Cahaya matahari mencoba masuk ke dalam ruangan bernuansa putih di mana terdapat lelaki manis masih bergelung dengan selimutnya. Kesunyian yang dapat dirasakan bahkan suara kicauan burung pun hampir tidak terdengar. Sayup-sayup suara vacuum cleaner terdengar dari luar kamar dan sepertinya maid sedang membersihkan rumah mewah tersebut.
Renjun membuka matanya ketika merasakan tubuhnya remuk akibat ulah Jeno semalam. Jujur jika Renjun benar-benar seperti jalang sekarang, ditambah pula kepejakaannya sudah direnggut oleh laki-laki yang dia benci. Renjun terisak dalam tangisan pelan karena tenggorokannya kering berteriak semalaman.
Dia kesal pada dirinya sendiri karena tidak mampu melawan Jeno. Lelaki macam apa dirinya, mengapa bisa sangat lemah jika berhadapan dengan Jeno. Renjun meremat selimutnya kuat sembari menangis hingga sesegukan.
Sepuluh menit digunakan untuk menangis setelahnya Renjun memutuskan untuk duduk dengan bersandar pada headboard ranjang. Dia tidak bisa berdiri karena bagian bawahnya terasa sakit. Terpaksa Renjun harus duduk diam menatap kosong arah depan.
Pintu kamar terbuka menampilkan sosok Jeno yang memerhatikannya acuh. Bahkan setelah merusak Renjun, lelaki itu tampak tidak peduli sama sekali. Renjun hanya diam tidak mempedulikan keberadaannya, toh tidak berguna juga.
Jeno mendekati ranjang kemudian duduk ditepi. Matanya terus menatap Renjun yang diam menatap arah lain. "Aku tahu aku keterlaluan dan aku kemari berniat untuk membantumu membersihkan diri. Jadi, diamlah selagi aku membantumu."
Jeno hendak menggendong Renjun, tapi segera di tepis kasar oleh Renjun. Lelaki mungil itu mengikis jarak menjauh seraya menunjukkan wajah penuh amarah. Renjun tidak sudi dibantu oleh iblis bernama Lee Jeno itu.
"Renjun, jangan membuatku berbuat kasar padamu."
"Lakukan saja. Kau suka menyiksa orang bukan maka lakukan sekarang. Berbuatlah kasar padaku jika perlu lenyapkan saja aku!" bentak Renjun pada Jeno.
Dapat dilihat jika sekarang Jeno mengepalkan tangannya hingga buku-buku jarinya memutih. Menghadapi Renjun memang membutuhkan banyak kesabaran. Jeno pun mencengkeram pipi Renjun. "Itu tidak akan pernah terjadi. Kau tiada akulah yang memutuskan, bukan kau atau orang lain!" tutur Jeno penuh penekanan.
"S-sakit sialan, lepaskan aku!" Renjun mencoba membebaskan cengkeraman tangan Jeno yang ada di pipinya.
"Jangan coba-coba untuk melarikan diri atau kau akan mendapatkan hal yang lebih menyakitkan dibanding dengan yang semalam. Ingat itu Renjun." Jeno beranjak kemudian menutup pintu kamar dengan keras. Renjun kembali terisak pelan, bagaimana tidak jika sekarang dia benar-benar sudah putus asa.
"Arrrghh!!" teriaknya gusar.
-Mr. Lee | Noren-
"Jadi bagaimana?"
Jeno memijat pelipisnya sembari memejamkan mata. Pertanyaan dari seseorang dihadapannya ini benar-benar membuat moodnya langsung hancur.
"Kumohon Jaehyun, jangan membuatku semakin pusing akan hal ini. Aku sudah melakukan itu semalam dan ya dia semakin membenciku. Sejujurnya aku tidak masalah karena banyak orang membenci perbuatanku, tapi ketika dia yang membenciku ada perasaan salah dalam lubuk hatiku."
Sosok bernama Jaehyun itu tertawa remeh. Sudah biasa dia dipanggil nama saja oleh Jeno, padahal dia lebih tua dari rekan kerjanya ini. Jeno tidak suka menyebut seseorang dengan panggilan sopan, karena dia tidak peduli. Menurutnya itu tidaklah berguna sama sekali.
"Kau menyukainya."
Jeno hanya melirik, enggan membalas perkataan yang Jaehyun katakan barusan. Tapi tidak mungkin juga dirinya menyukai Renjun karena seorang Lee Jeno tidak percaya akan kekuatan cinta atau apalah itu. Jeno membenci cinta dan lebih memilih melenyapkan. Itu kesukaannya sejak kecil, tetapi ketika melihat Renjun terkadang matanya tidak dapat dikendalikan untuk sekedar tidak memerhatikan lelaki manis itu.
"Ketika pertama kali aku mencintai Doyoung, hal seperti itulah yang kurasakan. Dulu dia membenciku, tapi sekarang semua itu berubah dalam sekejap saja. Aku mencintai Doyoung dan dia yang akan menjadi pertama dan terakhir dalam hidupku," terang Jaehyun.
"Diamlah berengsek, jangan membahas cintamu dengan Doyoung karena aku tidak akan pernah peduli. Pergi dari sini, jangan menggangguku!" usir Jeno kesal. Jaehyun mengedikkan bahunya lalu berjalan keluar dari ruangan Jeno.
Jeno terdiam beberapa saat membayangkan wajah Renjun yang tiba-tiba terlintas dalam pikirannya. Apa benar dia menyukai Renjun, tetapi Jeno masih belum bisa mengakui itu karena masih terdapat banyak keraguan dalam hatinya. Jeno tidak akan menjalin sebuah hubungan kasih. Dia lebih suka mempermainkan. Itu berarti dia tidak menyukai Renjun bukan? Jeno hanya ingin mempermainkan Renjun, setelah itu dia akan membuangnya layaknya sampah.
Jeno kemudian menyeringai.
"Ya, aku akan menggunakannya sebagai mainanku. Dia hanyalah jalang tak tahu diri."
-Mr. Lee | Noren-
Renjun sudah rapi sekarang. Dia sudah membersihkan diri dengan di bantu oleh Shotaro. Untuk berjalan dia memang masih sedikit pincang, tetapi dia tidak mau merepotkan Shotaro mengetahui jika seharian ini lelaki imut itulah yang merawatnya. Renjun berdiri di balkon memerhatikan pekarangan rumah Jeno dari lantai dua dengan sedikit perasaan takjub.
Pemandangan indah dari atas sangat bagus. Semuanya tampak bersih dan tidak ada serangga mengganggu. Cahaya matahari menyinari taman bunga yang bermekaran dengan indah, apalagi beberapa tukang kebun dengan telaten merawat bunga-bunga tersebut. Membuat Renjun ingin sekali ke sana lalu menghirup aroma bunga itu.
"Tuan Renjun." Seseorang memanggil dan Renjun segera membalikkan badan kemudian dia tersenyum mendapati Shotaro meletakkan nampan berisi makanan di atas nakas.
"Tuan Renjun makan ya biar nasinya tidak menangis nanti." Shotaro menuntun Renjun lalu mendudukkannya ditepi ranjang.
"Bagaimana bisa kau beranggapan nasi itu akan menangis? Kau ada-ada saja Taro."
"Ketika dulu aku sakit, tuan Jeno sempat mengatakan itu sehingga aku mau makan dan menghabiskan semua nasi di dalam piring, hehe," jelasnya bersemangat. Namun itu membuat Renjun langsung melunturkan senyuman.
Entah mengapa ketika ada seseorang menyebut nama Jeno membuatnya sangat kesal.
Menyadari perubahan minik wajah Renjun, Shotaro kemudian menutup mulutnya dengan kedua tangannya seperti membekap mulutnya sendiri.
"Maafkan aku tuan Renjun. Aku tahu tuan Renjun tidak suka jika aku menyebut nama tuan ... J ... k-ketika sedang berbicara denganmu. Maafkan aku tuan Renjun." Shotaro berdiri lalu membungkukkan badannya berulang kali. Renjun kembali tersenyum melihat tingkah menggemaskan Shotaro.
"Tidak masalah dan berhenti merendahkan dirimu seperti itu Shotaro. Tegakkan badanmu lalu kembalilah duduk," perintah Renjun padanya.
Shotaro menurut.
"Aku akan memakannya ya, kau sudah makan bukan?" tanya Renjun namun Shotaro menggeleng.
"Kenapa?" Kali ini Renjun meninggikan nada bicaranya.
Mendengar hal itu membuat Shotaro terkikik geli karena wajah Renjun sangat menggemaskan. "Ada tiga alasan mengapa aku belum makan, yang nomor satu ....
Shotaro mengeluarkan jari telunjuknya,
.... aku belum lapar dan yang kedua aku lebih suka makan nanti dan ketiga ingin memastikan tuan Renjun sudah makan atau belum." Shotaro tersenyum diakhir kalimatnya.
"Kau ini remaja atau anak-anak, mengapa kau sangat menggemaskan? Baiklah kita makan berdua oke, aku tidak mau mendengar penolakan darimu." Renjun menyendokkan nasi lalu mengarahkannya ke mulut Shotaro.
"Aku akan mengambil sendok lain saja tuan, aku takut tuan merasa jijik nanti. Sebentar ya." Sebelum berdiri Renjun menahan tangan Shotaro.
"Tidak, tidak apa-apa."
"Hum ... baiklah. Tuan Renjun yang suapi ya hehe." Renjun tersenyum hangat kemudian mengangguk.
Sungchan yang memerhatikan dari ambang pintu hanya bisa terkekeh melihat kedua lelaki manis itu saling tertawa, membuatnya ikut merasakan kebahagiaan mereka. Tugasnya untuk mengawasi Renjun jadi lupa karena keseruan didepannya yang tidak bisa dilewatkan begitu saja, benar bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Lee | Noren
Fanfiction[Telah Dibukukan. Buku tersedia di Shopee Firaz Media] Hidup bahagia, tenang, dan bebas dari segala bentuk kekangan. Jelas semua itu adalah impian semua orang. Namun, tidak bagi seorang Renjun. Dijual oleh sang ayah demi mendapatkan sejumlah uang ya...