Entah kapan terakhir kali ia merasakan hangatnya cahaya matahari, melihat birunya langit dan sejuknya angin menerpa tubuhnya yang ringkih. Yang ia rasakan selama ini adalah panas, siksaan tak berwujud yang mencekam dan kesepian tiada akhir. Terkurung dibalik jeruji besi adalah pengalaman yang tak pernah ingin ia alami lagi seumur hidupnya. Ia telah membayar hutangnya pada masyarakat dan bertanggung jawab atas perbuatannya di masa lalu.
Sugai Yuuka masuk ke dalam taksi yang telah ia tunggu selama beberapa menit. Di bahunya tersampir tas ransel tua berisi dokumen-dokumen serta surat yang dikirim oleh Risa dan Yui. Makanan ringan pemberian sipir penjara juga ia simpan di dalam sana—sebagai hadiah atas kebebasan Yuuka dari sangkar.
Tujuannya adalah; rumah lamanya.
Ia sedang tak ingin berbicara, dan ia senang supir taksi tidak memberikan banyak bertanyaan selain menanyakan tujuannya. Perjalanan tersebut memakan waktu sekitar tiga puluh menit, mungkin lebih. Taksi berhenti di depan rumah besar berwarna cokelat dengan pagar tinggi. Setelah membayar sejumlah uang, Yuuka segera turun dari taksi dan mendorong pagarnya yang telah berkarat.
Terakhir ia ingat, rumput liar di taman depan tidak perrnah lebih tinggi dari tumit manusia. Pohon cemara yang mengelilingi pagar juga tidak terlalu menjulang tinggi. Sepuluh tahun cukup membuat perubahan banyak terhadap rumahnya itu. Perasaan hangat dan pilu perlahan merayapi hati saat pemandangan di depannya mendadak memproyeksikan sesosok gadis cilik yang berlarian dengan senyum cerah menghiasi wajahnya. Gadis itu berlari mendekati sosok wanita dengan rambut panjang kecokelatan dan ia memeluk wanita tersebut dengan erat.
Ia mengabaikan penggalan memori tersebut dan berjalan menuju pintu utama.
Properti ini telah menjadi milik Bank *******
Itulah tulisan yang berada di papan yang tertempel pada pintu depan.
Yuuka tidak mempedulikan papan tersebut dan mendorong pintu depannya terbuka—dengan sedikit tenaga, tentu saja, sebab engsel-engsel pintu sudah berkarat sepenuhnya—melangkah masuk dan menutup kembali pintunya. Ruangan depan yang dulunya rapi, terang, bersih dan penuh perabotan kini kosong dan lengang. Tidak ada satupun perabotan mewah yang seharusnya ada di sana tersisa. Debu-debu di lantai begitu tebal menandakan tidak ada siapapun yang menginjakkan kaki ke dalam rumah selama bertahun-tahun.
Tentu saja ia merasa maklum. Rumah ini adalah bekas TKP bunuh diri. Ayahnya meninggal karena gantung diri di dalam ruang kerjanya dan itu pasti membuat warga sekitar menyebarkan isu-isu yang berkaitan dengan hal-hal mistis tentang rumah ini mengingat latar belakangnya yang cukup suram.
Ia berjalan lebih jauh, melewati ruang kerja milik Tuan Sugai dahulu. Garis polisi berwarna kuning masih menutupi pintunya yang setengah terbuka. Beberapa ada yang terlepas dan tergantung begitu saja di lantai. Yuuka berjalan mendekat dan melirik ke dalam—di tengah ruangan masih tergantung tali tambang berbentuk lingkaran yang digunakan oleh sang ayah untuk menggantung dirinya sendiri sepuluh tahun yang lalu.
Sepertinya hanya ruangan itu yang masih memiliki perabotan lengkap dan paling kotor. Tidak ada yang berani memasuki dan mengambil barang-barang yang ada di dalam.
Yuuka berpaling dari tempatnya berdiri dan menaiki tangga ke lantai dua, ke kamarnya. Tempat itu tidak berbeda jauh dengan ruangan depan. Kosong. Penuh debu. Namun, di dalam sana masih tersisa satu lemari yang ia telah lupa apa isinya. Debu-debu beterbangan dan Yuuka harus menutupi hidungnya saat ia membuka lemari. Di dalamnya terdapat beberapa buku, seragam putih Sakurazaka Academy dan bingkai foto lama.
Ia terdiam di tempat saat melihat seragam putih tersebut. Sebuah peristiwa traumatis dan memilukan terputar jelas di kepalanya. Matanya kemudian beralih pada selembar foto di sana, menatapnya sejenak. Sudut bibirnya tertarik ke atas membentuk senyuman. Tidak, ia tidak merasa senang ataupun bahagia karena telah menemukan barang lamanya. Tidak sama sekali. Karena sesaat kemudian air mata meluncur turun dan menetes di lantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unnatural
Fanfiction[Pemenang Wattys 2022 Kategori Fiksi Penggemar] Setelah dikeluarkan dari sekolah lamanya, Moriya Akane melanjutkan pendidikan di Sakurazaka Academy yang identik dengan sekolah swasta elit dengan siswi-siswinya yang tidak suka terlibat dengan masalah...