O4| Pernah Sangat Manis Sebelum Pahit |

295 45 43
                                    

heyoo! ini hampir 80% bahas jaywon doang sjsjs

happy reading~

masih di enam tahun silam.

.

.

.

.

.

.

.

Jungwon membersihkan seluruh meja yang ada di dalam ruang cafe itu. Begitu giat ia mengerjakan pekerjaan yang sedang ia lakui ini. Ia dan ucapannya perihal menikahi Yeojin bukanlah kebohongan semata. Dirinya benar-benar serius kala mengucap janji itu. 

Seminggu yang lalu mereka bertemu lagi di apartment sang kekasih, membicarakan semuanya dengan suasana yang lebih tenang. Meski banyak tanda tanya yang tak terjawab, namun Jungwon lagi-lagi hanya mencoba memaklumi.

Merasa segala hal yang telah terjadi memang atas kesalahan keduanya, pun Jungwon tak bisa marah karena merasa lalai sebab tak mampu menjaga kekasihnya sendiri. Harinya terasa berat dengan beban janji yang ia pikul di atas pundaknya. Namun, lagi-lagi ia hanya memaklumi dan memenuhi penuh-penuh kepalanya dengan pikiran positif. 

Ia pandang jalan lurus di depan sana yang selalu ia samakan dengan masa depannya dan kekasihnya yang masih panjang. Dalam pikirnya, mungkin memang dirinya perlu melalui jalan berliku terlebih dahulu sebelum menemukan kebahagian tiada tara. Bisa dikata, bila sudah berkaitan dengan orang yang ia sayangi, Jungwon sebisa mungkin akan selalu mampu membuang segala pemikiran negatif dari kepalanya,

Wangi citrus menguar sehabis ia menyemprotkan salah satu produk pembersih meja berperisa lemon itu dan dengan telaten tangan mungilnya tersebut lap keseluruhan bagian meja hingga mengkilap. Bahkan saking bersihnya, wajah lelah dengan kantung mata yang menghitam itu terhias dengan jelas terpantul dari kaca meja. 

Tetapi yang terproses dalam otaknya ialah wajahnya yang berseri senang seakan telah menerima segala kenyataan yang ada. Mirisnya, netranya sendiri pun ikut andil dalam memanipulasi seluruh penglihatan Jungwon. Selain itu, anggota tubuh yang lain pun seakan saling bekerja sama, memaksakan diri untuk merasa tak apa-apa. Bukan salah tubuhnya, ini semua karena perasaan kuat dari tak mau mengakui bahwa ia telah lelah pun tak mau tubuhnya merasa sakit, berakhir seluruh raganya bersama-sama sepakat untuk terpaksa baik-baik saja. Di mana realitanya adalah kebalikan dari semua kata baik-baik saja.

Panggilan dari karyawan yang lain menyadarkan Jungwon dari sesi tatap menatap diri sendiri dari pantulan kaca meja. Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh kurang lima belas menit, tanda bahwa tempat kerja paruh waktunya yang ketiga ini hendak ditutup. Ia pun beranjak menuju ke bagian belakang cafe, menaruh segala peralatan kebersihannya, dan tak lupa pula ia mencuci tangannya hingga bersih.

Selepas berganti seragam karyawan, ia memeriksa seluruh isi tasnya. Dan sial, ternyata ia lupa membawa kunci rumah. Jika hanya urusan kabur dari kamar, ia sudah sangat lihai untuk merayap secara diam-diam dari balkon kamarnya sendiri menuju halaman dikarenakan telah punya bekal melakukan atraksi berbahaya dari kelas taekwondo yang ia geluti selama tujuh tahun lamanya. Namun bila urusan melompati pagar, jelas ia tidak bisa seenaknya. Pagar rumah milik keluarganya bisa dibilang cukup tinggi dan tak memiliki tumpuan yang bisa ia panjati.

Maka, kali ini tanpa banyak berpikir, ia segera ambil ponselnya dan menelpon seseorang di ujung sana. Baru beberapa detik menunggu, panggilannya sudah dijawab oleh di seberang dengan suara lembut yang menyapa gendang telinganya dan bertanya ada apa.

✔|End Of The Road (Jaywon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang