O5| Lelahnya Kini Bukan Lelah Maksimumnya |

281 39 27
                                    

haloo! sesuai janji, aku apdet hari jumat:D

happy reading~

masih di enam tahun silam.

.

.

.

.

.

.

Jungwon menatap pantulan dirinya sendiri di depan cermin wastafel kamar mandinya. Pipinya yang biasanya cukup gembil kini terlihat lebih kurus, mata memerah dengan sedikit bengkak, dan rambut hitam lurusnya yang acak-acakan. Manisnya tetap ada, tapi kacaunya lebih mendominasi seluruh wajahnya. 

Sehabis bangun dari tidurnya yang sangat singkat itu, Jungwon dengan lunglai berjalan menuju kamar mandi yang terletak di dalam kamarnya sendiri. Mencuci muka, menggosok gigi, dan memandang refleksi dirinya sendiri di dalam cermin. Tadinya ia hendak ingin langsung mandi, tetapi wajahnya yang kini ia lihat begitu kacau menjadi suatu hal yang menarik untuk dirinya lihat pagi ini. 

Ya, menarik. Sangat menarik baginya. Mengingat betapa sudah ia susah payah untuk tatap wajahnya sendiri dengan kebohongan, membohongi diri bahwa ia sedang berseri-seri. Nyatanya bayangan yang muncul pada cermin tunjukkan wajah aslinya yang memang sudah kusut pun berantakan. 

Otaknya kini benar-benar lelah, peristiwa tengah hari kemarin bisa Jungwon nyatakan sangat hebat mengguncangnya. Runtuh habis keyakinan kuatnya akan pikiran positif yang telah ia bangun susah payah. Bahkan seruntuyan ucap dari Jay tersebut mampu mematahkan pikirannya yang telah ia manipulasi sendiri. Hingga dirinya tak bisa lagi memerintah raganya untuk membohongi diri sendiri.

Rasanya hari kemarin masih baik-baik saja. Maksudnya, meski diiringi masalah berat yang menimpa, akan tetapi semuanya masih berjalan seperti biasanya. Jungwon dengan lelahnya akan kerja paruh waktu yang begitu banyak, Yeojin yang masih sekolah seperti biasa, meski kadang pusing mendadak seringkali mendera wanita itu, tapi semuanya baik-baik saja bagi Jungwon. Ia dapat menyelesaikan harinya yang berat itu dengan begitu baik. 

Bahkan, Jay pun paginya masih menyapanya dengan sapaan khasnya. Merangkulnya, membawanya mengelilingi gedung sekolah sambil menunggu bel masuk berdering. Di istirahat pagi pun mereka masih bertemu, bersama duduk di kursi kantin dengan makanan ringan yang dibeli oleh masing-masing. Dengan banyak canda tawa, gurauan dari lelaki itu, semuanya berjalan seperti hari-hari biasanya. Jungwon sendiri tak pernah mengira di setengah hari yang tersisa sebelum malam tiba ia akan didatangi oleh masalah baru.

Hingga bel istirahat siang dibunyikan, di waktu itulah, diam-diam tanpa Jungwon sadari neraka keduanya telah berkunjung untuk segera mencicipi hidup lelaki berparas manis itu. 

.

.

Sejak semalam Jungwon tak bisa tidur, matanya terbuka terjaga menemani pikirannya yang telah melanglang-buana memikirkan apa yang harus ia lakukan ke depannya. Sejujurnya saking lelahnya, ia sudah tidak punya tenaga untuk marah. Rasanya ia ingin tidur saja dalam waktu yang begitu lama. Kalau bisa dalam sebulan ia tidak usah bangun-bangun sekalian.

Akan tetapi lelahnya tak mempengaruhi tidurnya, ia mengantuk, namun entah mengapa matanya tak bisa menutup. Sepuluh menit ia menutup mata, saraf-saraf di otaknya tetap menolak untuk tidur. Sepertinya ia lebih senang memikirkan bagaimana baiknya ia menghadapi Jay dan Yeojin.

Berakhir dirinya baru bisa tertidur ketika jam di kamarnya menunjukkan pukul empat pagi. Baru hendak tertidur nyenyak, alarm jam tujuh pagi di hari libur berdering begitu kencang dari ponselnya yang berada di atas nakas, membuatnya kembali bangun dan tak bisa tidur lagi.

✔|End Of The Road (Jaywon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang