11

20 7 0
                                    

Hana hampir lupa rasanya terbang di udara.

Ia menahan lilitan dalam perut ketika pesawat mulai take off. Ia memejam netra, melafal doa-doa, dan memikirkan dua nama.

Intensitas dan lembapnya udara yang tak menentu tak ia rasakan lagi.

"Aku harus ke Boston," Hana mengujar pada orang tuanya yang berada jauh di Busan sana. Hana jarang pulang ke kampung halamannya, dan sekalinya ia pulang, hanya untuk meminta izin pergi ke sebuah negara yang jauh sekali.

Kedua orangtuanya tahu tentang Yoongi dan Taehyung, tetapi mereka tak segera mengizinkan. Hana menangis dan meraung semalaman. Mereka tetap tak megizinkan. Tapi kemudian, Geumjae datang berjas dengan senyum panutnya, lalu berkata bahwa ia adalah kakak dari Lee Yoongi.

Hana tak mendengar keselurahan konversasi mereka, hanya tahu ketika sang ibu menoleh ke arahnya, mengusap air matanya dengan ibu jari, kemudian memeluknya.

"Jaga dirimu. Sepulang dari sana, kembalilah ke sini."

Hana tak mengerti mengapa ibunya menangis, padahal ia hanya akan pergi ke Boston. Namun, berminggu-minggu setelahnya, barulah Hana mengerti mengapa malam itu ibunya sangat keberatan melepas ia pergi.

- KATASTROFE -

Persidangan itu tak berlangsung lama.

Sekitar dua minggu setelah berita yang Hana dengar, Yoongi dan Taehyung dimintai plea bargaining—suatu kesepakatan dalam perkaraan pidana antara penuntut dan terdakwa. Di sana, mereka berdua harus mengakui kesalahannya sebagai ganti dari tawaran penuntut.

Hana datang bersama Geumjae di persidangan itu. Namun, di menit kesepuluh, ketika pada akhirnya ia bertemu pandang dengan keduanya—pandangan pertama yang terjadi setelah mereka menghilang beberapa minggu lalu, ia memutuskan untuk keluar. Terlampau tak sanggup untuk menyaksikan keseluruhannya hingga selesai.

Yang membuat Hana tak sanggup menyaksikan adalah tatapan itu—tatapan penuh rasa bersalah yang menusuk-nusuk hatinya. Mereka tak berverbalisasi, tetapi dengan tersirat mentransfer sengat-sengat kesalahan mereka pada dirinya. Sebuah permintaan maaf yang terlalu menyakitkan.

Pada akhirnya, Hana menunggu hingga dua jam. Lalu, Geumjae meneleponnya.

Katanya, Yoongi dan Taehyung menjawab, bersalah.

Semuanya selesai.

Keduanya ditetapkan sebagai tersangka utama atas kerugian besar dan kehancuran gedung, juga kematian lima orang lainnya.

Mereka akan dieksekusi.

Dari pengakuan keduanya, mereka mereka melakukan hal tersebut untuk pengujian.

Katanya, Yoongi ingin tahu, apa konstruksiku membentuk sebuah bom yang benar-benar dapat meledak? Sedangkan Taehyung ingin melihat, seberapa besar daya musnah yang dapat dihasilkan tanganku?

Yoongi mengejar olimpiade yang hanya satu bulan itu untuk menyempurnakannya. Pergi ke Boston, bertemu mahasiswa-mahasiswa MIT yang mencintai fisika nuklir juga. Menguatkan perakitan yang diam-diam ia dan Taehyung buat.

Taehyung sudah terbiasa hidup dalam bayang-bayang keobsesifan Yoongi, begitupun Yoongi yang mengerti bahwa Taehyung suka ditantang. Yoongi punya keahlian nomor satu untuk menantangnya. Membuat senjata peledak itu.

Yoongi terlalu obsesif.

Taehyung terlalu kompulsif.

Kemudian, di antara kamuflase olimpiade Yoongi itu, ia mencari tempat. Yang pantas ia ledakan. Dan Boston adalah targetnya. Maka dari itu, mereka pergi.

Dan menghilang.

Untuk sementara—katanya. Mereka meniadakan keberadaan hanya untuk berjaga-jaga, jika ada hal buruk terjadi. Mereka juga tak ingin melibatkan Hana. Mereka ingin meninggalkan jejak-jejak Hana pada kehidupan mereka. Mereka tak ingin Hana tahu.

Hana menangis.

Ia memang tak terlibat, tapi ia telah masuk terlalu jauh.

Sebab rasanya ingin mati ketika membayangkan hukuman yang dijatuhkan kepada dua orang kesayangannya itu.

Mereka berdua akan dihukum mati.

TO BE CONTINUED.

KATASTROFE【END】Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang