"Moriya Akane, silakan masuk."
Mendengar panggilan sang guru, Akane langsung mendorong pintu itu terbuka dan masuk ke dalam kelas. Ia terus melihat ke lantai saat Akane membawa tungkainya untuk mendekat di samping guru. Ketika ia mengangkat wajah, ia menyadari bahwa tatapan teman-teman sekelasnya sudah tertuju kepadanya. Samar-samar Akane dapat mendengar bisikan kecil dari siswi-siswi yang duduk di bagian belakang kelas. Kebanyakan dari bisikan itu membahas tentang bagaimana figur wajahnya, atau sesuatu yang lain.
Ah, rupanya dia berada di kelas yang sama dengan Fuyuka dan Matsuda!
"Mungkin kau ingin memperkenalkan dirimu terlebih dahulu?" ucap sang guru.
Akane mengangguk. Ia menatap ke depan, dengan dagu terangkat, menunjukkan karisma dan kepercayaan dirinya. "Namaku Moriya Akane dari Miyagi. Mulai hari ini, kita akan lebih sering berinteraksi jadi aku harap kita bisa menjadi akrab sebagai teman satu kelas." Ia menyelesaikan perkenalan dirinya.
"Bagus, Moriya. Silakan duduk di bangku kosong di samping jendela sana." Guru menunjuk ke arah tempat duduk kosong berjarak dua bangku dari tempat Fuyuka. Akane menunduk sopan dan berjalan ke tempat duduknya.
Karena ini hari pertama dimulainya semester baru, tenaga pengajar sama sekali tidak memberikan pelajaran. Melainkan ia memberikan cerita-cerita tentang masa mudanya sekaligus aturan-aturan yang harus dipatuhi selama mata pelajaran tertentu. Tentu saja para siswi senang karena mereka tidak mendapatkan pelajaran berat di hari pertama mereka. Beberapa mendengarkan dengan antusias, beberapa yang lain melamun dan bermain dengan smartphone. Cerita tentang perjuangannya saat demo pelajar atau cerita klise tentang sulitnya bersaing masuk ke universitas.
Pandangannya menyebar ke sekeliling ruangan kelas. Tidak ada satupun dari siswi-siswi berseragam putih bersih itu mengenakan pakaian mereka dengan tidak rapi. Semuanya lengkap, mulai dari kemeja abu-abu dengan dasi berwarna abu gelap. Blazer putih bersih dengan tali-tali yang melingkar di sisi pinggang ke belakang.
Jika diingat lagi, itu sangat berbeda dengan teman-teman sekelasnya dulu. Jarang sekali dari mereka yang mengenakan blazer. Bahkan kemeja saja dikeluarkan dari rok atau celana. Perlu diketahui, sekolah Akane sebelumnya adalah sekolah campuran sehingga ia biasa melihat siswa laki-laki yang berpakaian super berantakan layaknya preman.
Akane lalu mengalihkan perhatiannya dari isi kelas pada Fuyuka, gadis dengan rambut berkuncir itu sedang berusaha melawan rasa kantuk. Sementara Matsuda yang duduk di belakangnya terlihat sibuk mencatat sesuatu di buku catatannya. Akane menghela napas berat dari bibirnya. Ia bosan.
"Moriya." Siswi di sampingnya berbisik.
"Huh?"
"Jika kau mau, aku akan mengantarmu pergi ke cafetaria saat jam istirahat."
Akane mencuri pandang pada plakat nama di blazernya. Koike Minami. "Tentu saja, Koike." Jawabnya.
Waktu berlalu dan suara lantang denting bel raksasa menggema dari The Great Bell Tower menandakan jam pelajaran akan berganti. Akane meregangkan tubuhnya, melambaikan tangannya pada Fuyuka. Gadis itu tersenyum dan berdiri dari tempat duduknya menuju tempat Akane sementara Matsuda turut mengikuti di belakangnya.
"Kelihatannya Pak Eguchi tidak akan mengajar hari ini." Matsuda berkata. Ia melompat, duduk di atas meja Akane. "Aku melihat dia berkali-kali keluar masuk toilet guru kemarin."
"Benarkah?" gadis lain menyela.
"Iya. Aku bertaruh satu burger!"
"Kalau memang begitu, baguslah. Aku bisa lebih fokus mengerjakan latihan soalku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Unnatural
Fanfiction[Pemenang Wattys 2022 Kategori Fiksi Penggemar] Setelah dikeluarkan dari sekolah lamanya, Moriya Akane melanjutkan pendidikan di Sakurazaka Academy yang identik dengan sekolah swasta elit dengan siswi-siswinya yang tidak suka terlibat dengan masalah...