O3| Titik Waktu Ia Dipaksa Memaklumi |

282 45 53
                                    

hai hai!!! mumpung ide lagi adaan, aku up hari ini, hehe.

happy reading~

enam tahun yang lalu.

.

.

.

.

.

.

Banyak kata yang ingin Jungwon ucapkan, banyak sesal yang ingin Jungwon lafalkan, banyak tanda tanya yang ingin ia lontarkan dan banyak kecewa yang hendak lelaki berumur tujuh belas tahun itu utarakan. Mata saling memandang, sama-sama resah atas situasi mencekam di antara ke duanya.

Jungwon harap ia bisa tunjukkan perasaan sebenarnya, tapi yang keluar dari bilah bibirnya justru hanyalah dua kata'tak apa'. Meluncur dengan cukup gagu dikarenakan atmosfer berat terasa membuat ragu berkata. Terpaksa ia merasa tidak apa-apa, meski hatinya teremas kuat-kuat begitu menyakitkan.

"Jungwon-ie, kau- tidak marah?" tanya gadis di depannya yang sedari tadi menatapnya dengan mata berkaca-kaca.

Jungwon hanya balas dengan gelengan lemah pun senyum manis terpaksa.

"a-aku, aku hamil, Jungwon-ie, tidak apa bagaimana?"

"tidak-," rasanya tenggorokan Jungwon benar-benar dijerat oleh serangkaian semak belukar. Ini sulit. Ia sejujurnya tak tahu harus bersikap seperti apa. Tak tahu harus menempatkan diri bagai apa.

"tidak apa-apa, sungguhan," ucapnya lemah tak berdaya.

Hening sebentar. Jungwon dengan isi kepalanya yang hampir kosong itu terus mencoba untuk menjernihkan pikiran. Rasa di dalam tubuhnya mungkin mati rasa, tapi akal pikirannya masih tetap ada, dipaksa berjalan dengan benar agar tak hilang kendali memaki diri sendiri maupun perempuan di depannya.

"kau ingin aku gugurkan saja? Bila begitu aku akan mengikutinya, apa pun yang kau mau,"

Terkesiap kaget lelaki itu mendengarnya, dengan segera ia menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Dalam jujurnya, ia hampir akan mengiyakan. Namun bila begitu, lelaki macam apa ia yang sampai hati membiarkan orang yang disayanginya itu membahayakan dirinya sendiri.

"jangan! Sungguh tidak apa-apa, Yeojin-ah. Kau wanita, wajar saja bila kau hamil-,"

Kembali tercekat napasnya. Jungwon sadari ucapan yang muncul semakin lama malah semakin abu-abu tak jelas bak orang linglung sehabis minum-minum. Tak perlu dikata pun keduanya sudah tahu bahwa seorang wanita bisa mengandung, yang jadi permasalahan di antara keduanya adalah di mana perempuan di depannya ini mengandung dalam waktu yang tidak tepat.

Mereka berdua masih duduk di bangku menengah atas, meski sudah di tingkat akhir, masih ada satu tahun kurang di mana mereka diharuskan menimba ilmu dengan serius. Jelas bukan waktu yang cocok untuk membina pun membangun keluarga. Belum lagi bagaimana jadinya bila keluarga tahu, apa mereka tidak akan kecewa? Seketika terbayang oleh Jungwon di mana keluarganya memandang dirinya dengan raut kecewa tak percaya. Maka ketika itu juga Jungwon merasa ingin melindungi perempuan di depannya ini.

Yeojin tak boleh sekali pun merasa mengecewakan keluarganya.

Namun jelas terbesit rasa kecewa yang timbul diam-diam tak mau pergi. Ini sulit. Jungwon susah mengutarakan segalanya. Otaknya, ia paksa untuk memikirkan banyak hal, dan itu cukup melelahkan pula menyakitkan. Masih saling memandang, gadis sepantaran di depannya ini bungkam saja, seakan menunggu lanjutan dari tuturan yang akan Jungwon berikan padanya.

✔|End Of The Road (Jaywon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang