Dua

111 12 4
                                    

PLAK!!! - Satu tamparan telak mendarat di pipi kanannya. Bukan sakit yang terasa kuat, namun malu. Gege mencoba menahan semua itu dan lanjut mengejar Shani di lorong sekolah.

"Shan, tunggu bentar. Shani," Gege menahan tangan Shani, mencegahnya melangkah pergi.

Semua mata disekitar tertuju pada drama yang sedang terjadi di sekolah saat ini.

"Shani. Dengerin aku bentar.Aku tau kamu marah soalnya aku tiba-tiba lost contact, tapi ini emang bukan hal yang gampang buat aku jelasin gitu aja." Gege menatapnya dalam.

"Gada waktu aku buat dengerin. Aku lagi buru-buru buat latian lomba minggu depan. Jadi lepas," Tegas Shani. Ia menarik lepas paksa tangannya dari genggaman Gege, lalu melangkah pergi.

Dipandanganya tak berdaya figur kekasihnya yang perlahan menjauh, suara langkahnya tenggelam dalam riuh bel pertanda masuk kelas.

Flashback end.

Sejam lebih Shani dan Helmi beserta beberapa guru penguji berada di ruang serbaguna sekolah. Hampir semua pertanyaan berbau akademik terjawab cepat dan tepat oleh mereka berdua. Meski begitu keduanya jauh dari sebutan tim yang baik karena sifat egotistical mereka yang sangat kuat. Tak jarang mereka berebutan bahkan menyerobot untuk menjawab terlebih dulu, yang seringkali berujung adu mulut diantara mereka.

Bahkan disaat istirahat seperti ini. Bukannya mengobrol berdiskusi soal jawaban-jawaban yang salah, mereka malah memisahkan diri. Shani yang lebih akrab dengan guru memutuskan untuk duduk bersama mereka sambil mengobrol santai, sedang Helmi memilih untuk duduk didekat pintu dengan headphone terpasang erat ditelinganya dan pandangan yang tak lepas dari prediksi soal-soal yang akan keluar nanti.

"Jadi ini emang semua SMA se- Jakarta gitu ya bu yang ikut?" Tanya Shani yang lalu menggigit roti isinya.

"Sebenernya cuma beberapa SMA favorit aja yang mendaftarkan diri kalo buat cerdas cermatnya. Cuman kalo yang lomba-lomba atletik gitu kayanya hampir semua SMA ikut setau ibu." Jelasnya.

Sedangkan di bagian sekolah yang lain, Gege mencoba me- lobby kedua teman Shani agar dia mau mendengar penjelasannya.

"Setelah liat kaya gimana Shani gara- gara kelakuan lo, lo minta tolong gua bua bantu lo? Sorry, ga bakal." Ketus Jinan.

Ia melangkah pergi, Feni yang belum membulatkan pikirannya masih diam disana dengan Gege.

"Fen..." Pinta Gege dengan wajah memelas.

Feni yang bingung bergantian melihat Jinan yang pergi dan Gege memohon padanya.

"Jinan, tungguinnn," Feni berlari mengejar, meninggalkan Gege sendiri.

Garcon Le FleurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang