Jeno menghisap rokok yang terselip diantara dua jari telunjuk dan tengah. Matanya menelisik wanita berpakaian minim yang tengah memarahinya. Dia muak dengan ocehan wanita itu. Berharap segera berakhir agar dia bisa bersantai dengan tenang.
"Aku hamil dan ini adalah anakmu, aku mau kau bertanggungjawab. Nikahi aku atau akan kusebarkan berita mengenai kebejatanmu Lee Jeno!"
Jeno mengantuk mendengar celotehan tersebut. Bagaimana bisa wanita itu mengaku-aku jika dirinya tengah hamil anaknya, padahal dia sempat bermain dengannya satu kali dan itu pun menggunakan pengaman. Bukankah lelucon wanita itu sangat lucu? Jeno benar-benar malas mendengar ocehan para wanita.
"Benarkah, sudah berapa kali kau dimasuki oleh pria hidung belang? Kau benar-benar jalang lucu dengan mengaku jika aku ayah dari anak yang kau kandung, lalu kau datang dan mengatakan jika aku ayahnya? Bravo girl." Jeno bertepuk tangan setelah membuang sisa rokok ditangannya.
"Kau bahkan belum memastikan jika anak yang kau kandung itu adalah anakku. Jangan bermimpi, bitch. Kau hanyalah jalang murahan. Pergi sekarang dari ruanganku."
"Tidak. Aku ingin kau tanggung jawab, apa itu berat bagimu. Kau yang membuatku hamil maka kau yang bertanggung jawab. Kau tidak bisa seenaknya Jeno!" Wanita itu meninggikan suaranya, beruntung ruangan Jeno kedap suara sehingga tidak mungkin para karyawan bisa mendengarnya.
"Gugurkan saja apa susahnya."
"Kau gila, aku tidak akan pernah melakukan itu pada bayi yang tidak bersalah. Nikahi aku Jeno, kau yang membuatku hamil lalu kau ingin bersenang-senang dengan tidak mengakui anak ini! Kau laki-laki berengsek!" gertaknya.
"Oh tidak mau ya? Baik kalau memaksa, karena kita pernah melakukan bersama, sehingga memunculkan bayi itu, maka kenapa tidak dilenyapkan saja? Aku yang memulai maka aku yang mengakhiri. Jika kau tidak mau menggugurkannya maka biar aku saja yang melakukannya."
Jeno berdiri lalu menarik kasar wanita itu. Si wanita memberontak tetapi tenaga Jeno bukanlah tandingannya dan dalam sekejap saja Jeno sudah membanting tubuhnya ke atas lantai yang terbuat dari marmer. Jeno tersenyum miring seraya membungkukkan badannya.
"Katakan selamat tinggal pada bayi sialan itu Hana. Ini tidak akan sakit karena setelahnya mungkin kau akan mati."
Dia menginjak perut sosok bernama Hana membuat wanita itu berteriak kencang merasakan sakit yang luar biasa berasal dari perutnya. Jeno tanpa belas kasihan tersenyum dan semakin menekan kakinya hingga muncul darah yang keluar diantara kaki Hana.
"Arghh ... J-Jeno ... Jeno ... hentikan aku m-mohon padamu ... sakiiiit!"
"Sayangnya aku tidak mau mendengar permohonanmu. Lenyaplah kau bersama bayimu itu pendosa!"
Jeno melesatkan peluru ke arah Hana dan dalam waktu singkat wanita itu sudah kehilangan nyawanya bersama bayi yang ada di dalam perutnya. Kemudian dia menelepon seseorang untuk membersihkan mayat Hana dari ruangan. Itulah Jeno, CEO kejam tak berperasaan namun digemari para wanita diluar sana.
-Mr. Lee | Noren-
Renjun berencana akan pergi dari rumah Jeno, tetapi dia bingung bagaimana caranya agar bisa pergi dari sini tanpa sepengetahuan Jeno atau para penjaga di luar sana. Renjun punya dua cara agar bisa pergi dari sini, yang pertama Renjun bisa keluar lewat balkon dengan membuat tangga melalui pakaian yang Jeno berikan padanya, tapi Renjun harus mengecohkan para penjaga terlebih dahulu. Lalu rencana yang kedua, Renjun bisa meminta pada Sungchan dengan alasan ingin berkeliling rumah, untuk itu bisa saja Renjun dapat membodohi Sungchan diwaktu bersamaan.
Renjun akan mencoba taktik pertamanya terlebih dahulu dan dengan cara apapun dirinya harus pergi dari rumah menyeramkan ini. Renjun mulai membuka lemari pakaian dimana sudah ada banyak pakaian tersusun rapi disana. Renjun mengambil sebutuhnya lalu mulai menyambungkannya dengan mengikatkan pada ujung baju.
Setelah selesai Renjun menatap sekeliling siapa tau akan ada orang yang melihat aksi nekatnya ini. Beruntung tidak ada orang dan dia bisa melancarkan aksinya. Renjun mengikat kuat ujung pakaian pada tiang pembatas balkon. Dia tersenyum senang karena renacanya kali ini tidak ada orang yang mencurigainya. Renjun mulai turun perlahan sesekali melirik sekitar, tetap tidak ada orang yang melihatnya. Entahlah, para penjaga pergi kemana namun yang pasti Renjun bersyukur sebab rencananya berjalan mulus.
Hingga sampailah di bawah, Renjun tidak menyangka dirinya bisa menyelesaikan tantangan pertama. Sekarang yang perlu di lakukan adalah menyamar menjadi salah satu maid rumah ini. Omong-oming di mana Renjun bisa mendapatkan pakaian maid?
Sepertinya tuhan sedang menyayangi Renjun hari ini karena dia melihat jemuran pakaian di mana terdapat pakaian maid laki-laki disana. Dengan was-was Renjun berlari pelan guna mengambil pakaian tersebut. Dia langsung memakainya tak lupa untuk memakai topi juga. Langkah berikutnya berpura-pura membuang sampah. Ah ini rencana yang amat mudah untuk dilakukan. Batin senang Renjun.
"Tolong buka gerbangnya karena aku akan membuang sampah ini di tempat sampah depan," titah Renjun sembari menundukkan kepala, takut jika para penjaga itu mengetahui jika itu dirinya.
Penjaga yang berjaga lekas membuka pintu gerbang, membuat Renjun menjerit senang dalam hati. Benar-benar penjaga bodoh. Pikir Renjun.
Sebelum dirinya melangkah, ada seseorang yang menarik kerah belakangnya. Renjun melirik gerangan tersebut dan ternyata itu adalah Jeno, sejak kapan bajingan itu ada disana? Pikir Renjun dalam diam.
"Mau kemana, hm?"
Jeno menarik tangan Renjun agar kembali masuk ke dalam rumah. Renjun memberontak berharap dilepaskan, tapi berakhir dirinya digendong bridal oleh Jeno.
"Turunkan aku sekarang juga!" teriak Renjun.
Jeno tidak menggubrisnya malahan dia langsung menempelkan bibirnya pada bibir tipis Renjun. Renjun menggeleng ribut hingga dia menyadari sekarang sudah berada di kamarnya lagi. Jeno mengunci pintu dari dalam kemudian membawa tubuhnya ke ranjang. Perasaan tidak enak mulai melingkupi hatinya.
Dengan mudah Jeno menjatuhkan tubuh mungil Renjun ke atas kasur lalu menindihnya dengan tubuh bongsornya. Jantung Renjun berdetak kencang karena sinyal berbahaya mulai bermunculan, apakah Jeno akan memperkosanya?
"Kau tau apa kesalahanmu little bitch?" tanya Jeno sembari membelai pipi Renjun.
"Apa maksudmu!" bentak Renjun.
"Kau mau melarikan diri bukan? Dengar Renjun, mulai sekarang kau adalah milikku. Hidupmu adalah milikku, bahkan semua yang ada pada dirimu ialah milikku. Sepertinya kau tidak mau mendengar ya?" Jeno berbicara seduktif, tangan kanan memelintir puting Renjun yang masih tertutup pakaian.
"Apa hakmu melarangku untuk melakukan ini itu! Kau bukan siapa-siapaku dan sejak kapan kau mengklaim jika aku milikmu!"
"Sejak ayahmu menyerahkanmu padaku, kau tak lain tak bukan hanyalah mainan yang akan kugunakan setelahnya aku akan membuangmu bagaikan sampah. Camkan itu Huang Renjun." Jeno segera menyumpal bibir Renjun dengan bibirnya. Renjun terus meronta memukuli punggung Jeno.
Malam ini benar-benar menjadi malam dimana Jeno melakukan itu pada Renjun yang kemungkinan besar Renjun akan sangat membencinya nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Lee | Noren
Fanfiction[Telah Dibukukan. Buku tersedia di Shopee Firaz Media] Hidup bahagia, tenang, dan bebas dari segala bentuk kekangan. Jelas semua itu adalah impian semua orang. Namun, tidak bagi seorang Renjun. Dijual oleh sang ayah demi mendapatkan sejumlah uang ya...