Chapter 26

352 76 6
                                    


Asahi instinctively ingin menarik tangannya kembali karena terkejut, namun Jaehyuk menggenggam tangannya erat, ia menarik Asahi mendekati dirinya, "Pada saat itu, ketika kamu telah lulus kuliah, kita akan mendaftar langsung untuk mendapatkan marriage certificate, okay?

Suara lembutnya terdengar rendah, as if coaxing a little child, matanya masih terlihat berkabut, sama seperti saat ia baru bangun tadi, obviously, Asahi mengerti bahwa Jaehyuk saying this impulsively.

Umurnya sedikit lagi beranjak menuju 20 tahun, dan masih ada 2 tahun lagi sebelum ia bisa lulus, Jaehyuk hanya lebih tua sebulan dari dirinya, Asahi ingat betul, mereka baru saja memasuki adulthood, they're still so young, yet the guy in front of him already wanting to stabilize too early.

It may be too early when it comes to getting married...

Asahi menjadi terdiam dan tidak berkata apa-apa, sebelah tangannya digenggam oleh Jaehyuk dan ia menggunakkan sebelah tangannya lagi untuk menutup kedua matanya.

Somehow, this is making Jaehyuk felt a bit anxious, ia menarik tangan Asahi dan mengambilnya ke pelukan, "Hi-kun, lihat mataku, I-I can support you, I'll promise to protect you, I-"

Asahi merasa tubuh Jaehyuk bergetar dan kata-katanya menjadi awkward, he once again looks at the face that still looks quite green, hanya saja sisi dewasanya sudah terlihat lebih banyak...

Jaehyuk yang mendapati Asahi menatap wajahnya merasa gugup, mata Asahi terlalu jernih, ia mendapatkan sosoknya yang gugup itu di pantulan matanya, he felt annoyed because of it, tangannya tanpa sadar menutup mata itu, namun ia tidak berani menutupnya terlalu erat.

Ia tahu betul seberapa kuat dirinya, jadi ia dengan lembut menutup kedua mata yang terlalu jernih itu, masih dengan perasaan sedikit takut bahwa Asahi akan merasa tidak nyaman karenanya, tangannya pun menekuk dan merasakan bulu mata Asahi yang menggelitik telapaknya, he felt as if something has penetrated his palm, and melted to his bone, dan tidak lagi dapat dipisahkan.

Sejak saat Asahi setuju menjadi pacarnya, Jaehyuk telah merasakan perasaan ini, ketika ia teringat pada Asahi, hatinya terasa penuh, ia tahu ada sesuatu yang salah pada dirinya, perasaan itu selalu mengatakan dirinya untuk memiliki Asahi lebih lagi, but he always control it.

Pada saat itu Jaehyuk tidak mengerti mengapa ia merasa seperti ini, namun setelah berpisah, saat bertemu lagi, rasanya tidak cukup untuk Jaehyuk hanya sekedar memeluk Asahi saja, ia ingin yang lebih, he knew he's fallen too deep.

Sejak kecil Jaehyuk selalu berani, tidak takut akan langit maupun bumi, ketika anak-anak yang lebih tua darinya mengintimidasinya, ia tidak takut, ia dapat menjatuhkan lawan yang lebih kuat darinya, he always been arrogant and domineering, selalu dapat mengalahkan tiap kesulitan di depannya.

Namun saat bertemu Asahi, ia seperti bertemu musuh terbesarnya, Jaehyuk merasa nervous and lost ketika berbicara dengannya, ketika Jaehyuk menatap Asahi, Jaehyuk tidak bisa untuk menahan tawa kecil yang keluar dari mulutnya sendiri tanpa ia sadari, ketika berada di dekat Asahi, Jaehyuk merasa takut namun ingin menyentuhnya juga, namun ia tidak tega untuk memaksa menggunakkan kekerasan seperti pada orang lain.

Jika ia mengikuti keinginannya, ia takut Asahi akan merasa tidak nyaman, ia memiliki ribuan cara untuk mendapatkan Asahi, namun ia tidak berani untuk melakukannya ketika mengingat Asahi bisa saja menangis karenanya.

Ketika Asahi menatap matanya, Jaehyuk bahkan tidak bisa mengatakan kata-kata yang coherent, the leader of military academy praised him for being a good seedling, but he's defeated by such a little guy.

Jaehyuk mengejek dirinya sendiri di hati saat ini, suara lembutnya bergetar, "Hubby, aku sangat menyukaimu, kak Jae tidak dapat berkata apapun dengan baik, tapi aku tulus..."

Ia tidak bisa seperti protagonist di televisi, mengatakan kata-kata romantis yang menyentuh, ia juga belum bisa menjadi pria yang dewasa dan berwibawa.

Jaminan apapun yang orang lain punya, niatnya juga lebih tulus dari mereka semua.

Asahi juga merasakannya, dari suaranya yang bergetar itu, Asahi merasakan sakitnya juga...

"Jika kamu tidak mau..." Jaehyuk ingin berkata jika Asahi tidak mau, ia tidak akan memaksanya, namun saat berkata, suaranya terlalu pelan, bahkan kata-kata selanjutnya tidak terlontarkan.

Ketika Jaehyuk berpikir bahwa Asahi akan menjadi miliki orang lain, ia merasa sangat tidak nyaman, Jaehyuk menunggu, menunggu untuk jawaban dari Asahi.

Rasanya jantungnya akan melompat keluar saja, tangan yang menutupi mata Asahi pun terasa berdenyut dan bergetar, tubuhnya terasa tegang, he hold his breath as he wait for Asahi's answer.

Asahi meraih tangan yang menutupi matanya itu, merasakan betapa nervousnya Jaehyuk dari getaran yang hebat ini.

Jaehyuk menyadari cara ia melamar Asahi tidak terlalu berwibawa dan mengharukan.

As he didn't get Asahi's consent, bibirnya berubah menjadi pucat, terlihat raut kekecewaan di wajahnya, namun ia berusaha tahan, Asahi menyadari ini, baginya, ekspresi menahan ini tidak lebih baik dari raut yang sebenarnya.

He felt distressed for Jaehyuk, sudah dibilang, dirinya itu tidak se-heartless itu, "Jae..." Asahi mulai membuka mulutnya, namun Jaehyuk malah membungkam mulut Asahi kembali dengan paksa, ia mengecup bibir Asahi forcefully, membuatnya terdiam lagi.

Melepaskannya, Jaehyuk berimbuh, "Aku tidak peduli, anyway, kamu adalah suamiku, jika ada yang memiliki ide tentangmu, aku mungkin tidak akan membunuhnya, tapi aku akan mematahkan seluruh tulangnya! Kamu tidak bisa lari kemana-mana, kamu tidak boleh berkata tidak mau, atau aku akan menguncimu sampai hari kita menikah nanti!"

Sifat lamanya kembali, in the first place, he is a domineering person, he always rein himself for his little darling, pinggir mata dan ujung hidungnya yang memerah itu menandakan perasaan Jaehyuk yang sebenarnya.

"Aku belum bilang bahwa aku tidak mau!" Asahi membalas seraya mendorong tubuh Jaehyuk, namun Jaehyuk yang mendengar balasan itu terlalu senang dan tidak bergeming sama sekali, ia mendorong wajah Jaehyuk namun telapak tangannya malah dikecupnya berkali-kali, "Shameless!"

Jaehyuk stretching out his tongue and lick Asahi's palm, wajahnya terlihat bersemangat, "Hubby, apa kamu benar mau? Kamu mau? Tunggu sebentar!" 

Tubuh besarnya itu dengan cekatan melepas pelukannya dan Asahi lalu melompat turun dari kasur, the strong muscles underneath his thin shirt showing a beautiful and smooth lines with his movements.

Jaehyuk melangkah tanpa alas di atas karpet, lalu lari keluar sebentar dan kembali lagi menghampiri Asahi yang masih terduduk di kasur, he jumped onto the bed, making the bed shaken by it.

Tubuh Asahi pun terjungkal kebelakang dan terpental sedikit mengikuti gerakan kasur, ketika dia akan kembali bangun, tubuhnya sudah dibawa kembali ke pelukan Jaehyuk, di tangan Jaehyuk saat ini ada sebuah ponsel.

Asahi melihat aplikasi yang sama saat kemarin mereka berbincang, ya, aplikasi perekam suara.

Jaehyuk dengan hati-hati memencet tombol merekam, dan ia meluruskan tubuh Asahi di pelukannya, dengan wajah yang cautious ia berkata pada Asahi, "Yang barusan kamu katakan itu sangat bagus, bisakah kamu katakannya sekali lagi? No, dua kali lagi? Biarkan aku merekamnya untuk nanti akan kudengar di academy, untuk mengobati rasa rinduku hehehe" 

Jaehyuk tersenyum sangat riang, berbeda sangat jauh dengan ekspresi sedihnya tadi, "Hubby, tambah juga bilang begini, 'Asahi akan menikahi Jaehyuk setelah kelulusan' begitu"

---------------------------

Kebanyakan nulis hari ini jadi sadar, kalo kebanyakan nulis tuh lama2 jadi kebanyakan englishnya juga... maybe I'll continue it later..._(:з)∠)_

Love Came Too Early - JaesahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang