Mimpi Masa Lalu [ Revisi ]

38.4K 1.2K 54
                                    


Untuk versi lengkapnya bisa kalian dapatkan di google play https://play.google.com/store/books/details?id=kR8_DwAAQBAJ

Terima kasih


"Aku ingin kita bercerai."

"Apa?" Tanganku gemetar memegang kertas gugatan cerai di tanganku. "Kupikir-"

"Ini adalah perjanjian kita, Anastasia." Mata biru menatapku tajam. "Kuharap kau tidak melupakannya." Bibir merah muda menyeringai masam. "Atau kau masih berharap aku akan jatuh cinta padamu? Bodoh sekali," cibirnya. Dia mengambil pena dari sakunya dan meletakan di atas tanganku. "Lebih cepat kita selesaikan, itu akan baik bagi dirimu, Anastasia."

"Baik untuku atau baik untuk Asyela?" Aku mengejeknya. Membubuhkan tanda tanganku dengan cepat, aku melemparkan kertas beserta map itu padanya. "Apa kau puas sekarang?" Nafasku tersengal, tanganku mengepal menahan amarah dan kesedihan dalam hatiku. Ini tak adil... menatap mata biru dingin tanpa ekpresi itu, aku sadar tak akan pernah ada cinta hidup dalam mata musim dingin yang kucintai. "Mengapa kau harus begitu dingin?" Tanpa sadar aku menyuarakan pemikiranku.

Langkah Sill terhenti. Mata biru tertutup sebentar lalu berbalik sekilas menatapku sebelum pergi. Tak ada kata terucap, tapi aku berhasil menangkap sebuah emosi. Ada percik penyesalan di mata biru itu saat melihatku. Tersenyum sedih, itu mungkin hanya ilusiku saja.

Desa Castle Combe, Wilthshire, Inggris.

Inilah tempat awal di mana aku membangun mimpi dan asaku untuk sebuah pernikahan yang bahagia. Tapi, di desa kecil ini pula semua berakhir, pernikahanku dengan Sill Rawleigh Troyard sang Putra dari Earl Of Wilthshire. Ibarat salju terakhir yang turun pada akhir musim dingin, semua harapan dan impianku telah sirna ditelan waktu. Semua kenangan pun telah menjadi kerangka yang akan rapuh dan hancur menjadi debu.

Menahan dingin dengan mantel tipis yang kupakai hampir mustahil. Awan pucat menggantung di langit, dan asap kabut membumbung tinggi dari perapian rumah para warga. Dengan tenaga tersisa, aku berusaha menyeret koperku melewati jalanan licin tertutup salju. Bau roti jahe dan coklat tercium dari kafe kecil di sudut jalan, beberapa turis melihatku aneh. Mereka mungkin bingung: kenapa ada seorang wanita aneh menyeret koper dengan mata merah dan sembab karena menangis.

Sill Rawleigh Troyard. Nama itu masih terukir jelas dalam hatiku. Pria bagaikan musim dingin yang tak pernah dapat tersentuh, seakan hati pria itu telah membeku dan hanya keajaiban yang dapat mencairkanya. Mata biru seperti permata Saphire cantik yang hanya bisa kau temukan pada musim dingin, rambut pirang ikal keemasan dan hidung bangir khas kaukasian miliknya, serta bibir merah muda alami yang selalu membentuk garis tipis tanpa senyum ketika ia berbicara denganku. Hanya kata-kata kaku seperti ia tak mengenalku. Tanpa kelembutan atau bahkan kasih sayang. Pria yang mengikatku dalam ikatan suci pernikahan, tapi tak pernah menganggapku ada.

Sekilas dari tempatku berdiri, aku dapat melihat Troyard Manor berdiri megah dan angkuh di atas bukit sana. Manor besar berwarna kuning cerah yang dibangun tiga ratus tahun lalu itulah yang menjadi saksi dari satu tahun pernikahanku yang tragis. Sebuah pernikahan yang hanya didasarkan atas perjanjian untuk mendapatkan pewaris dari Earl Of Wilthshire selanjutnya.

Keluarga Troyard adalah keluarga Bangsawan tua yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Karena itu setiap pewaris dituntut untuk menikah muda dan segera mendapatkan keturunan segera. Sill yang sudah mempunyai kekasih gadis bangsawan lainnya yang bernama Asyela Greenford tentu tidak masalah. Dia dapat menikahi kekasihnya dan mendapat keturunan, tapi sayang Asyela Greenford tidak dapat memberikannya anak. Rahim wanita itu mandul oleh penyakit.

Dan di sanalah aku ada sebagai pilihan. Seorang gadis asal Indonesia yang sangat bodoh. Kedua orang tuaku bukan orang berada, tapi hanya karena nilai tinggiku saja, aku akhirnya bisa mendapatkan beasiswa untuk kuliah di London hingga takdir mempertemukanku dengan Sill. Kami pun menikah. Aku memberinya seorang anak. Setelah putraku lahir, dia menceraikanku seperti sekarang. Dia bahkan melarangku bertemu dengan Karrel, anak yang baru saja kulahirkan-sampai kematian. Aku tidak pernah menyesal mencintainya, itu adalah keputusanku. Yang kusesalkan kenapa dulu aku dulu begitu bodoh?

Percuma, aku berkata pada diriku sendiri. Berapa lama pun aku memikirkannya, semua yang sudah terjadi tidak akan pernah dapat diubah. Dengan pandangan terakhir, aku pun pergi meninggalkan desa. Selamat tinggal, Sill. Semoga kau bahagia dengan keputusanmu itu.

Repost ulang sampai pertengahan.

Marriage With Nobles [Winter in Wilthshire & Spring In Lincoln] DibukukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang