Pernikahan Dadakan

80 7 0
                                    

Semua Lampu  di rumah Alya menyala,  seakan sang mentari hadir di sana saking terangnya. Di ruang tengah rumah, yang seluas lapangan bola itu  telah hadir penghulu, ketua RT, para tetangga, saudara  dan kolega . Jika dihitung  mungkin ada 50 orang laki-laki  yang duduk dengan menjaga jarak. Alhamdulillah setelah lebih satu tahun pandemi, warga sudah punya standar sendiri dalam bersosialisasi, tak ada jabat tangan, tak ada cipika-cipiki atau  pelukan, tetapi kondisi   tidak membuat suasana beku bak salju, senda gurau tetap mengalir deras menghangatkan suasana.

Di ruang sebelah tak kalah hangatnya, ibu-ibu  sibuk  kepoin sang calon mempelai wanita, semua mata tertuju pada bi Nadya. Dari balik masker mereka terlihat  banyak bisik bisik tetangga tentang pernikahan ini. Dan Alya menyadari hal itu.

"Bibi, tenang ya, jangan   grogi", kata Alya sok menasehati.

"Nga grogi gimana ?, sudah panas dingin, seperti mau demam  Al" kata bi Nadya berbisik.

Memang terlihat jelas klo bi Nadya sedang tidak tenang,  kedua tangannya  saling mengurut, jari jemaripun selalu bergerak, entah seperti apa gejolak yang ada di dada bi Nadya. Namun kondisi itu tidak mempengaruhi penampilan anggun bi Nadya, beliau cantik dan berwibawa, terlihat jelas kerendahan hati muslimah menghiasi wajahnya.

"Bagaimana, bisa kita mulai ?', tanya pak RT kepada om Hanif.

"Iya silahkan pak RT", jawab om Hanif sambil menggangguk.

"Baik, Assalamu'alaikum warohmatullahi wa barokatuh", pak RT membuka kata

"Alhamdulillah, malam ini kita bisa hadir di rumah pak Zaki  dalam rangka ikut  menyaksikan, mendoakan, memberikan restu kepada beliau  yang akan menikah dengan Mbak Nadya. Seperti yang kita ketahui Mbak Nadya adalah adik dari almarhumah ibu Afifah istri pak Zaki.  Tentu kita semua sudah tau  bahwa, hal ini diperbolehkan dalam islam, karena  pernikahan ini tidak mengumpulkan 2 saudara. Tadi pagi pak Zaki sudah banyak bercerita dengan saya, beliau menjelaskan bahwa pernikahan ini adalah permintaan dari Alya, Alya menginginkan ayahnya bersatu dengan bibi nya, agar mereka bisa saling melengkapi dan saling menjaga dalam satu keluarga. Karena mba Nadya juga masih sendiri dan keluarga ini juga keluarga kecil. Harapannya adalah, dengan pernikahan ini  semua berbahagia, pak Zaki dan Mbak Nadya bahagia, Alya Bahagia dan tentu saja Almarhumah di alam nya juga berbahagia, kerena orang-orang yang beliau sayang  bersatu. Untuk itu marilah kita mendo'akan kebahagian untuk pak Zaki dan seluruh keluarga, demikian saja yang bisa saya sampaikan, terima kasih", begitu sambutan pak RT.

"Akadnya bisa kita mulai?", tanya penghulu.

Kemudian prosesi sakral itu berlangsung hikmat, semua terharu,  tidak ada lagi grasak grusuk ibu-ibu yang saling bersisik. Semua terhanyut dalam derasnya simpati. Sungguh suasana yang terbangun  jelas sekali penuh rasa. Beberapa tamu nampak menyeka air mata yang  mengalir dari sudut mata. Entah apa makna air mata mereka, tapi yang jelas  air mata itu mengatakan bahwa  pernikahan pak Zaki dan bi Nadya yang diinginkan Alya bukanlah hal terlarang, karena ibunya baru saja meninggal. Semakin cepat mencarikan pendamping untuk ayahnya maka akan semakin cepat pula Alya berbahagia, karena ayahnya sudah ada tempat berbagi, tempat berdiskusi. sungguh 2 pekan ini Alya melihat kesedihan, kesepian mendalam yang disembunyikan ayahnya.

"Alhamdulillah,  selamat ya pak Zaki dan istri, semoga bisa menjalani kehidupan bersama dengan bahagia dan saling melengkapi", kata pak RT.

"Amin, terima kasih pak RT, pak penghulu, para tetangga, keluarga, kawan sanak handai taulan semua, terima kasih atas doa dan dukungannya, semua ini tak bisa saya balas selain dengan doa agar kita selalu diLindungi oleh Allah Ta'ala dan tentu juga semoga pandemi ini segera berakhir agar segala aktifitas kita bisa kembali normal", kata pak Zaki

Mengalahkan Cinta Sekuat TenagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang