Kau Tahu? Aku Pasti Bisa Membalasmu. Part. 00.03

578 112 25
                                    

"APA TUGAS SEKECIL INI SANGAT SULIT KALIAN KERJAKAN SAMPAI MEMBUTUHKAN LEBIH DARI DUA BULAN UNTUK MENGERJAKANNYA?!" Bentak Gerald yang sudah muak dengan hasil kerja anak buahnya.

Sudah lebih dari dua bulan ia memerintahkan mereka untuk mencari keberadaan Erlinda. Minimal jika tidak menemukannya secara hidup-hidup, Gerald sudah memberitahu mereka untuk menemukan jasadnya ia tak apa. Namun,apa? Sampai saat ini mereka bahkan belum bisa memberikan informasi lain seputar istrinya. Sangat, sangat menyebalkan.

Gerald membanting meja kerjanya sampai hancur tak bersisa. Kecuali ketegangan yang masih terasa diantara mereka--pesuruh Gerald. Teo yang ada di sana hanya bisa memijit pangkal hidungnya pusing.

"Sia-sia."

Gerald yang masih emosi menatap Teo yang tiba-tiba berceletuk.

"Tidakkah menurutmu semua ini hanya sia-sia. Daripada kau membuang tenaga hanya untuk mencari wanita itu lebih baik kau siapkan saja sebuah pesta." Lagi Teo mengatakan sesuatu yang membuat Gerald mampu naik pitam. Apa maksud dari ucapan itu? Apa Teo memang sengaja memancing emosinya?

"Pesta? Apa kau sudah gila? Istriku baru saja menghilang dan kau menginginkanku untuk berpesta. Apa kau memiliki hati?"

"Lalu apakah kau memiliki otak saat menanyakan hal itu padaku?"

"Berhenti--"

"Apa? Kau mau marah? Marah saja jika kau memang tidak memiliki otak yang sehat sehingga kau tidak mengingat semua hal yang telah kau lakukan padanya....

Mempermalukannya, berselingkuh di belakangnya, melukainya, bahkan kau selalu kasar padanya. Lalu untuk apa kau susah-susah mencarinya. Aku yakin dia sudah bahagia dengan anaknya tanpa dirimu." Tandas Teo sebelum akhirnya memilih keluar dari ruangan yang memuakkan itu.

Sementara itu di rumah sakit Dassyl sedang menatap wanita itu tanpa rasa bosan sedikitpun. Dengan telinga yang setia mendengarkan ucapan Alex.

"Tuan, hari ini Anda ada jadwal untuk syuting pukul setengah tuju malam. Dan untuk perkembangan mengenai nona ini, saya sudah menemukan bio data serta keluarga yang berhubungan dengannya," ujar Alex menyerahkan sebuah map coklat berisi data diri wanita yang ia temukan tempo hari.

Dassyl membukanya lalu membacanya dengan seksama. Ia tersenyum dalam hati saat membaca halaman pertama yang menjelaskan bahwa wanita itu berasal dari kalangan petani sepertinya. Namun, perlahan senyum itu surut saat membaca halaman berikutnya yang menjelaskan lebih lanjut tentang wanita yang diketahui bernama Erlinda Dasyna Ramamsy. Sudah menikah dengan seorang pengusaha yang sialnya selalu mempermalukannya setiap memiliki kesempatan.

"Gerald. Daegusta. Hansroy." Dassyl mengeja kata demi kata dengan penuh penekanan, seakan merasakan sebuah emosi yang begitu menyesakan di dadanya.

"Bagaimana dengan kepolisian? Kau sudah mengurusnya bukan?" Tanya Dassyl mulai mengalihkan pembicaraan dari pikirannya yang terus tertuju pada nama keluarga Hansroy. Nama keluarga yang sudah sejak lama ia benci, karena sudah membuatnya kehilangan seseorang yang begitu berarti di hidupnya.

Alex mengangguk kemudian menjelaskannya dengan penuh keyakinan. "Saya sudah menutup mulut semua anggota kepolisian yang ada,sehingga kasus pencarian terkait Erlida seharusnya tidak akan pernah dilanjutkan. Namun, belakangan ini keluarga Hansroy terus menerus bersikeras meminta kepolisian untuk melanjutkan pencarian Erlinda. Tapi, anda tenang saja saya sudah menyelesaikannya."

Dassyl mengangguk dua kali. "Bagus, terima kasih atas kerja kerasmu." Puji Dassyl lalu memberikan sebuah amplop berisi uang pada Alex sebagai bentuk apresiasi.

Setelah menerima amplop tersebut,Alex dengan sopan mengundurkan pamit untuk meninggalkan ruangan tersebut.

Mengetuk-ngetukkan jarinya pada map yang ada di pangkuannya. Dassyl tiba-tiba mendapatkan sebuah ide yang begitu brilian untuk menghancurkan keluarga Hansroy. Ide yang mungkin bisa membuat dunia berguncang saking hebatnya.

Dassyl mengusap lembut pipi Erlinda. Tak lupa dengan senyuman miring yang mampu menguncang iman, ia berujar dengan nada bertanya, "haruskah aku membalaskan dendammu pada mereka dengan menghancurkan mereka secara perlahan tapi sadis?"

Seolah merespon, jari-jemari lentik wanita itu bergerak. Apakah ini sebuah pertanda hal baik akan terjadi? Atau justru sebaliknya?


Tbc....


Jangan lupa votenya yak😊

 Vendetta || SUDAH TAMAT (Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang