"Daaaah Jinannn, see you besok," Ucap Shani semangat, ia melambaikan tangan setelah menurunkan Jinan di depan rumahnya.
Shani menaikkan kembali jendela mobil setelah Jinan masuk kedalam rumah, sekarang kedua temannya itu telah sampai di rumah masing- masing, hanya tinggal dirinya dan Gege yang masih di dalam mobil.
Sepanjang perjalanan mereka mencari alasan kenapa mereka berdua bisa bersama karena Shani memutuskan untuk mampir ke rumah Gege, sedang Gege sendiri izin menginap dengan teman-teman kelasnya, begitu pula dengan Shani.
"Ya tinggal bilang kalo kamu mau kerumah, jadi aku sekalian pulang sekalian jemput kamu dulu." Jelas Gege.
"Yaudah kalo gitu, bilang itu aja."
Mereka sudah berkendara selama setengah jam sejak perhentian terakhir mereka, rumah Jinan.
Shani sesekali mencuri pandang, ia merasa ada sesuatu yang ia rasa berbeda dari Gege sejak dua malam lalu. Gege memang bukan tipe orang yang super komunikatif, tapi dia tidak se-diam ini sebelumnya. Ditambah kejadian kemarin dimana Gege yang tiba-tiba hampir menangis entah dengan alasan apa.
Ada pula hal yang Shani ingin ceritakan soal orang yang ia tak sengaja temui kemarin, ia merasa setidaknya Gege harus tau. Lagipula, hubungan adalah soal keterbukaan antar satu sama lain, kan?.
"Shani? Sayang?"
"Eh?" Shani terkejut, pundaknya di goyang-goyang oleh Gege.
Mereka telah sampai sedari tadi, hanya saja Shani terlalu terjerat dalam pikirannya sendiri sehingga ia tak sadar. Gege bahkan telah beberapa kali memanggil namanya.
"Kamu ngelamunin apa?" Tanyanya.
"Eh, engga ada apa- apa. Yuk turun," Shani melepas sabuk pengamannya, lalu turun dari mobil.
Toko bunga milik keluarga Gege tidaklah begitu besar, sebenarnya malah mereka mengorbankan bagian depan rumah mereka untuk dijadikan kios berjualan karena mereka tidak ada cukup modal untuk menyewa tempat.
Memang saja, sejak bercerai dari sang suami, kios bunga ini adalah satu-satunya sumber penghasilan beliau. Sang suami hanya memberi mobil saat tau Gege, putra yang ia tinggalkan sejak bayi memutuskan untuk membantu sang ibu, dan juga mendengar bahwa toko mereka sering mendapat pesanan dalam jumlah besar. Jadi diberikanlah mobil untuk membantu mengirim bunga jika ada pesanan dalam jumlah banyak.
Nampak papan besar terdapat di atas toko bertuliskan Garcon le Fleur. Shani sempat menanyakan artinya pada Gege. Cowok bunga adalah jawabannya. Awalnya kios ini tidak bernama, hanya saja kemudian Gege mengusulkan nama agar orang lebih mudah untuk mengingat dan nampak lebih bagus.
Bel pintu berbunyi saat Gege membuka pintu kiosnya.
"Mamaaaa...Gery pulaaang. Liat nih ma, calon mant-AH ADUH SHANI!" Reaksi Gege terkejut sekaligus kesakitan karena pinggangnya dicubit oleh Shani.
"Kamu tuh ya." Omel Shani.
"Hehehe canda," Gege meringis kesakitan sambil memegangi bekas cubitan pacarnya.
Seorang wanita paruh baya keluar dari pintu dibelakang meja kasir, ia terlihat cukup muda walaupun garis- garis keriput di wajahnya tidak bisa berbohong.
Kemeja putih dan rok krem selutut yang dikenakannya juga nampak cocok dengan celemek hitam bertuliskan nama kios bunganya itu dalam aksen emas.
"Nih ma ada Shani"
"Oh Shani toh, mama kira siapa yang dateng," Ucap wanita yang dipanggil mama itu oleh Gege.
Shani mendekat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Garcon Le Fleur
FanfictionHubungan kadang bisa jadi rumit, bahkan disaat kamu merasa bahwa kamu sudah sangat paham akan pasanganmu. Jadi apakah hubungan Shani dan pacarnya Gery (Gege), kakak kelas setaun diatasnya yang memiliki toko bunga sendiri itu akan baik-baik saja?