Renjun POV
Sejujurnya aku tidak tau mengapa ayah menyuruhku untuk berpakaian rapi. Aku hanya mengenakan celana jeans panjang dengan sweater biru muda berlengan panjang, tak lupa menata serapi mungkin rambutku karena aku menebak mungkin ada acara sehingga mengharuskanku ikut serta dengannya.
Tak biasanya beliau mau mengajakku, padahal yang kuketahui dia sangat tidak suka mengajakku dalam sebuah acara entah di tempat kerjanya atau keluarga. Aku menatap diriku lewat pantulan cermin lalu tersenyum senang dirasa aku sudah cukup rapi. Aku sangat senang karena ayah mau mengajakku pergi.
Ketukan pintu berasal dari luar kamar membuatku menoleh. Cepat-cepat aku membukakan pintu dimana sekarang ayah menatapku tanpa ekspresi. Aku sudah terbiasa melihatnya seperti itu, jadi bukan lagi kejutan untukku.
"Cepat keluar," perintahnya dengan nada ketus. Aku mengangguk membalasnya.
Aku bingung mengapa ayah menyuruhku untuk duduk di kursi sofa. Apakah acaranya berlangsung disini? Aku hanya tersenyum sesekali melirik ayahku yang bersedekap dada. Tak lama kemudian terdengar suara mobil yang berhenti di luar rumah. Pasti itu tamunya.
Raut wajah ayah berubah senang hingga dapat kudengar derap langkah kaki berjalan masuk.
"Selamat datang tuan Jeno," sambut ayahku antusias.
Laki-laki berpakaian jas formal itu mengacuhkan sambutan ayah bahkan menatapnya pun tidak. Siapa laki-laki tinggi yang memiliki wajah blasteran eropa itu? Tampaknya dia orang kaya yang dihormati banyak orang. Tanpa sadar mata kami bertemu dan dia menatapku dengan seringaiannya, membuatku menciut lalu dengan cepat memutuskan kontak mata dengannya.
"Sungchan, berikan uang itu padanya," perintah dia dengan tangan kanan yang di masukkan ke dalam saku kantong celana berbahannya. Satu laki-laki yang berdiri dibelakang menyerahkan sebuah koper besar pada ayah.
"Bawa dia," perintahnya lagi dengan dagu seolah menunjukku. Aku melebarkan mata ketika dua anak buahnya yang lain menarikku. Aku memberontak sekuat tenaga tapi ukuran tubuhku dengan dua orang berbadan kekar itu tak sebanding. Dengan mudahnya mereka dapat membawaku.
"Lepaskan aku!" Aku berteriak sembari meronta agar mereka mau melepaskanku.
Mereka bahkan tidak mau mendengar apalagi laki-laki bernama Jeno itu. Aku menatap ayahku yang juga tidak peduli jika aku dibawa pergi oleh mereka. Mengapa dia melakukan ini padaku? Mengapa ayah menyerahkanku padanya?
"Masuk!" Salah satu anak buah Jeno berujar tegas. Aku terus meronta berharap lepas karena cengkeraman mereka sangat kuat, membuat pergelangan tanganku sakit.
"Masuklah Huang Renjun!" Jeno berkata tegas padaku, dia menatapku tajam dengan penuh penekanan membuatku merasa tertantang untuk menatapnya balik.
Aku mendongak memandangnya. "Kau saja yang masuk mengapa harus aku? Lepaskan aku berengsek!" Entah mengapa tiba-tiba kalimat itu terlintas dalam benakku untuk mengatakan langsung padanya. Tapi yang pasti dapat membuatnya mau melepaskanku.
Dia tampak menahan amarahnya. "Dengar, masuklah jika kau tidak ingin aku melakukannya dengan kasar!"
Aku terus meronta tak peduli dengan ucapannya barusan, hingga dapat kulihat amarah menggebu di mana dia yang turun tangan. Menarikku agar masuk ke dalam mobil dengan cara yang kasar. Aku ingin berteriak tapi dia mampu membuat pertahananku runtuh.
"Apa-apaan kau!" teriakku kencang lalu menggedor kaca mobil yang sudah tertutup rapat. Jeno masuk dan duduk disebelahku, dia tidak menatapku bahkan dengan wajah sombong itu membuatku ingin menangis saja. Apakah dia menculikku?
"Mengapa kau membawaku? Turunkan aku sekarang juga!" Aku berteriak padanya, tetapi dia tetap diam dengan sorot mata yang terus menatap depan. Mobil melaju dengan kecepatan sedang dan aku benar-benar ketakutan sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Lee | Noren
Fanfiction[Telah Dibukukan. Buku tersedia di Shopee Firaz Media] Hidup bahagia, tenang, dan bebas dari segala bentuk kekangan. Jelas semua itu adalah impian semua orang. Namun, tidak bagi seorang Renjun. Dijual oleh sang ayah demi mendapatkan sejumlah uang ya...