Akane membuka kunci pintu apartemennya dengan lemah. Saking tidak fokusnya, ia bahkan hampir saja menendang tumpukan kardus yang masih diletakkan sembarangan di balik pintu. Baru saja ia ingat, barang-barangnya masih belum tertata rapi. Mau tidak mau ia harus merapikan semuanya sekarang atau ia harus dibuat gila dengan barang-barang yang sangat berantakan itu merusak matanya. Dilepasnya blazer putih dan menggantungnya di gantungan baju. Moodnya telah jatuh hingga ke titik paling bawah mengingat peristiwa menyebalkan di perpustakaan tadi.
Ia benar-benar tidak percaya di bulan pertama sekolah, nasib sial sudah mendatanginya.
Otaknya mengingat dengan jelas saat Yuuka menatapnya dengan ekspresi yang menyebalkan. Ia juga dengan lancang menyentuh tangannya dan menantang Akane untuk memukul wajahnya di depan semua orang. Seolah president dari kelompok anak-anak elit itu punya wewenang penuh untuk mengontrol kehidupannya. Terutama Watanabe Risa, seorang pebasket yang benar-benar mengintimidasi dirinya.
Watanabe Risa?
Akane merasakan hal yang janggal setiap kali melihat Risa. Terutama ketika mereka berada di perpustakaan, saat Yuuka secara tidak langsung menyebutkan tentang Kobayashi Yui. Itu seperti Risa tidak menyukai fakta bahwa Yuuka memiliki hubungan khusus dengan Yui. Ah, itu bukan urusanku. Untuk apa aku peduli.
Satu-satunya yang harus ia pikirkan sekarang adalah bagaimana caranya agar ia tidak perlu bertemu dengan orang-orang berengsek itu. Kecuali Kobayashi ...? Mungkin anak itu tidak berbahaya. Akane mencoba mengingat sosok Kobayashi. Tidak terlalu tinggi, rambut panjang sebahu, dan ia selalu membawa tas hitam besar berisi gitar ke sekolah. Terakhir ia bertemu dengan Yui adalah saat perkelahian di cafetaria. Selain itu, tidak ada lagi momen dimana mereka sengaja atau tidak sengaja bertemu. Sehingga ingatan Akane akan sosok salah satu anggota The Elites itu cukup abu-abu. Aku bisa menanyakan itu pada Fuyuka nanti.
Satu kardus terakhir. Akane membiarkan kardus itu selama beberapa saat karena ia harus melemaskan otot punggungnya yang nyeri. Ia meletakkan kardus itu di bawah tempat tidur karena isinya hanya beberapa buku novel, jurnal penelitian, medali-medali kejuaraan tenis dan kejuaraan judo tingkat prefektur. Akane mengambilnya dan menggantung medali itu pada paku yang tertempel di tembok.
Sudah selesai. Akane memperhatikan suasana rumah barunya. Tidak terlalu kecil dan tidak terlalu besar juga, paling tidak itu cukup untuk menyimpan beberapa barangnya beberapa tahun ke depan. Ia segera mengambil handuk dari dalam lemari dan membersihkan tubuhnya di kamar mandi dengan cepat karena masih akan membeli bahan makanan sebelum malam semakin larut.
DING
"Ah, sial." Gadis itu merutuk. Dengan terburu-buru, Akane berlari keluar kamar mandi dengan rambut yang masih basah ke kamarnya untuk memakai sweater dan celana training, kemudian berjalan cepat menuju pintu. "Siapa?" ia bertanya lewat intercom.
"Ini aku, Yamasaki Ten."
Akane terbelalak kaget saat mengetahui siapa yang berdiri di balik pintu apartemennya. "Oh? Yamasaki!" dibukanya pintu apartemennya, di luar Ten berdiri dengan membawa satu tas ransel berukuran sedang. "Masuklah." Akane pun membuka pintunya lebih lebar dan memberikan izin bagi Ten untuk masuk ke dalam apartemennya. Saat Ten lewat di depannya, Akane terpaksa harus menengadahkan kepala karena ia tidak menyadari bahwa Ten benar-benar jauh lebih tinggi daripada yang ia lihat sebelumnya.
Ten membungkuk sopan sebelum melepaskan sepatunya di rak sepatu. Akane menutup pintu apartemennya dan bertanya. "Darimana kau tahu tempat tinggalku?"
"Aku tidak sengaja melihat Senior masuk ke gedung apartemen ini. Jadi aku bertanya pada pemilik apartemen untuk memastikan." Ten menjawab dengan polosnya. Ia kemudian meletakkan tas nya di atas meja makan dan mengeluarkan semua isinya. "Aku tahu Senior baru saja pindah. Jadi aku pulang terlebih dahulu dan membawakanmu masakan Ibu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Unnatural
Fanfiction[Pemenang Wattys 2022 Kategori Fiksi Penggemar] Setelah dikeluarkan dari sekolah lamanya, Moriya Akane melanjutkan pendidikan di Sakurazaka Academy yang identik dengan sekolah swasta elit dengan siswi-siswinya yang tidak suka terlibat dengan masalah...