Chapter 23

369 74 15
                                    


Ketika melihat hal ini terjadi, Haruto memberhentikan keduanya, he hurriedly step forward, "Asahi, kakak ipar, jangan pergi dulu, ayo kita makan bersama terlebih dahulu?"

Sejujurnya Haruto dan Yoshi cukup penasaran dengan sosok Jaehyuk, dan tidak menyangka akan bertemu dengannya kali ini.

Yoshi bahkan menyadari Jaehyuk berganti mobil kali ini, license plate numbernya berbeda dengan off-road vehiclenya yang terdahulu, namun masih cukup eksklusif.

Bagi Haruto, besok ia akan pindah keluar dari dorm kampus, dan akan sulit bertemu dengan Asahi nantinya, mengingat Asahi yang lebih senang bersama buku-bukunya itu dan part-time jobnya yang ia akan ambil, Haruto tahu, akan sulit hangout dengan Asahi.

Tentu saja berkenalan dengan kekasih dari teman baiknya ini juga merupakan keinginan besarnya, namun mengingat pria ini baru saja membanting orang dengan mudahnya, Haruto berusaha sesopan mungkin meminta mereka untuk tetap tinggal.

Jaehyuk melirik ke wajah Asahi, begitu juga dengan Asahi, ia pun mengangguk pada Jaehyuk dan menariknya menuju Haruto dan yang lain, memperkenalkannya pada mereka, "Ini kekasihku, Yoon Jaehyuk" ia juga memperkenalkan nama mereka satu-persatu.

"Salam kenal, kakak ipar!" dengan antusias Haruto memanggilnya, membuat Jaehyuk memiliki favorable impression pada anak ini.

Kakak ipar?

Sounds great!

Dengan hal ini pun Jaehyuk menjadi tidak se-arrogant biasanya, dengan lihai ia berbincang dengan semuanya, only short of being called as brothers, Yuki yang telah menghilang entah kemana itu pun sudah dilupakan oleh mereka, mood di ruangan private ini pun menjadi sangat baik.

Mood Asahi juga sepertinya sangat baik malam ini, ia meminum beberapa gelas alcohol tanpa segan, sedangkan Jaehyuk masih ingat dirinya akan mengemudi nantinya, so he refrained from drinking alcohol.

Entah berapa gelas yang sudah ia tenggak, "J-jae, aku merasa pusing..." Asahi menyandarkan kepalanya di bahu Jaehyuk.

In the past, Asahi seldom took the initiative to approach Jaehyuk in this kind of way, Jaehyuk merasa ini merupakan pengalaman unik, kepala yang berbaring di bahunya itu terlalu ringan, tubuhnya yang as soft and light as a cloud itu menempel di sisi tubuhnya, tangannya yang berada di pinggang Asahi saat ini juga rasanya bisa merangkulnya hanya dengan telapak tangannya saja.

Tubuh Asahi is so petite, that it seems to be able, with the smallest bit of effort, it'll be injured easily.

Jaehyuk merasakan a rush of heat menyebar dari pangkal lehernya hingga telinganya, jantungnya turut berdebar cepat, tubuhnya menjadi kaku, he maintained the same position for a while and didn't move.

Ketika Asahi akan menggeser kepalanya, the slightly long black hair fell on Jaehyuk's neck, menggelitiknya dari sumsum tulang belakangnya, menuju ke hatinya.

As soon as Jaehyuk turn his head, ia bisa melihat wajah flawless Asahi yang kemerahan saat ini, suara nafas dari Asahi blew in his ears as he breathes, tanpa sadar menyalakan sumbu api pada Jaehyuk.

Jaehyuk ingin melakukan sesuatu yang lebih, namun tidak berani, lehernya terasa kaku meskipun dengan sedikit putaran kepala saja ia akan bisa menyentuh bibir tipis itu.

Namun untuk Jaehyuk saat ini, untuk menelan ludahnya saja terasa sangat sulit.

He took Asahi in his arms and held him firmly, mengambil dompet di kantungnya, ia mengeluarkan a stack of money from it dan menaruhnya di atas meja tanpa melihatnya lagi, "My treat, Asahi sepertinya terlalu mabuk, aku akan membawanya pulang, kalian bisa meneruskan bersenang-senang lagi" senyumnya pada teman-teman dari pacarnya ini.

Jaehyuk menggendong Asahi yang sepertinya sudah terlalu mabuk itu di tangannya, lalu melangkah keluar menuju mobilnya yang terparkir di seberang jalan, memasukinya setelah memastikan Asahi sudah terduduk dengan aman di kursi sampingnya.

"Jae, kepalaku sakit..." complaint Asahi lagi, Jaehyuk yang baru saja akan memasang sabuk pengaman pun mengurungkan niatnya, ia mendekati Asahi, mendapati dahi Asahi terasa cukup panas.

Teringat bahwa di mobilnya tak ada obat sama sekali, Jaehyuk mengutuk dirinya sendiri, ia tidak pernah minum, juga tidak pernah sakit bukan berarti Asahi tidak bisa sakit juga.

A strong cow like him may not need a medicine at all, namun Asahi tidak begitu, padahal ini bukan salahnya juga, namun Jaehyuk merasa tidak cukup waspada.

Jaehyuk pun kembali memasang sabuk pengaman dan menelusuri jalan pelan mencari apotek untuk membeli beberapa obat.

Setelahnya ia kembali ke mobil untuk meminumkannya pada Asahi, "Hi-kun, minum ini terlebih dahulu, kamu akan merasa lebih baik"

Ia menarik Asahi ke pelukannya, they leaned very close, tangan Asahi berada di dada Jaehyuk saat ini, ia bisa merasakan dada yang naik turun seirama dengan nafasnya itu.

Ekspresi wajah Jaehyuk terlihat sangat lembut, Asahi yang masih pusing blushed because of it, namun Jaehyuk tidak menyadarinya, karena wajah Asahi sebelum ini juga sudah memerah.

Jaehyuk menyentuh bibir Asahi dengan obat di jarinya, "Buka mulutmu, honey" the soft and pale lips obediently opened, memperlihatkan lidah yang terlihat merah segar dan gigi-gigi kecilnya yang putih itu, Jaehyuk pun menaruh satu obat dan meminumkan Asahi air untuk menelannya bersama obat.

Mengulangnya selama dua kali, Jaehyuk tersenyum lega, ia mengelus punggung Asahi, "You'll feel better later"

Asahi juga turut tersenyum tanpa ia sadari, dimples di pipinya mencekung dalam, Jaehyuk yang mendapati ini pun merasa gemas dan menggigit lembut pipi itu, "Bagaimana bisa kamu terlihat sangat manis, hmm?" bisiknya menggesekkan bibirnya beberapa kali di pipi lembut Asahi.

Asahi yang setengah sadar saat ini pun hanya tergelak, ia melingkarkan tangannya di leher Jaehyuk, "Sepertinya memang begitu" jawabnya a bit arrogant, berbeda dengan dirinya yang biasanya sangat tranquil.

Tentu saja Jaehyuk setuju akan hal ini, ia pun memberikan kecupan di pipi itu, "You are! The most adorable!" ia tentunya tahu Asahi yang sangat hangat ini hanya mungkin terjadi karena ia mabuk, ia tidak akan mengambil kesempatan lebih, ia tidak mau Asahi membencinya nanti.

Namun beberapa 'advantage' seperti cap cip cup tidak masalah bukan?

Di dalam mata Jaehyuk, an indulging and soft expression could be seen, he smooches the pale lips a few times, before straigthened up Asahi's body di tempat duduknya.

Jaehyuk membawa Asahi ke apartment yang tidak jauh dari lokasi kampus Asahi, menaiki lift dan membaringkan sleeping princenya itu di tempat tidur, tidak lupa mengelap wajah dan kaki dari Asahi sebelum mengganti bajunya yang berbau alkohol dengan baju yang bersih.

Setelahnya Jaehyuk juga membersihkan dirinya, melihat sosok yang tertidur pulas di kasur, Jaehyuk tersenyum lembut, lalu menyelipkan dirinya di sebelah Asahi, membawanya ke pelukannya.

Wajah Asahi yang tertidur itu terlihat seperti malaikat, very soft and beautiful, tanpa sadar Jaehyuk menatap wajah itu untuk waktu yang lama.

"Hi-kun, tidak bisakah kamu menyukaiku juga? Aku... tentu saja tidak lelah untuk mengejarmu, hanya saja, aku takut jika nantinya kamu menemukan orang yang kamu suka, apa kamu akan meninggalkanku? Apa kamu akan melupakanku begitu saja?" bisiknya pelan, ia mengelus alis yang terbentuk indah di atas mata Asahi itu lembut.

Ia tahu betul, jikapun Asahi nantinya memiliki seseorang yang disukainya, ia tidak akan bisa marah pada Asahi, yang jatuh cinta pertama duluan, dialah yang kalah, perkataan ini benar adanya.

------------------------

Love Came Too Early - JaesahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang