, mereka selalu bermain bersama dan menghabiskan masa kecilnya bersama-sama. Itu sebabnya mengapa mereka berdua saling merindukan sebagai teman masa kecil.
Rania juga orang yang menyaksikan bagaimana perjuangan Yonsu ketika dia ingin masuk kedalam dunia militer disamping ayahnya juga yang seorang anggota militer. Dan Yonsu juga menjadi saksi bagaimana Rania tumbuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Meet For a Reason
FantasiRania, gadis belia berusia 18 tahun yang jatuh cinta kepada sosok pria dalam dunia yang berbeda----dunia paralel. Ares, nama pria itu begitu terkenal di dalam dunia paralel, tampan, ramah dan senang berteman dengan siapapun. Berbanding terbalik den...