Jungwoo masuk ke dalam ruang operasi diikuti beberapa suster yang sudah rapi mengenakan baju Operation Kamer. Jungwoo pun menatap Renjun yang merintih kesakitan. "Anda sudah siap?" tanya Jungwoo dan dibalas anggukan oleh Renjun. Jungwoo mengambil suntikan di mana sudah diisi dengan obat bius untuk memperlancar operasi.
Setelah Renjun tak sadarkan diri, Jungwoo beserta para suster lainnya mulai melakukannya dengan telaten. Jungwoo mengambil pisau operasi untuk membuat sayatan vertikal mulai dari pusar sampai tulang kemaluan.
Kemudian Jungwoo membuka rongga perut Renjun dengan cara membuat sayatan satu-persatu pada setiap lapisan perut. Setelah rongga perut terbuka, Jungwoo membuat sayatan horizontal di bagian bawah rahim.
Ketika rahim sudah mulai terbuka, di sinilah saatnya Jungwoo akan mengeluarkan baby Jisung secara perlahan. Bayi merah itu masih dipenuhi oleh cairan ketuban, lendir, serta darah di bagian mulut dan hidung.
Jungwoo dan para suster akan membersihkan mulut dan hidung bayi terlebih dahulu, lalu baru memotong tali pusarnya. Setelah bayi merah itu keluar, Jungwoo mengambil plasenta di dalam rahim Renjun. Sayatan di rahim dan perut Renjun akan ditutup kembali dengan jahitan.
"Kerja bagus tim," seru Jungwoo senang lalu membersihkan bekas operasi. Dia akan memindahkan Renjun ke ruangan lain setelah semuanya selesai.
Meski terkesan singkat tetapi itu membutuhkan waktu berjam-jam karena Jungwoo harus fokus agar tidak membuat kesalahan fatal.
-Mr. Lee | Noren-
Pasca operasi memang sangat menegangkan. Sungchan menunggu Jungwoo keluar sembari duduk di kursi yang tersedia di dekat ruang operasi. Kedua tangannya sudah mengepal karena mengkhawatirkan mantan pujaan hatinya yang tengah berjuang di dalam sana.
Satu jam menunggu akhirnya Jungwoo keluar sambil tersenyum ramah kepada Sungchan. Lelaki itu berdiri memandang Jungwoo. "Tuan Renjun dan putranya baik-baik saja. Kau bisa melihatnya setelah kami memindahkan beliau. Untuk saat ini biarkan tuan Renjun beristirahat terlebih dahulu."
"Terima kasih banyak, Kim Jungwoo."
Jungwoo kembali tersenyum lalu membungkuk. "Kalau begitu saya tinggal ya, permisi." Lalu dokter manis itu melangkahkan kakinya pergi meninggalkan Sungchan yang tersenyum bahagia.
-Mr. Lee | Noren-
Jeno berjalan cepat sesekali berlari kecil menyusuri lorong-lorong panjang rumah sakit yang menjadi salah satu bangunan properti miliknya. Dirasa kamar VIP Renjun semakin terlihat, Jeno mempercepat langkahnya dan sampailah di depan pintu bercat putih tersebut. Jeno segera membuka pintu. Di dalam ruangan sudah ada Ten dan Taeyong serta seseorang yang ia rindukan tengah mendekap gumpalan daging dalam pelukannya.
"Jeno!!!" Renjun memekik senang.
Jeno segera memeluk Renjun. Dia benar-benar merindukan Renjun. Sorot matanya kini beralih menatap bayi yang tengah menghisap puting Renjun yang bisa mengeluarkan air susu. Jeno menitikkan air mata, dia sangat bahagia melihat putranya.
"Kau mau mencoba menggendongnya?" tawar Renjun, sontak membuat Jeno melunturkan senyumnya.
"A-aku tidak tahu cara menggendong bayi yang benar," balas Jeno pelan sembari menyeka air mata yang terus keluar.
Renjun menampilkan senyuman manis. Memberikan Jisung pada Jeno agar menggendongnya. Pria itu memandang sayu Renjun seolah berkata 'kumohon, aku tidak bisa', tetapi Renjun tetap memaksa. Jeno dengan sangat terpaksa mengambil tubuh mungil anaknya ke dalam dekapan.
"Coba kau bergerak pelan, baby Jisung tampaknya mulai nyaman oleh kehadiranmu," titah Ten membuka suara sedari tadi hanya memerhatikan pembicaraan kedua pasusu di hadapannya. Taeyong mengacungkan ibu jari kepada Jeno kemudian mulai menggerakkan kedua tangannya pelan.
Apa yang Ten katakan ternyata benar, putranya mulai tertidur.
Renjun terkikik melihat Jeno tersenyum lebar seolah berhasil menjadi ayah yang baik karena bisa menjaga Jisung. Renjun mengambil ponselnya kemudian memotret Jeno yang sedang memandangi wajah Jisung. Renjun bahagia melihat suami tampannya itu juga senang akan kehadiran baby Jisung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Lee | Noren
Fiksi Penggemar[Telah Dibukukan. Buku tersedia di Shopee Firaz Media] Hidup bahagia, tenang, dan bebas dari segala bentuk kekangan. Jelas semua itu adalah impian semua orang. Namun, tidak bagi seorang Renjun. Dijual oleh sang ayah demi mendapatkan sejumlah uang ya...