Chapter 14

373 72 1
                                    

Menggeret koper kecilnya yang hanya berisi baju-bajunya yang tak berjumlah banyak dan tas punggung yang berisi oleh-oleh, Asahi menaiki pesawat yang akan membawanya pulang, setelah mendarat di bandara international Kansai, Asahi menaiki kendaraan umum lagi selama 2 jam lebih, sebelum sampai di kampung halamannya yang masih memiliki aura pedesaan.

Asahi sebelumnya adalah warga kebanggan kota kecil ini, dengan dirinya yang memiliki nilai ujian tertinggi dan mendapatkan beasiswa penuh di luar negeri, menjadikannya bahan pamer warga desanya.

Fakta bahwa dulu ia mendapatakan 50.000 yen dari walikota juga sudah tersebar kemana-mana, menyebabkan decak kagum terdengar ketika namanya di sebutkan.

Di desa ini, tidak banyak yang memilih untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, sekeluar mereka dari SMA, banyak yang lebih memilih untuk melanjutkan usaha agraris mereka, yaitu bercocok tanam, atau melanjutkan usaha orang tua mereka, bahkan tak sedikit yang memutuskan untuk menikah muda, settle their own affair too early in their life.

Oleh sebab itu, ketika Asahi menginjakkan kakinya kembali di kampung halamannya, dirinya menjadi buah bibir panas, untungnya, kebanyakan tentunya hanya murni karena penasaran.

Rumah kecil bertingkat dua terlihat di kejauhan, rumah familiar yang dipenuhi kenangan masa kecilnya, pohon jeruk yang ia tanam saat masih kanak-kanak menjadi salah satu penanda rumahnya, di pekarangan kecil, hanya adik laki-lakinya yang tengah menjemur baju menyambutnya dengan antusias, wajahya yang sedikit banyak mirip dengannya terlihat cerah saat melihatnya, "Nii-san!"

Tersenyum tipis Asahi mengusak rambut lembut adiknya itu, "Dimana okaa-san?" tangan kecil adiknya itu langsung menggiringnya masuk, "Di dapur, kaa-san! Nii-san sudah sampai!" ia mengikuti langkah kecil adiknya yang cepat itu dengan senyum lembut, melewati pintu depan, Asahi tidak lupa berteriak, "Tadaima"

Dari arah dapur terdengar sahutan, "Okaeri, Asahi!"

Menuju ke dapur, Asahi mendapati adik perempuannya tengah membantu memasak, adiknya yang baru berumur 10 tahun itu tanpa mencuci tangannya langsung berlarian ke pelukannya, "Nii-san sudah kembali!"

Sedangkan ibu Hamada mencuci tangannya terlebih dahulu lalu menghampiri Asahi dan membantunya menurunkan oleh-oleh yang dibawanya satu tas besar itu.

Sebelum meninggalkan Seoul, Asahi membawa beberapa snack dan buku bergambar untuk oleh-oleh adiknya, anak yang sangat frugal itu, sepertinya cukup royal pada keluarganya.

Saat ini, ketika ia mengeluarkan hadiahnya, adiknya seperti puppy mengitarinya tak bisa diam, ibunya ia belikan 2 pasang baju baru yang tak begitu mahal, namun ibu Hamada masih merasa tak tega untuk memakainya, "Terlalu bagus, Asa-chan" namun tangannya itu terus mengelus baju barunya, sepertinya terlalu excited karenanya.

"Otou-san sedang di luar?" Asahi yang tak kunjung melihat ayahnya hingga hari telah larut, bertanya pada ibunya yang sedang merapikan futonnya.

Diam beberapa saat tanpa menghentikan tangannya, ibu Hamada pun menjawab dengan senyum yang terlihat lelah, "Ayahmu pergi 2 hari yang lalu, katanya ia mendapatkan kerja di sebuah perusahaan Korea sebagai security"

Asahi ingat betul karakter ayahnya yang pemalas itu, dengan perut buncitnya, wajahnya yang tadinya tampan menjadi berantakan keriput tak karuan, entah bagaimana ia bisa mendapatkan pekerjaan...

Lalu di otak Asahi melintas kata-kata Jaehyuk tentang membantunya itu...

Menggigit bibir bawahnya, Asahi menghampiri ibu Hamada yang bersimpuh di samping futon, "Kaa-san, apa nama perusahaan yang ia masuki? Aku ingin mengecek kebenarannya" tanyanya pelan.

Ibu Hamada menoleh pada Asahi dan tersenyum lembut, "Apa Asa-chan takut bahwa otou-san akan tertipu?" tangannya yang berkerut dan kasar itu mengusak kepala Asahi, "Seingat kaa-san, namanya Yu- Yuu? Yoon group? Apa kamu tahu perusahaan itu? Asa-chan sebelumnya belajar di Korea bukan? Mungkin perusahaan terkenal?"

Mendesah pelan, Asahi mengangguk, sepertinya dugaannya benar, mengelus tangan ibunya yang penuh dengan tanda kerja kerasnya itu, Asahi giving her a reassuring smile, "Aku tahu, itu perusahaan yang baik, semoga otou-san betah disana"

Asahi ingin tahu bagaimana cara Jaehyuk membujuk ayahnya yang ketagihan akan judi dan minuman keras itu?

"Apa dia meninggalkan uang untuk kalian?" Asahi teringat dengan adik-adiknya yang masih sekolah, namun ibu Hamada tidak berani menatap Asahi, "Kaa-san mempunyai beberapa pekerjaan sampingan, Asa, kamu tidak perlu khawatir" namun suaranya tidak meyakinkan sama sekali.

Asahi mengerti betul apa yang terjadi, mendesah panjang, Asahi hanya memijat keningnya, "Aku akan mengambil beberapa part-time job selama dua bulan aku disini, aku akan memberikan tiap bulannya untukmu nanti, kaa-san, jangan berikan pada tou-san!"

Ibu Hamada melihat wajah lelah anaknya itu merasa tidak tega, ia menarik tangan Asahi, "Okay, okay, jangan bicara tentangnya" namun ia masih tak berani menatap anaknya itu.

Asahi masih ingat betul, dua bulan lalu, ayahnya yang kalah berjudi dan kehilangan banyak uang, dikejar oleh creditor karena tak mempunyai uang untuk membayar hutangnya, dan entah bercanda atau tidak, mereka mengatakan, jika ayah Hamada kehabisan uang, mereka bisa menerima Asahi sebagai bayarannya, anak sulungnya yang memiliki penampilan secantik malaikat itu menurut mereka sungguh profitable.

Ayah Hamada pada saat itu merasa hatinya tergerak dan berniat mencarikan sugar daddy atau mommy yang kaya raya untuknya, collecting some money for the payment.

Ibu Hamada mencoba membujuk ayahnya berkali-kali, namun hanya mendapat kekerasan darinya, ia bahkanmencegah ayahnya untuk mmeneleponnya, namun apa daya, ibu Hamada terlalu lemah untuk melawan.

Untungnya Asahi berada jauh darinya, sehingga saat ayahnya membujuknya dengan berbagai macam alasan yang tak masuk diakal, Asahi hanya bisa mendesah dan terdiam tak berkata, sudah putus asa pada ayahnya itu.

Jadi yang dikatakannya pada Jaehyuk beberapa hari yang lalu adalah kenyataan, ia benar-benar hampir dijual oleh ayahnya.

Namun beberapa hari yang lalu juga, menurut pengakuan ibu Hamada, ayahnya sepertinya mulai berubah, tidak lagi berkata akan menjualnya, lalu membereskan barang-barangnya dan pergi entah kemana, mengaku akan bekerja di luar kota 2 hari yang lalu tepatnya.

Ketika ayah Hamada pergi, ibu Hamada merasa lega, namun ia masih tidak mau mengungkit masa lalunya, anyway, meskipun ayahnya itu ingin menjual Asahi, ia tidak berhasil after all, ibu Hamada tidak ingin mengungkit hal yang lebih jauh dan menyakiti hati Asahi.

After all, no matter how bad that man was, he's still Asahi's father, setelah bercerita cukup panjang, ibu Hamada kembali bungkam.

Sepanjang libur musim panas, Asahi membantu pekerjaan rumah dan juga bekerja paruh waktu, begitu juga dengan ibu Hamada, meskipun hal ini sulit dan melelahkan, Asahi masih harus melakukannya demi memberi adik-adiknya makan.

Dua bulan berlalu dengan cepat, ia sudah mendapatkan berita bahwa dirinya lulus dengan nilai terbaik dari gurunya, dan transcript nilainya dikirimkan langsung dari Korea oleh wali kelasnya itu.

---------------------

Love Came Too Early - JaesahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang