"Apa kau lelah?"
Renjun mendongak untuk menatap pria yang kini telah sah menjadi suaminya. Dia tersenyum kemudian mengangguk lemas. Seharian acara di rumah begitu padat dengan banyaknya tamu meminta foto pada kedua pasang pengantin baru ini.
Jeno duduk di sebelah Renjun lalu meletakkan kedua telapak tangannya pada bahu Renjun. Dia memijatnya lembut agar suami mungilnya ini merasa sedikit berkurang lelahnya.
"Bagaimana?"
Renjun membuka mata kemudian menjauhkan tangan Jeno dari pundaknya. "Sudahlah jangan memijatku, lebih baik kau mandi biar aku meminta Shotaro untuk menyiapkan air hangat untukmu."
"Hm, baiklah tuan Lee Renjun."
Jeno mengusak rambut Renjun dengan gemas, sedangkan sang empu hanya mampu menggeleng seraya memperbaiki tatanan rambutnya. Renjun meluruskan kedua kaki, tangan kiri berada di belakang tubuh, sedangkan tangan kanan digunakan untuk mengusap perutnya.
"Aku malas berdiri, Nono. Katakan sendiri pada Shotaro." Renjun berteriak setelah sepuluh detik tadi mengatakan ingin meminta Shotaro menyiapkan air hangat. Tiba-tiba saja dia berubah pikiran.
Jeno keluar dari dalam kamar mandi sembari bertelanjang dada. Renjun melengoskan wajah ketika matanya tak sengaja melihat Jeno dalam keadaan seperti itu.
"Aku sudah terlanjur melepas pakaian atasku dan sialnya aku malas memakainya kembali. Apa pantas aku menemui Shotaro dengan telanjang dada begini?"
Renjun segera menoleh menatap Jeno, kedua matanya melotot seakan ingin keluar. "Tidak! Baiklah tunggu sebentar!" pekik Renjun seraya beranjak berdiri dari acara bersantainya.
Jeno tertawa renyah melihat tingkah menggemaskan Renjun. Dia tidak bermaksud membuat santai Renjun terganggu karenanya, dia hanya ingin menggoda Renjun saja. Respons dari sang empu cukup menggelitik perutnya, terlebih sekarang Renjun juga sedikit posesif jika dia berdekatan dengan orang lain selain dirinya.
Tak selang beberapa detik Renjun kembali masuk kamar. Renjun berjalan dengan bibir mengerucut lucu bak seorang anak kecil tengah merajuk. Jeno melihat itu, dia melihat bagaimana sang suami cantiknya bersedekap dada masih dengan bibir manyun.
"Maaf merepotkanmu, baby." Jeno mengecup bibir Renjun.
"Nono, bisakah aku mengadu sesuatu?" rengek Renjun dengan sorot mata memandang Jeno melas. Pria itu mengangguk, melupakan dirinya yang akan mandi harus tertunda karena bayi besarnya tengah membuat tingkah lucu yang sangat sayang jika dilewatkan.
"Tadi saat di dapur aku melihat Mark hyung memotong semangka dan aku berniat ingin meminta satu potong buah semangka padanya, tapi dia malah melarangku. Semangka itu terlihat sangat lezat. Bisakah kau ambilkan punya Mark hyung untukku? satuuuu saja, ya, ya?" mohon Renjun sambil mengacungkan jari telunjuknya ke depan wajah.
Jadi penyebab suami manisnya ini merenguk karena dilarang Mark mengambil sepotong buah semangka miliknya? Lagi-lagi Jeno tertawa oleh tingkah lucu Renjun. Jeno kembali mengacak-acak rambut hitam Renjun membuat si empu kembali memanyunkan bibir sambil menyalangkan tatapan.
Jeno akan memaksa Mark memberikannya satu potong buah semangka miliknya, walaupun Mark tetap menolak, maka dengan cara paksaan, Jeno akan tetap mengambilnya. Kakak sepupunya itu sangat menyukai semangka, bahkan saat kecil, Mark bercita-cita ingin menikahi buah berwarna merah tersebut.
Memang sangat konyol tapi pemikiran random anak-anak sukses membuat orang dewasa tertawa terpingkal.
-Mr. Lee | Noren-
Shotaro berjongkok di depan api menyala. Dia baru saja membakar daun kering agar tidak mengotori bagian belakang rumah Jeno. Saat berbalik badan, Shotaro sudah dikejutkan oleh adanya Sungchan yang berdiri di hadapannya. Shotaro refleks memegang dada, sementara Sungchan hanya melihat.
"Kau membuatku terkejut!"
"Maaf."
Shotaro tersenyum sembari menggelengkan kepala. Hubungannya dengan Sungchan sudah kembali lagi seperti semula. Shotaro sempat tidak menyangka, tapi dia sangat bersyukur jika Sungchan kembali mencintainya.
"Aku hanya ingin melihatmu sebelum berangkat ke kantor." Sungchan menarik tangan Shotaro lalu memeluknya.
Shotaro membalas pelukan Sungchan. Lelaki itu melepaskan pelukannya sambil mengusak surai belakang Shotaro. Dengan malu malu Shotaro mencium pipi sebelah kanan Sungchan, membuat sang kekasih melebarkan mata.
"Hati-hati di jalan, jangan sampai mengebut," peringat Shotaro seraya menampilkan senyum manisnya.
"Hm, baiklah, sampai jumpa. Aku mencintaimu." Sungchan mencium kening Shotaro. Lelaki manis itu langsung melambaikan tangan padanya.
"Aku juga mencintaimu."
Sepuluh detik terdiam di tempat akhirnya Shotaro mengambil sapu lidi yang tadi sempat terjatuh karena dikejutkan oleh Sungchan. Dia berjalan masuk melalui pintu belakang. Masih ada tugas yang harus dia kerjakan, terlebih sekarang Shotaro juga sedang mengerjakan skripsi.
-Mr. Lee | Noren-
Jaemin tengah memakan camilan di depan televisi kamarnya. Sesekali mengusap lembut perutnya yang besar. Di dalam sana terdapat bayi yang sebentar lagi lahir ke dunia, menyapa semua orang dengan menyandang marga sebagai 'little Lee'.
"Aku nyaman tinggal di sini, tidakkah kau mau tinggal selamanya bersama sepupumu, Mark?" tanya Jaemin sambil memasukan camilan sehat ke dalam mulutnya.
Mark yang sedang berbaring di ranjang sembari bermain ponsel langsung bangun untuk duduk. Mark tahu Jaemin merasa nyaman berada di rumah Jeno, karena suami tercintanya itu memiliki satu teman dekat sekarang, yaitu Renjun.
"Kita punya rumah sendiri, honey," ucap Mark.
"Ya aku tahu, tapi aku ingin tinggal di sini untuk beberapa hari lagi." Jaemin menyentuh perutnya dengan sayang. Mark menghela napas panjang, dia mengiyakan saja dari pada Jaemin berakhir merajuk kepadanya.
Baru saja Jaemin ingin memakan lagi camilannya, tiba-tiba dia merasakan rasa sakit di perutnya. Jaemin meringis dengan tangan kanan memegangi perutnya. "Markㅡakhh! perutku sangat sakiiit!" jerit Jaemin di mana membuat Mark langsung berdiri ribut untuk mendekati Jaemin.
"Astaga Jaemin!" teriaknya ketakutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Lee | Noren
Fanfiction[Telah Dibukukan. Buku tersedia di Shopee Firaz Media] Hidup bahagia, tenang, dan bebas dari segala bentuk kekangan. Jelas semua itu adalah impian semua orang. Namun, tidak bagi seorang Renjun. Dijual oleh sang ayah demi mendapatkan sejumlah uang ya...