Renjun mengangkat kedua tangannya ke atas, melakukan peregangan pada tubuhnya yang terasa pegal. Kemudian, dia berkacak pinggang memerhatikan beberapa tukang kebun melakukan tugasnya di pagi hari yang cerah. Renjun tidak lagi di kurung bahkan dia boleh melakukan apapun di rumah ini dan Jeno tidak keberatan dengan hal itu.
Kaki telanjangnya melangkah merasakan rerumputan halus di area taman pekarangan rumah Jeno. Ini yang ingin Renjun rasakan setelah terkurung beberapa minggu dan sekarang ia bisa merasakan kebebasan. Renjun menghirup aroma bunga mawar putih dengan perasaan senang. Hari ini Renjun sangat gembira bisa bermain-main di taman rumah Jeno yang sangat luas itu.
"Astaga tuan Renjun, anda harus memakai sandal. Jika tidak kaki anda bisa terluka," titah salah satu tukang kebun yang melihat Renjun bermain di taman bak seseorang yang terkurung selama bertahun-tahun.
"Jika tidak ada benda tajam pada rumput ini, mengapa harus takut terluka. Terima kasih atas perhatianmu bibi Yoona, aku akan baik-baik saja. Di sini benar-benar menyenangkan." Renjun kembali berjalan-jalan, sesekali mengerjai tukang kebun yang tengah memberikan pupuk kandang pada beberapa bunga bermekaran.
Dan aksi lucu Renjun ternyata diperhatikan oleh Jeno dari lantai dua. Melihat Renjun bisa bersenang-senang membuat perasaannya menghangat. Akan tetapi sialnya dia harus mengurusi beberapa kertas-kertas menyebalkan dari kantor. Dia terjebak di dalam ruang kerjanya sendiri, padahal dia ingin sekali bermain bersama dengan Renjun di taman.
Knock knock knock
"Masuk." Jeno menjawab dari dalam ruang kerjanya kemudian sosok itu membuka pintu, membungkuk sopan lalu menyerahkan beberapa kertas penting pada sang atasan.
"Apakah masih ada jadwal penting di perusahaan Incheon? Karina sudah menangani perusahaan Lee Corp, sementara Lucas menangani perusahaan di Busan."
"Ini berkas terakhir yang perlu anda tandatangani, setelah itu tidak ada jadwal penting karena saya yang akan mengurus semua," jelasnya pada Jeno. Lelaki tampan itu segera mengambil pena lalu menandatangani Stopmap berisi beberapa kertas kerjasamanya dengan perusahaan lain.
"Terima kasih banyak tuan Jeno, kalau begitu saya permisi." Sosok tersebut membungkukkan badan lalu meninggalkan ruang kerja sang atasan.
"Tunggu sebentar Yuta." Seseorang bernama Yuta menghentikan langkahnya, kemudian membalikkan badan menghadap Jeno.
Jeno merogoh kantong celananya. "ini uang bonus untukmu karena telah bekerja dengan sangat baik di perusahaanku, dan satu lagi, selamat atas kelahiran anak pertamamu dengan Winwin." Jeno menepuk bahu Yuta disertai dengan senyuman tipis. Yuta tersenyum senang lalu membungkukkan badannya berulang-ulang.
"Terima kasih banyak tuan Jeno, saya berjanji akan bekerja lebih baik lagi mengurus perusahaan anda."
Jeno senang mendengarnya. Inilah sosok pekerja yang selalu Jeno suka, tidak bermain-main dan tetap bersungguh-sungguh melakukan tugasnya dengan baik.
"Kalau boleh tahu siapa nama anakmu?"
"Nakamoto Chenle."
Jeno mengernyitkan dahi setelah mendengar nama anak dari sekretarisnya. Bukan jelek atau ingin menghina, namun nama itu membuat tubuh Jeno merinding, padahal nama anak Yuta terdengar menggemaskan. Jeno penasaran ingin melihat bagaimana tampang anak pertama dari sekretarisnya itu.
"Baiklah, kau boleh pergi," perintah Jeno masih dilanda rasa kebingungan atau entahlah, intinya dia sekarang merasa terhipnotis dengan nama Nakamoto Chenle.
-Mr. Lee | Noren-
Jeno kembali muntah disaat sedang memakan es krimnya. Akhir-akhir ini Jeno lebih suka memakan es krim bahkan dia pernah melakukan hal anti mainstream mencampur es krim dengan nasi. Renjun sempat melarang Jeno untuk tidak memakan itu, takut semisal Jeno akan keracunan, namun keinginan Jeno tetap dilakukan, membuat Renjun hanya bisa memandang nanar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Lee | Noren
Fanfiction[Telah Dibukukan. Buku tersedia di Shopee Firaz Media] Hidup bahagia, tenang, dan bebas dari segala bentuk kekangan. Jelas semua itu adalah impian semua orang. Namun, tidak bagi seorang Renjun. Dijual oleh sang ayah demi mendapatkan sejumlah uang ya...