O2

100 56 142
                                    

Hana sangat suka malam, dan bintang-bintang yang menaburi langit kelam dengan indahnya. Juga jemari hangat Yoongi, yang diam-diam menariknya mendekat sampai wajah mereka berjarak beberapa centi untuk kemudian mencuri sebuah kecupan di sudut bibir.

Ia bisa merasakan bagaimana getaran itu menghiburnya, menyelinap masuk sampai ke rongga dada. Yoongi tak akan berkata apa-apa, padahal. Hanya semakin menariknya mendekat atau menatap lebih erat. Tak bersekat.

"Bagaimana kelasmu?"

Hana selalu menjadi orang pertama yang membuka konversasi. Namun ia tak pernah merasa terberati. Sebab hening dalam lingkar mereka adalah hening yang tak saling menyakiti.

"Seperti biasa." Jawaban yang sangat mencerminkan seorang Lee Yoongi. Hana sudah dapat menebak akan ujaran selanjutnya, berisik dan membosankan. Berisik karena di setiap langkah Yoongi, di kampus, Taehyung akan selalu mengikuti.

Hampir setengah tahun mengenal mereka berdua, Hana mampu menyebutkan hal-hal kecil yang trivial. Tak hanya mengenai Yoongi—yang notabene kekasihnya, tapi juga Taehyung.

Yoongi tak pernah berpacaran dengan satu gadispun sebelum bersamanya, sedangkan Taehyung sudah memiliki lebih dari delapan mantan.

Yoongi mengambil jurusan Fisika karena ia mencintai subjek itu—Fisika nuklir, sedangkan Taehyung mengambil jurusan yang sama hanya karena tercebur dan bermodalkan ikut-ikutan saja.

Yoongi penuh ilokusi; selalu berpikir berkali-kali sebelum mengucapkan sesuatu, sedangkan Taehyung impulsif; selalu mendahulukan perkataannya bahkan sebelum otaknya mampu berpikir.

Yoongi suka mint choco, sedangkan Taehyung sangat anti. Yoongi tak suka makanan manis, sedangkan Taehyung sangat menyukainya.

Yoongi seperti salju yang menyejukkan, sedangkan Taehyung seperti matahari yang menghangatkan.

Semuanya. Hana sangat paham.

Hanya saja, ada beberapa hal yang tak pernah Hana tahu dari sosok Kang Taehyung, yaitu hal-hal pribadi yang bersifat intim lainnya. Seperti; apakah Taehyung memiliki napas sesegar Yoongi, apakah Taehyung selalu tersenyum ketika mencium seorang gadis sebagaimana bibir Yoongi yang selalu tersenyum ketika mengecupnya, apakah tangan Taehyung akan terasa hangat saat menggenggam tangannya seperti milik Yoongi, apakah Taehyung senang memeluk dengan durasi lama tanpa sepatah kata pun sebagaimana Yoongi melakukannya, Hana tak pernah tahu.

Dan itu tak penting. Hana mengujar lamat-lamat dalam hati.

Yang terpenting adalah, bagaimana hal-hal pribadi itu akan tetap berkesan baik dan indah di mata Hana saat Yoongi melakukannya.

Itu saja.

- KATASTROFE -

Di hari pertama masa pramenstruasi bulan ini, Yoongi mengunjunginya. Pria itu bertanya mengapa Hana absen ke kampus dan menghilang begitu saja tanpa kabar ataupun pesan. Hana menjawab dari balik bantal, suaranya teredam dengan intensitas rendah, seperti kehilangan semangat.

"Aku PMS," katanya. "Sakit sekali, tahu."

Kemudian Yoongi menghela napas panjang, melangkah mendekat pada Hana yang tertelungkup di atas ranjang. Ia duduk di tepinya, mengulurkan tangan untuk menyentuh surai gadisnya.

"Sudah minum obat?" Yoongi membelai surai yang terasa halus di tangannya itu.

Hana mengangguk sekali.

"Mau kubelikan sesuatu?"

Satu gelengan Yoongi dapatkan, yang kemudian membuatnya menghela napas lagi. Ia mencondongkan tubuhnya, mengecup pelipis Hana yang hangat. "Sakit sekali, ya?"

Kemudian Hana membalikkan badannya, matanya setengah sembap tapi senyumnya sedikit terbit. Ia bangkit dengan tangan melingkari leher jenjang Yoongi. Entah mengapa, segalanya seperti bersubtitusi menjadi lebih baik. Perutnya masih terasa kram, tetapi ada Yoongi yang mendekapnya di sini. Menepis rasa sakit yang menyiksa tubuhnya.

Yoongi bukanlah pria romantis, ia tak pernah berkata bahwa ia mencintai Hana dengan verbalisasi manis dan semacamnya. Ia juga tak pernah memberi Hana bunga dan surat-surat cinta. Ia tak pernah memuji Hana ataupun mengomentari setiap pakaian terbaik yang gadis itu pakai di hari-hari kencan mereka. Yoongi tak pernah melakukannya.

Tapi itu tak penting lagi. Sebab Hana hanya butuh kehadiran Yoongi di sebelahnya, memeluknya dengan intensitas erat yang menenangkan. Ia tak perlu rayuan murahan, hanya perlu satu tatap yang diuarkan oleh manik legam itu, tatapan penuh makna, yang menangkup segala perasaannya. Itu saja sudah cukup.

Sampai hari itu tiba, Hana merasakan hatinya sangat-sangat penuh.

Penuh akan cintanya untuk Lee Yoongi.

Cinta. Cinta sekali.

TO BE CONTINUED.

KATASTROFE【END】Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang